Lilin yang Terjaga

1K 252 11
                                    

Ini adalah sebuah lilin. Hanya lilin. Memiliki api. Memiliki sumbu. Memiliki bahan bakar padat yang putih. Hanya sebuah lilin.

Semua orang membeli lilin. Memujanya sebagai wahai. Meminta apa-apa pada api yang menyala. Orang-orang selalu berlaku demikian.

Lilin masih menyala, dan terkabul permintaannya.

Huru-hara para orang dengan gembira. Lantas, mereka terus meminta. Apa saja dan terus terwujud. Hingga suatu ketika mereka buncah.

Lilin memendek. Lilin terus memendek. Dan akhirnya padam. Tanpa api. Tanpa sumbu. Tanpa lagi bahan bakar yang putih. Orang-orang sedih. Kenapa lilin bisa padam? Pertanyaan yang tak ada jawabannya terus menari di otak mereka.

Sejak kematian lilin, orang-orang menjadi hancur. Kelaparan, kehausan, kekeringan, kebasahan, dan segala hal yang membuat hidupnya sengsara. Mereka tak lagi bisa berdoa sebab lilin sudahlah hilang.

Namun, sampailah tiba, saat salah satu dari mereka sekarat -- menunggu maut. Satu dua orang berteriak, meminta tolong, entah pada siapa, entah apa, entah kenapa. Dan ... semua permohonan terwujud.

Makan, minum, pakaian, kesehatan, keselamatan, kesejahteraan. Para orang terus memohon, dan semuanya terkabul. Lantas, mereka bertanya-tanya:

Siapa yang mengabulkan doa mereka?

Para Kedok Tanpa ParasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang