Part 19 : Terimakasih Haekal (2)

842 80 3
                                    

Thanks for 1,1k readers^_^
.
.

Dengan langkah gontai dan terkesan tak bersemangat, Sherin melangkahkan kakinya kedalam kafe milik Kakaknya Haekal yang terletak di daerah Palmerah, Jakarta Timur ini. Suasana dalam kafe sangat ramai, orang-orang yang tadi sedang fokus pada kesibukan masing-masing pun menoleh ketika melihat Haekal berjalan mengikuti gadis berhijab sekolah itu.

"Eh itu Haekal, kan?"

"Itu cewe yang Haekal upload kan potonya? Wahh cantik.."

"Cewenya putih banget,"

"Itu Sherin sama Haekal!"

"Halo Haekal!"

Haekal tersenyum ramah pada para pengunjung yang mengenalnya, ia berjalan sedikit lebih cepat seraya menarik tangan Sherin. "Haekal! Pelan-pelan dong, gue lagi pusing," Haekal memelankan langkahnya ketika sampai di depan tangga.

"Kita makannya di ruangan abang gue aja, ya," ajak Haekal kembali menarik Sherin, tapi kali ini lebih pelan dari sebelumnya. Sherin pun hanya mengikuti arah tarikan Haekal, karena ia tidak tahu seluk beluk belokan kafe ini.

Ketika Haekal berhenti, Sherin melongokan kepalanya karena ia berdiri tepat di belakang Haekal. Ia membaca kalimat yang terbuat dari kayu dan menempel di pintu kayu berwarna coklat itu 'Owner Room'. "Ayo," Sherin kembali mengikuti tarikan Haekal masuk ke dalam ruangan itu.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, ngapain lo kes-- eh ada calon adek ipar," Sherin tersenyum ketika melihat Zul berdiri dari duduk santainya di sofa. Tiba-tiba saja Zul menghampiri dan merangkulnya. Haekal yang melihat itupun langsung melepaskan rangkulan kakaknya dengan keras dan menarik Sherin ke arah sofa.

"Galak bener," gumam Zul. Sherin duduk bersandar di sofa putih, kepalanya ia taruh pada sandaran sofa yang empuk itu, kepalanya berdenyut dan terasa sangat berat.

"Kenapa?" tanya Haekal yang sudah duduk di samping Sherin. Sherin sendiri menggeleng dan memejamkan matanya.

Haekal bangkit, ia berjalan ke ujung ruangan, di sana ada kulkas yang berisi beberapa roti.

"Muka lo kenapa? Kok diujung bibir kayak yang bonyok? Ribut sama siapa?" tanya Zul ketika Haekal melewatinya.

"Ribut sama tiang bendera," jawab Haekal acuh, Zul hanya mendengus sebal.

"Lo makan ini dulu terus minum obat, kalo nunggu makanan takut kelamaan," Haekal menarik Sherin agar duduk tegak, kemudian mencarikan obat Sherin yang ada di tas yang ia bawa itu.

Sherin sendiri membuka bungkus roti itu dengan gerakan perlahan, tenaganya hampir habis, sepertinya gara-gara ia memukuli orang tak bertanggung jawab tadi. "Nah," akhirnya Haekal menemukan obat berjumlah tujuh itu, Sherin masih belum membuka rotinya.

"Kok belum dimakan?"

"Susah bukanya," Haekal terkekeh pelan, ia mengambil roti itu, kemudian membuka bungkusnya. "Nih,"

Zul yang sedari tadi diam memperhatikan Haekal dan Sherin di kursinya pun tersenyum, ia bahagia bisa melihat Haekal semangat seperti dulu lagi, tapi kerutan dahinya mendalam ketika Zul melihat Sherin tersedak roti, "Kasih minum lah, bege. Orang keselek malah ditepuk-tepuk pungung," ujarnya

"Lo liat kenapa gak ngambilin," Haekal langsung bangun dan mengambilkan air dingin yang ada di kulkas tadi.

Zul melemparkan botol air mineral yang berisi setengah, Haekal yang melihat itu langsung menangkapnya dengan sigap, ia mengerti kenapa Zul memberikan botol itu, karena yang Haekal bawa adalah air dingin.

GirlXFriend [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang