Balikan adalah terjalinnya kembali hubungan asmara antara dua insan yang dahulu pernah berpisah
Pernahkah kamu balikan sama mantan? Apa? Nggak mau balikan? Nggak mau diajak balikan atau nggak ada yang ngajak balikan? Hahahaha.
"Riaaaan!" Teriak April pada temannya yang tengah duduk di trotoar. Loh? Kok duduk di trotoar?
"Rianti! Iih panggil aku Rianti." Sang pemilik nama menyuarakan protesnya.
"Kamu ngapain, sih? Kok duduk di trotoar?" Tanya April yang kini ikut duduk di samping Rianti.
"Lagi nungguin orang lewat lempar recehan" Rianti menekuk wajahnya sebal. Sepertinya dia terlihat kurang baik hari ini.
"Apa? Kamu mau jadi pengemis? Nanti dijaring SatPolPP loh. Hahahahaha. Lagian ya kostum kamu tuh kurang cocok. Harusnya kamu gunting-gunting dulu kaosmu. Hahahahaha." April menertawakan Rianti. April tertawa terlalu keras hingga orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka menatap heran ke arah April.
"Maaf, mbak, mas. Temen saya lagi kumat. Bukan kesurupan kok. Obatnya habis." Kata Rianti pada orang-orang yang melempar pandangan aneh kepada mereka.
"Sialan! Emangnya aku gila!" April memukul pelan lengan Rianti.
"Kamu sih, ketawa kayak gitu nggak tau tempat." Kata Rianti membela diri.
"Sorry deh, sorry." Kata April. "Seriusan, nih. Kamu lagi apa di sini? Kok duduk di trotoar?" Lanjutnya kepo.
"Neng, ini pesenannya." Seorang abang abang yang masih muda, kira-kira seumuran mereka lah, menghampiri mereka berdua. Lebih tepatnya menghampiri Rianti dan menyerahkan sebuah mangkok berisi beberapa pentol bakso bulat seperti bola pingpong.
Ahh, rupanya Rianti tengah memesan bakso. "Waah. Rianti nggak bilang-bilang kalau lagi beli bakso. Nggak ngajak-ngajak pula." April tergoda menghirup aroma semangkuk bakso itu.
"Yaudah, pesen aja." Rianti malas menanggapi April. Dia paling getol kalau soal makanan. Sudah pasti dia pengen makan bakso juga.
"Bang, bakso ya satu. Jangan pedes. Baksonya aja." Dengan semangat April mengutarakan pesanannya pada si abang tukang bakso.
"Pril" panggil Rianti sebelum dia menyantap baksonya.
"Apa, Rian?" Tanya April.
"Rianti, Pril. Kamu kebiasaan, ihh." Protes Rianti. "Pril, tadi aku baca novel romantis." Lanjutnya lalu dia menyantap baksonya.
"Terus?" Tanya April. Si April malah liatin baksonya Rianti. 'Aduh, pesenan aku kok belum jadi juga sih. Si abangnya lama banget sih. Kan aku udah pengen bakso.' Batin April.
"Terus tokoh utama cowok sama ceweknya balikan." Rianti melanjutkan ceritanya usai melahap sesendok bakso.
"Kok balikan? Emang tadinya putus?" April semakin ngiler liatin bakso.
"Iya tadinya putus. Terus si cowoknya ngajak si cewek balikan. Ngajak balikannya itu romantis banget." Rianti mendongeng.
"Ya, bagus dong. Lebih bagus lagi kalau nggak pake sambel." April sudah tidak fokus nih. Pikirannya sudah dipenuhi pentol-pentol bakso.
"Tapi aku nggak rela gitu si ceweknya mau diajak balikan. Dulunya si cowok itu selingkuhin si cewek sama temennya sendiri. Masa mau aja diajak balikan." Rianti sama sekali tidak menghiraukan perkataan kacau April. Dia malah mengungkapkan pendapatnya mengenai novel romantis tersebut.
"Loh? Memangnya kenapa? Kalau pake sambel kan pedes." Astaga April.
"Kalau aku jadi ceweknya, aku nggak akan mau diajak balikan." Lanjut Rianti yang benar-benar tifak menghiraukan ucapan tidak nyambung si april.
"Kenapa? Bakso kan enak." Abang tukang bakso! Please cepat selamatkan April.
"Masa mau aja sih diajak balikan. Padahal dia udah dihianati, disakiti. Kan bego." Rianti jadi kesal sendiri.
"Ini pesenannya, neng April." Akhirnya sang abang tukang bakso membawakan bakso pesanan April. Ehh, tapi kok si abangnya tau nama April? "Bang, kok tau nama saya sih bang?" Tanya April heran.
"Abang punya indra keenam, neng April. Hehe." Si abangnya malah cengengesan.
April hanya mengangkat bahunya. Dia tidak perduli dari mana si abangnya tau namanya. Yang penting sekarang adalah menyantap bakso yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.
"Bego banget kan ceweknya?" Rianti masih mendongeng. Sedangkan April fokus menikmati baksonya. "Kalau kamu mau nggak diajak balikan, Pril?" Tanya Rianti.
"Nggak" jawab April sekenanya.
"Tuh kan, bener Pril jangan mau kalau diajak balikan sama mantan. Masa udah disakiti mau balikan lagi. Bisa jadi nanti disakiti lagi. Dihianati lagi." Kini raut muka Rianti menjadi sendu. Nah dia baper.
Rianti dan April kini terdiam selama beberapa menit. Tak terasa April sudah menghabiskan baksonya. Cepet banget ya?. "Rian, kok diem aja?" Tanya April.
"Kamu udah selesai makannya?" Rianti balik bertanya.
"Udah nih." April memperlihatkan mangkoknya yang kosong. "Eh iya, gimana tadi? Yang balikan balikan itu?" Tanyanya.
"Oh, itu cewek yang mau diajak balikan sama mantannya. Kan bego, udah dihianati malah mau aja diajak balikan. Kalau aku sih nggak mau." Kata Rianti berapi-api.
"Emang ada yang ngajak kamu balikan, Ri? Hahahaha." April tertawa lalu bangkin dari duduknya.
"Sialan!" Kesal Rianti.
"Oh iya bang, yang bayar temen saya ya." Katanya pada si abang bakso lalu April berlari meninggalkan Rianti. "Makasih ya traktirannya. Hahahaha." Teriak April.
"Apriiiiil! Nyebelin ihh." Rianti melemparkan sendalnya ke arah April. 'Bugh' sialnya lemparan sendal itu malah nyasar ke seorang pengendara sepeda.
"Neng, jangan marah-marah nanti cantiknya ilang." Kata sang abang bakso. "Semuanya dua puluh ribu, neng." Lanjutnya.
Rianti menyerahkan uang dua puluh ribu ke si abang bakso lalu dia menghampiri korban lemparan sendalnya tadi. "Aduh mas, mas nggak apa-apa? Saya nggak sengaja, mas." Kata Rianti merasa bersalah.
"Nggak apa-apa, kok. Saya pake helm." Orang itu menghadap Rianti.
"Heee? Kamu kan mas mas yang di nikahan kemarin." Kata Rianti terkejut.
"Ehh iya, kamu yang waktu itu ya? Temennya mana, mbak? Waah dunia ini sempit ya. Hahahaa." Masih ingat kan? Mas mas berbaju batik biru yang dikira mantan pacar pengantin perempuan itu loh. Yang ngegombalin April.
"Astagfirullah" reflek, Rianti menjauhkan diri.
Jadi, dunia itu sempit ya. Hahahaha.
.
.
.Vomment yaw v:
Caranya tinggal pencet ☆ dipojok kiri bawah kok v: