Hai, nama lo siapa?
Nandya mengernyitkan dahinya saat membaca pesan yang baru saja masuk di ponselnya. Tapi tak lama sebuah senyum terlukis di bibirnya. Ia ingat kejadian tadi di depan pagar sekolah dan dengan cepat langsung mengetik balasan pesan laki-laki yang ia tahu namanya Revan itu.
Es doger bu kantin dulu tar gue kasih tau
Setelah menerima laporan pesan terkirim, Nandya menyimpan nomor ponsel itu dan mengetik lima huruf nama si pemilik nomor. R-E-V-A-N. Setelah kontak tersimpan, Nandya langsung menerima satu pesan balasan.
Ok, gampang
“Yay!!” teriaknya histeris, membuat seisi kelas itu menatap ke arahnya dengan tatapan aneh. Namun, Nandya masa bodo. Yang terpenting baginya, dijam istirahat nanti ia akan bertemu dengan Revan.
“Bahagia banget kayaknya, kenapa sih?” tanya Sanaㅡsatu-satunya teman yang akrab dengannya selama Masa Orientasi Siswa, dan beruntungnya mereka dipertemukan di kelas yang sama.
Nandya menyodorkan ponselnya pada Sana, sebagai jawaban dari pertanyaan gadis itu. Sana membaca pesan yang tertera di layar ponsel milik temannya itu.
Kedua alis gadis itu terangkat. “Lo sebahagia itu cuma ditraktir es doger doang?”
“Bukan es dogernya, liat dong pengirimnya!”
Sana langsung membaca nama pengirim pesan itu. “Revan?”
“Iya, Revan!” Sana bisa menebak seberapa bahagia sahabatnya itu dari cara ia menjawab pertanyaannya.
“Oh,” balasnya acuh. Kemudian ikut menjawab salam dari guru yang saat itu masuk ke dalam kelas dengan buku paket Bahasa Inggris dalam dekapannya.
“Lo tau Revan?” Sana menganggukan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Nandya. “Kok bisa?” tanya Nandya yang masih terus memfokuskan pandangannya pada Sana yang tengah mengambil alat tulis di dalam tasnya.
“Anak osis, kan?” Kini, giliran Nandya yang menganggukkan kepalanya. “Dia kakak pembimbing grup C, grupnya temen smp gue.”
“Ganteng, ya, dia. Kek oppa-oppa koriya!”
Sana mengangkat kedua bahunya. “Gue gak pernah liat.”
“Lah? Tadi katanya lo tau, gimana sih!”
“Gue tau karena temen gue suka sama dia, jadi sering banget ceritain si Revan itu, yang katanya mirip si Sehun ekso!”
“Yah, saingan gue dong temen lo.”
“Temen gue dan semua anak cewek di grup temen gue,” Sana menambahkan.
“Gue yakin sih, gue yang bakal menang,” balasnya percaya diri.
Sana tak mengindahkan ucapan Nandya, ia memilih memperhatikan gurunya yang tengah menjelaskan di depan kelas.
“Do’ain. Nanti gue traktir bakso!”
“Iya, udah sekarang belajar dulu.”
“Ok!” seru Nandya. Barulah, ia membuka tasnya dan mengeluarkan alat tulis dan buku paket Bahasa Inggris. Matanya memang tertuju pada guru Bahasa Inggris yang ada di depan kelas, tapi siapa yang tahu pikirannya entah terbang kemana.
🔅🔅🔅
Bel yang sudah ditunggunya selama dua jam pelajaran, akhirnya berbunyi. Dengan cepat Nandya merapikan alat tulis yang berserakan di atas mejanya.
“Gue kantin duluan, ya, San!” serunya sambil menepuk bahu Sana.
“Gih! Nanti gue nyusul,” ucap Sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spithame
Teen FictionTerkadang kamu sering tidak menyadari; bahwa cinta yang kau kejar dan kau nanti hanya berjarak satu jengkal darimu. 01/05/2017