Ch 5 : Confession

307 53 15
                                    

Maafkan daku sebelumnya teman-teman karena work ini udah setahun lebih ngga update...

Aku udah buat sampe sekian chapter, tapi nasib malang menimpa laptopku tahun lalu tiba-tiba mati...

Nah setelah dibenerin hardisk nya tak bisa diselamatkan, jadi work nya hilang semua.

Dan diriku ini terserang penyakit malas mengetik ulang cerita ini, ada beberapa jalan cerita yg udah aku lupa juga kok bisa berakhir begitu....

Dan setelah setahun berlalu, baru aku menemukan setitik semangat buat lanjutin work ini.

Makasi banget buat teman-teman yg udah kasi aku dukungan dan menunggu kelanjutan work ini 🙏

Mudah-mudahan bisa terus aku lanjutin yahhh ✌ heheheeee....

Jangan lupa votement ya...
~~~ ~~~ ~~~


~Malamnya pada hari yang sama 🌙

Daehwi POV
Malam ini lebih dingin dari biasanya karena diluar sedang hujan deras.

Huuhh...

Bahkan langit pun ikut menangis iba padaku. Aku sedang berdiri di depan jendela kamarku, mengamati tetesan hujan yang jatuh dengan derasnya. Hanya berdiam diri, aku sedang tidak ada kerjaan. Malas untuk mengerjakan sesuatu lebih tepatnya.

Hpku tiba-tiba berdering menginterupsi lamunanku, dengan gontai aku mengambilnya di meja nakas dan melihat siapa yang menelfon.

Oh God!

Tubuhku menegang dan mataku mulai memanas. Aku meremas jemariku yang mulai gemetar karena gugup.

-Kak Bae ❤-

Begitu tulisan yang tertera pada panggilan itu.

Oh God! Please help!

Baiklah Daehwi, kamu harus tenang! Tarik nafas, hembuskan. Tarik nafas, hembuskan.

Lalu hpku berhenti berdering, membuatku menghela nafas lega. Tapi tak butuh beberapa detik benda itu berdering lagi oleh pelaku yang sama.

Oke Daehwi! Kamu tidak boleh menghindar, kamu harus tenang, kamu harus menghadapi ini. Tenang Hwi, tenang. Aku terus merapalkannya bak mantra untuk menenangkan diriku.

Aku menarik nafas panjang sekali lagi, menghembuskannya pelan, dan mengangkat telpon nya.

"Halo, Kak!" sapaku dengan nada riang seperti biasanya.

"Hai, Hwi! Kok lama banget angkat telponnya? Lagi sibuk ya?"

"Hehe... nggak kok Kak, aku baru habis dari kamar mandi tadi. Hehe..." bohongku.

"Ga abis mandi kan? Ini lagi ujan loh jangan mandi malem-malem juga ntar kamu sakit."

"Nggak kok kak. Aku udah mandi tadi."

"Oh baguslah. Gak lagi sibuk kan? Nanti Kakak ganggu lagi."

"Nggak Kak... nggak kok. Aku lagi ngga ngapa-ngapain. Emang ada apa Kak?"

"Hah? Ada apa?" Ops! My bad.

"Ya pengen denger suara adik kesayangan Kakak aja, ga boleh? Biasanya juga kalo Kakak telpon, kamu langsung nyeroscos cerita." Sambungnya.

"Hehe... iya boleh kok Kak." Tawaku garing.

"Lagian belakangan ini kan kita jarang telponan." Ya itu salah siapa jadi jarang telponan? Kan Kakak sibuk pacaran sama Kak Jihoon. Batinku menangis.

"Hehe... iya Kak ya."

"Kakak kangen tau sama kamu Hwi..."

"......" mataku mengerjap pelan.

Kenapa kak?
Kenapa kakak dengan gampangnya bilang kangen sama aku?
Apa kakak tidak tau gimana efeknya untuk perasaanku?
Kakak tak tau bagaimana efeknya untuk jantungku?
Aku baper kak, banget!
Bahkan setelah hati ini hancur, perasaan ini tak berubah sedikitpun untuk kakak.
Aku pengen banget benci dan ngucapin segala macam sumpah serapah yang ada ke kakak, tapi apa?
Jantungku masih bergetar buat kakak. Bodoh, memang.
Aku jatuh cinta sama kakak! Saat kakak bilang kangen aja masih ada perasaan hangat yang menjalar di dadaku, jantungku masih berdetak dengan cepatnya, dan pipi bodoh ini dengan mudahnya merona, lupa tadi pagi kebanjiran karena ulah siapa.

"Hwi...?"

"Eh... iya kak?"

"Lah, kok malah bengong?"

"Hehe... maaf kak, aku lagi banyak pikiran aja."

"Kamu kenapa Hwi? Lagi ada masalah?" Masalahnya tuh kakak!

"Nggak kok kak, cuma masalah kecil sama Iwung. Biasalah kak temen suka gitu. Hehe..." Maaf Iwung kamu jadi aku bawa-bawa.

"Kenapa sama Iwung? Masalah serius?"

"Ngga kok kak. Ngga apa-apa. Besok aja udah baikan lagi."

"Oh gitu, ya udah. Padahal kakak mau cerita." Aku menggigit bibir bawahku. Kak Baejin pasti mau cerita soal dia udah punya pacar. Aku memang sudah tau tentang itu, tapi kalau mendengar langsung dari orangnya, rasanya aku tak sanggup.

"Cerita apa kak?" Oh bibir sialan.

"Kakak malu ceritanya, hehehe..." Setetes air mata turun dengan kurang ajarnya. Aku mengusapnya dengan kasar.

"Hehe... cerita aja kak, ngapain malu juga sama aku?"

"Beneran? Nanti jangan diciein ya!" Oh ayolah kak. Cepat selesaikan ini sebelum tangisku pecah.

"Iya, nggak akan. Hwi janji."

"Oke deh. Kakak itu...sekarang, eemm..." Oh dan sekarang air mataku mengalir lebih deras.
"Kakak pacaran sama Kak Jihoon."

Oke! Aku yang mencari masalah, jadi salahkan saja aku yang membuat air mata ini sudah menganak sungai. Hidungku memanas dan cairan berlendir itu mau keluar juga. Sial!

"Iya kak? Wah selamat ya, akhirnya pensiun jadi jomblo, hahaha..."

"Heum... hehehe... Iya Hwi, akhirnya kakak ga jomblo lagi. Kamu juga cepet move on dari Samuel dong." Aku sudah move on kak, ke kakak!

"Iya kak, doain aja biar Hwi cepet punya pacar."

"Iya... tapi kok suara kamu parau gitu?"

"Hehe... iya kak, ini aku pileknya kumat. Dingin soalnya, ujan deres."

"Pakai selimut yang tebel Hwi, biar kamu ga sakit." Hati aku yang sakit kak.

"Iya kak, ini udah kok." Bohongku. "Aku mau istirahat ya kak, kayaknya mau ga enak badan ini."

"Minum obat dulu Hwi, baru istirahat yaa, biar besok ga sakit."

"Iya kak, bawel deh, ya udah Hwi istirahat dulu ya, da da..."

"Iya sayang, tidur yang nyenyak ya..." Baper Daehwi tu!

"Iya kak." Aku langsung menutup sambungan telponnya dan entah kenapa aku tidak bisa berhenti menangis.

Tuhan..... Mungkin maksud Kak Baejin sayang sama Daehwi sebagai adik, tapi Daehwi nggak bisa untuk gak baper.




~~~ ~~~ ~~~

Akhir kata, maaf dan terimakasih 🙏

We Loved ( PanHwi / GuanHwi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang