13

7.9K 379 17
                                    


Please jangan jadi silent riders👌

Happy reading💞

Typo bertebaran🍃

"Ra, bangun sayang! Kamu udah mau telat lho," ujar Resa, Bunda Hera, sambil membuka tirai yang ada di jendela kamar Hera hingga membuat cahaya matahari masuk menerobos kamar, memaksa penghuninya untuk bangun. Namun, yang terjadi malah Hera semakin menaikkan selimutnya hingga menutupi sebagian wajahnya untuk menghalau sinar matahari mengusiknya.

"5 menit lagi bun," ucap Hera dengan suara yang terdengar serak bangun tidur.

"5 menit bagi kamu, tapi nyatanya 1 jam. Udah ayo bangun, anak gadis kok susah banget dibangun in," ucap bunda sembari menarik-narik selimut yang digunakan Hera, hingga mau tak mau Hera harus terbangun dari tidur nyamannya.

"Iya iya bun, ini Hera udah bangun," ucap Hera masih dengan mata yang sedikit terpejam.

"Ya udah cepetan kamu siap-siap nanti kesiangan," titah bunda seraya berlalu keluar menuju ke dapur.

Duh, gara-gara semalem ini pasti. Kenapa gue jadi kepikiran terus sama Kak Andra sih. Gara-gara itu gue baru tidur jam satu lagi, ngantuk bener deh, racau Hera dalam hati.

Setelah selesai bersiap-siap Hera turun menuju ke meja makan yang sudah diisi dengan Ayah, Bunda, dan kakaknya.

"Pagi semua," ucap Hera.

"Pagi sayang," balas Ayah dan Bunda.

"Pagi kebo," sahut Bara berniat menggoda adiknya yang susah dibangunkan, sementara Hera hanya menatap tajam kakaknya.

"Apaan sih, pagi-pagi udah bikin naik darah aja," ketus Hera.

"Lah kan bener orang yang susah dibangun in itu julukannya 'kebo', nah tadi siapa yang susah dibangun in sampe bunda teriak-teriak gitu," balas Bara dengan nada mengejek.

"Abang itu yang...." belum selesai Hera ingin membalas perkataan kakaknya sudah diputus dengan ucapan peringatan ayahnya.

"Udah pagi-pagi kok malah pada ribut sih, udah agak siang lho ini nanti kalian telat. Abang juga sama adeknya jangan digodain melulu kasian adeknya bang," ujar sang ayah. Jika Bara memasang muka ditekuk, Hera malah menjulurkan lidahnya sambil mengucapkan tanpa mengeluarkan suara 'rasain'.

"Ra kamu hari ini biar dianterin sama bang Bara ya, kalau naik angkutan umum nanti takutnya kamu telat sayang," jelas Bunda.

"Iya bun," balas Hera.

***

Setelah diantar oleh Bara, Hera segera berjalan menuju ke kelasnya. Hingga saat ini masih banyak yang membicarakannya secara berbisik atau secara terang-terangan saat ia lewat di depan mereka. Awalnya memang risih namun ia sudah terbiasa dan lebih memilih untuk tidak menghiraukannya, toh lama-lama mereka juga bosan sendiri.

Brukk

Hingga tiba-tiba ada yang menabraknya cukup kencang hingga membuat ia terjatuh di lantai. Hera berusaha berdiri dan melihat siapa yang menabraknya dan ternyata orang itu adalah kakak kelasnya yang waktu itu.

"Ups, sorry gue sengaja," ucap kakak kelas tersebut sambil tertawa sinis.

Masalah lagi, batin Hera.

"Iya kak gapapa," balas Hera sambil tersenyum kecut.

"Biasalah guys, ini anak pasang muka..." ucapan kakak kelas tersebut dilanjutkan oleh dua temannya yang lain.

"Sok polos dan..."

"Sok alim so pasti," sahut mereka kemudian berlalu sambil tertawa sinis.

Sabar, sabar, orang sabar cantiknya nambah kata bunda, batin Hera. Setelahnya Hera segera menuju ke kelasnya karena bel masuk sebentar lagi berbunyi.

KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang