11

8.5K 360 12
                                    


Happy reading💞

Typo bertebaran🍃

Upacara pada hari Senin pagi ini berjalan dengan tertib, meski semenjak awal upacara dimulai sampai selesai pikiran Hera masih bertanya-tanya dengan yang diucapkan oleh kakak kelasnya. Penasaran dengan apa yang sudah dilakukannya hingga dianggap melakukan kesalahan, mungkin.

Tapi meski sudah berpikir hingga berkali-kali pun tetap saja, ia merasa tidak melakukan sebuah kesalahan terhadap kakak kelas tersebut. Bahkan menurutnya ia baru bertemu dengan kakak kelas tersebut.

Chika yang sedari tadi melihat kegelisahan Hera hanya bisa menghela napas berat, ia benar-benar akan mencakar muka kakak kelas tadi jika pak Kismin tidak datang.

"Udahlah Ra, ga usah dipikirin omongannya nenek lampir tadi. Maklumin aja kalau mulutnya itu emang pedes kayak cabe-cabean. Coba aja kalau Pak Kismin tadi gak dateng udah gue cakar itu muka sok kecantikan," ujar Chika.

"Hush... jangan ngomong gitu, gimana kalau ada yang denger trus ngadu ke kakak kelas tadi, bisa habis lo Chik," peringat Hera.

"Biarin aja kali Ra, gue gak takut ya mentang-mentang dia kakak kelas trus bisa bilang seenaknya," seru Chika dengan semangat '45.

Hera yang melihat hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah teman sebangkunya, ia mengenal Chika yang sangat berani jika ada yang menyakitinya. Percakapan mereka terhenti karena datangnya Bu Rusmi sebagai guru Matematika, dan memulai pelajarannya.

***

Hingga memasuki waktu istirahat, Hera dan Chika menuju ke kantin menyusul ketiga temannya, tak dipungkiri sedari tadi Hera menjadi pusat perhatian dari keluar kelas hingga ke bangku kantin. Bahkan di kelas tadi teman-temannya bersikap tidak seperti tidak biasanya. Jika bukan karena Chika yang memasangkan aerophon pada telinganya, mungkin ia dapat mendengar pembicaraan mereka. Ingin sekali menolak, tapi Chika bersikeras memaksa Hera untuk memakainya.

Sampai di kantin Hera melepas aerophon-nya dan mulai berbincang-bincang tentang hal yang mengganjal sedari tadi.

"Ra, lo kok bisa gitu sih sama Kak Andra?" tanya Rena dengan nada yang semangat.

"Iya Ra, kok lo bisa sedekat itu sama Kak Andra, kalian pacaran atau gimana?" tanya Kinar, melempar pertanyaan untuk Hera.

"Hah??? Maksudnya?" tanya Hera bingung, bingung dengan semuanya. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Ck... udah deh, kalian itu bukannya ngasih tahu Hera masalahnya tapi malah kayak seneng dengan masalah temen sendiri," celetuk Rana dengan nada yang malas.

"Yeee, nenek lampir sewot aja dari tadi,"sungut Rena.

"Sekali lagi lo bilang gue nenek lampir, gue bakal bilang ke papa kalau lo ikutan club lo itu," ancam Rana. Rena yang mendengar ingin protes tapi langsung berhenti karena Rana tidak memperbolehkan dirinya menyela. "Gini lho Ra, lo udah lihat mading?" tanya Rana kepada Hera.

"Belum. Emang ada apa di mading?" ucap Hera.

"Kalau lo belum tahu, di mading itu ada foto saat lo pelukan sama Kak Andra dan hal itu buat heboh satu sekolahan. Sebenarnya bukan hanya di mading, di ig anak club mading juga ada jadi bisa aja bukan cuma anak sekolah sini aja yang tahu. Dan saat lo dilabrak sama kakak kelas tadi pagi itu, dia salah satu kakak kelas yang jadi fans fanatiknya Kak Andra," jelas Rana dengan panjang lebar.

"WHAT??!!!" secara refleks Chika berteriak karena terkejut, dan menjadi pusat perhatian di kantin. "Sorry, gue cuman kaget aja. Beneran Ra, kok bisa?" tanya Chika dengan suara yang terdengar seperti berbisik.

KetosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang