Jodoh ditangan Tuhan
Kalau ditinggal kawin ya harus kondangan
Tapi kalau tidak diundang nggak usah datang"April nanti malam temenin aku kondangan ya?" Rianti. Gadis itu kini tengah membujuk temannya agar mau menemaninya.
"Nggk ahh, males. Lagi pula aku sudah menemanimu mencari kado buat mantanmu yang nikah itu kan?" Kata Rianti ogah ogahan. Dia bukannya tidak mau menemani Rianti. Hanya saja dia enggan keluar rumah malam-malam. Si April kan rentan masuk angin. Wkwkwk.
"Kok kamu tega sih, Pril? Masa aku kondangan sendiri? Ngenes banget." Dengan wajah memelas, Rianti pantang menyerah membujuk April.
"Kamu kan tau, aku nggak suka keluar rumah malam-malam." Jelas April.
"Cuma sebentar doang kok, Pril." Rianti semakin gencar menebarkan bujuk rayunya.
"Hmmm, yaudah deh. Sono pulang, siap-siap." Kata April dengan malas. 'Mudah-mudahan si Rian ga balik kesini lagi' batinnya.
"Beneran mau, Pril?" Dengan mata berbinar, Rianti menatap April tak percaya. "Huwaaaa! Makasih April. Muaah." Gadis itu memeluk April dan secara spontan mencium pipinya gemas.
"Hueks! Gila lo pake cium cium segala" April bergidik geli dengan kelakuan temannya itu.
"Sorry, Pril. Reflek. Hehehe." Rianti hanya nyengir kuda. "Yaudah aku pulang dulu yah, jam 8 aku jemput kamu." Rianti pun pulang ke rumahnya meninggalkan April yang tadi dia ganggu tidur siangnya.
"Loh? Pril? Riantinya sudah pulang?" Tanya ibunda April yang datang dari dapur dengan membawa nampan berisi susu coklat dan kue putu ayu kesukaan April.
April yang tadi tengah berbaring di karpet ruang TV pun bangkit dan menyerobot salah satu gelas berisi susu coklat tersebut. "Bunda, nanti malam Rianti ngajakin April kondangan." Tangan kirinya memegang gelas sedangkan kini tangan kanannya tengah mencomot kue putu. "Boleh ya, bun?"
"April, duduk kalau makan" tegur sang bunda. April pun menurut. Kini mereka tengah duduk di karpet sambil menikmati suguhan yang tadinya akan diberikan untuk Rianti. Tapi berhubung orangnya sudah pergi jadi dimakan saja, sayang mubadzir.
"Gimana, bun? Boleh nggak April pergi sama Rianti?" Tanya April lagi.
"Asal jangan terlalu malam dan langsung pulang." Kata bundanya.
"Siap bun" April melakukan gerakan seperti hormat kepada bendera merah putih. "Jam 8 kok, bun. Terus kata Rian, cuma sebentar doang." Lanjutnya.
"Yasudah" kata bundanya dengan lemah lembut.
Tak terasa sekarang sudah pukul 8 malam. Rianti datang ke rumah April dengan membawa sebuah kado.
"Bunda, ada Aprilnya?" Tanya Rianti sopan kepada bundanya April.
"Lagi siap-siap katanya, tunggu sebentar ya bunda panggilin." Sang bunda tersenyum ramah.
Sesampainya di kamar sang putri, bundanya April meminta putrinya agar bergegas. "April, Riantinya sudah nungguin tuh"
"Iya bunda, ini sudah selesai kok." Jawab April lalu dia menemui Rianti.
"Bunda, kami berangkat dulu ya." Pamit Rianti.
"Iya hati-hati ya. Bawa motornya jangan ngebut." Sang bunda mewanti-wanti.
"Iya, bunda. Assalamu'alaikum." Mereka berdua mencium tangan sang bunda.
"Wa'alaikumsalam" jawab sang bunda.
Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya Rianti dan April sampai di resepsi pernikahan mantannya Rianti.