15

3.9K 173 25
                                    

Selamat membaca!


Bertemu kakak cantik.

Kalimat itu yang terus tergiang di pikiran Alash. Ia sangat senang mendengar itu. Sekarang Alash sedang bergumam mengikuti nada lagu yang diputar oleh radio. Wajah senangnya itu menambah ketampanan dirinya.

Sementara orang di sebelahnya, papa masih menyetir sambil sesekali melirik Alash yang senang. Senyum di wajah pria tua itu terbit karena melihat Alash.

Mereka menuju ke pusat kota. Tepatnya di sebuah rumah sakit ternama.

Setelah memarkirkan mobil, dua orang laki-laki beda usia itu masuk ke rumah sakit itu. Wajah bingung Alash terlihat jelas, "Pa, kenapa kita ke sini? Alash kan tidak sakit." laki-laki itu mengernyitkan dahinya, "Papa bilang kita ketemu kakak cantik? Papa bohong!" ujar Alash sedih.

"Papa gak bohong, kita mau ketemu kakak cantik. Kakak cantik kerjanya disini." jelas papa pelan sambil merangkul anak satu-satunya itu.

Alash hanya bergumam pelan, sambil melihat ke sekelilingnya. Tanpa menyadari para perempuan di sekitar Alash menatap dirinya lekat. Jarang-jarang ada lelaki tampan di rumah sakit.

Ayah dan anak itu masuk ke sebuah lift. Papa menekan tombol lima di dinding sebelah pintu lift. Anak di sampingnya hanya mengoceh, kalau pun diam dia akan menggumamkan nada-nada lagu yang didengarnya di mobil.

Pintu lift terbuka, mereka melangkahkan kaki keluar lalu ke arah pintu bertuliskan Dr. Seva. Seorang dokter yang menangani Alash selama ini.

Papa membawa Alash masuk ke ruangan dokter itu, "Halo, Seva." sapa papa.

"Hai, tuan Fiko." balas perempuan itu sambil menjabat tangan laki-laki di hadapannya. "Halo, Alash." sapa Seva pada Alash sambil senyum. Memperlihatkan gigi gingsul atasnya yang manis.

Ah! Muka Alash jadi berwarna merah hati karenanya.

"Ha-halo.." cicit Alash.

"Jadi Seva, kelanjutannya seperti apa?"
.
.
.
.
.
Asa sedang mengetik sebuah laporan di laptop dan harus segera diselesaikan hari ini. Helaan napasnya sering terdengar.

'Baru juga habis liburan, tugas sudah sebegini banyaknya.' Batinnya.

Laki-laki di depannya pun tidak ia hiraukan.

Juliant di depannya hanya terkekeh pelan melihat Asa. Sudah lama ia tidak melihat perempuan cantik itu.

Juliant yang menghilang dari kehidupan Asa juga ada alasan. Dia tak mau terus-menerus mengharapkan hal yang sudah jelas.

"Sudah?" Juliant mendekat pada Asa yang masih sibuk dengan ketikannya. Wajah cantiknya yang kadang mengernyit atau mengembungkan kedua belah pipinya.

Laki-laki itu tertawa pelan.

"Ya jelas belum lah. Masih nanya aja lo!" jawab Asa cepat. "Kalo mau ke kantin, ajak aja Lana. Gue masih lama kayaknya." sambung perempuan itu.

"Gak ah, gue tunggu lo aja."

"Yaudah."

Asa kembali berkutat pada laptopnya. Tak mengindahkan lelaki di hadapan dirinya yang terus menatap lekat.

Juliant menatap perempuan di depannya terus-menerus. Sudah berapa lama ia tak melihat wajah gadis ini. Sampai rasa rindunya belum juga puas.
.
.
.
.
.
"Lan, gue duluan ya." Asa tengah memasukkan alat-alat kantlrnya dalam sebuah tas, lalu menyampirkan tasnya di bahu kanan. Juliant yang di depannya pun mengangkat alis, "Sejak kapan lo pulang cepet? Biasanya nongki-nongki. Trus, emang lo ga kangen gue nih? Baru juga ketemu berapa kali, Sa." cerocos Juliant yang tak ingin Asa pulang dengan cepat.

Merried with an Idiot! (OnHold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang