Vote sebelum baca, vomment selesai baca😊 saling menghargai jika ingin dihargai😊
.
.Setelah dokter keluar selesai memeriksa Sherin. Haekal langsung masuk kedalam ruangan pemeriksaan tempat dokter memeriksa Sherin. "Sherin.. lo kenapa sih di benci orang? Kan lo cantik," gumam Haekal ketika ia sudah duduk dan menatap Sherin.
Pak Imam dan Kipe masuk menyusul Haekal yang sedang menunduk menatap Sherin. "Sudahlah, Kal. Mereka benci karena mereka syirik. Adek gue terlalu cantik, sampe-sampe Haekal Fitryassa saja tertarik. Ahahah," hibur Kipe untuk Haekal. Padahal dirinya sendiri juga sangat sedih dan khawatir pada Sherin.
"Haekal. Kalo Sherin sadar nanti. Ayah titip salam ya. Ayah mau pergi ke kantor Kakek kamu. Katanya Kakak kamu kerepotan disana. Assalamualaikum," kata Pak Imam seraya mengusap bahu anaknya. Haekal dan Kipe bergantian mencium punggung tangan Pak Imam.
"Waalaikumsalam," jawab Haekal dan Kipe.
Haekal dan Kipe saling tatap ketika Pak Imam sudah pergi. "Haekal.. lain kali, lo jaga adik gue baik-baik ya. Gue udah percaya sama lo. Percaya buat lo jagain Sherin kalo di sekolah," kata Kipe
Pria yang tadi menatapnya sebentar itu pun langsung menunduk, "Ya.. tanpa lo suruh, gue mau jagain Sherin. Tapi, kali ini gue gagal. Bahkan gue selalu gagal," Haekal menunduk menyembunyikan wajahnya dari Kipe.
"Ini bukan yang lo mau. Jadi gue gak bakal nyalahin lo, mungkin ini takdirnya Sherin," Kipe mengusap-usap kening adiknya.
***
Sherin tersenyum simpul, memandang Haekal yang tengah menyuapinya. "Lo gak sekolah?" Tanya Sherin.
"Gila aja jam 2 malem gue sekolah. Kalo di temenin sama lo sih boleh-boleh aja," Sherin menepuk pelan kepala Haekal yang terjangkau olehnya. Pria itu mengerlingkan sebelah matanya pada Sherin di akhir kata.
"Kali aja mau candle light dinner with mbak kunti. Ehehe," Haekal tertawa. Ia memberikan tissue pada Sherin agar ia mengusap ujung bibirnya yang belepotan bubur.
"Elap tuh," Sherin mengambil lembaran putih itu dari tangan Haekal dan mengusap bibirnya.
"Gak ada kan?" Tanya Sherin.
"Masih ada. Sini gue elap," Haekal bangkit dan mendekatkan wajahnya pada wajah Sherin.
"Eehhh.. belum pernah di sleding sama Ronaldo ya?" Haekal tertawa lagi, bahkan semakin keras. Ia langsung duduk dan menetralisir detak jantungnya.
"Kan biar cara ngelapnya beda," lagi-lagi pria itu mengerlingkan sebelah matanya pada Sherin.
"HAEKAL! GUE GEPLAK NIH!"
Haekal tersenyum, baru tadi Sherin bangun, sekitar pukul 1 malam. Dan setelah menjelaskan apa yang terjadi, Haekal langsung menyuapi Sherin makanan bubur yang dibuat oleh Ibunya, yang sore tadi datang.
"Dek! Berisik!" Kipe membuka matanya yang terpejam. Menatap Sherin tajam.
"Maaf, Bang. Lo gak seneng gue bangun?" Sherin menunduk. Kipe yang tadi tidur di sofa pun bangkit dan memeluk Sherin.
"Gue seneng kok. Seneng banget malah. Tapi plis... suara cempreng lo jangan dikeluarin malem-malem gini. Gue kan lagi tidur," Kipe mengusap-ngusap kepala adiknya yang tertutup hijab.
KAMU SEDANG MEMBACA
GirlXFriend [REVISI]
Ficção Adolescente[REVISI] #8 In teenfiction (Kamis, 06 September 2018) Bukan cerita tentang cowo atau cewe cupu, bukan cerita badboy bertemu dengan ice girl, dan bukan cerita tentang benci jadi cinta. Hanya sebuah cerita yang berawal dari pertemuan yang tidak disen...