Prolog

1.6K 531 994
                                    

Bunyi bel yang ditekan, suara pintu yang terbuka dan teriakan coffee maker serta waiter menjadi satu. Cafe yang baru saja sebulan lalu resmi dibuka kini sedang ramai-ramainya oleh pelanggan. Tidak semewah cafe-cafe lainnya, namun cafe ini dibuat dengan interior yang membuat siapa pun merasa nyaman didalamnya.

"Banana milkshake satu!"

Dengan senyum mengembang gadis dengan kuncir kuda itu menyebutkan pesanan pelanggannya. Sambil menunggu pesanan yang tengah dibuat, gadis itu menatap satu persatu pelanggannya hari ini lalu mencatatnya didalam bider kesayangannya. Senyumnya semakin lebar begitu melihat jumlah pengunjung dihari ini lebih banyak dari kemarin. Ini merupakaan awal yang bagus untuk usahanya dengan Sang Bunda yang kini tengah menatap tajam ke arahnya karena tidak mendengar panggilan nyonya besar tersebut.

Sambil menyengir gadis itu menutup bindernya lalu menghampiri sang Bunda untuk mengambil pesanan pelanggan.

"Kerja yang bener!" seru wanita cantik yang kini sudah berkepala empat.

Gadis itu kembali tersenyum lebar sambil mengangguk, membuat wanita paruh baya itu ikut melebarkan senyumnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Siap Bu bos!"

Mengantar minuman pada pelanggan entah kenapa menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan selain melukis. Melihat tawa pelanggan dengan rekan kerja atau teman sekolah membuat senyum gadis itu ikut melebar. Senang rasanya bisa menyediakan tempat yang disukai banyak orang.

Dalam hati ia bersyukur dapat memulai hidup baru dengan usaha yang dibuat dengan mengorbankan seluruh harta benda peninggalan Ayahnya. Oleh karena itu senyumnya selalu mengembang setiap ada pelanggannya yang datang. Itu semua sebagai bentuk rasa syukurnya akan semua yang diberikan tuhan padanya.

"Hot chocolate satu!"

Setelah menyebutkan pesanan berikutnya, gadis itu kembali mengambil bindernya lalu menghampiri sang Bunda yang tengah menatap galak ke arahnya.

"Berhenti nulis hal nggak penting dibinder!"

Gadis itu mengerucutkan bibirnya sambil kembali mencatat. "Ini tuh biar kita inget jumlah pelanggan kita hari ini. Biar jelas juga setiap hari nambah atau justru berkurang."

Arum. Wanita paruh baya itu menatap anak gadisnya dengan tatapan kesal. "Tulis hal yang penting! Jangan semut yang masuk juga kamu catat."

"Semut juga salah satu pelanggan. Dia kan masuk kedalam cafe kita juga, Bun." gadis itu nyengir. Kemudian menghampiri Dava, salah satu coffe maker di cafenya ini.

"Wanginya enak." gadis itu mengirup aroma chocolate yang ada ditangannya. Sebelum mengerucutkan bibirnya begitu pukulan mendarat di kepalanya.

"Cepat!" gadis itu menjulurkan lidahnya kemudian berbalik menuju tempat pelanggannya. Senyumnya masih mengembang sebelum ia melihat laba-laba kecil yang melintas dihadapannya.

"Aaaaak!! Bundaaaaaa." gadis itu meloncat sambil berbalik, tanpa melihat adanya orang yang kini terkena tumpahan hot chocolate yang ia bawa.

Suasana cafe mendadak ramai, orang-orang menatap sang waiter dengan berbagai tatapan. Sedangkan gadis itu hanya bisa meruntuki kebodohanya. Tanpa menunggu lama ia langsung meletakan nampan disembarang meja sambil mengambil sapu tangan kemudian mengelap baju orang yang ditabraknya dengan cepat. Rasanya ingin menangis, apalagi begitu melihat baju yang dipakai orang tersebut berwarna putih dan merupakan seragam sekolah.

"Maaf banget maaf, saya bener-bener nggak sengaja," ujarnya sambil terus mengelap seragam tersebut.

Gadis itu mengangkat kepalanya begitu tangannya dicekal. Matanya langsung bertemu dengan iris mata orang tersebut. Tidak ada emosi, tatapan itu terkesan datar seperti air danau.

Gadis dengan kuncir kuda itu menelan salivanya menatap cowok yang kini berdiri dihadapannya sebelum mundur dua langkah dan membungkuk memohon maaf.

"Sekali lagi maaf! Saya bener-benar nggak sengaja." gadis itu masih saja membungkuk jika saja orang yang ditabrak tidak menepuk bahunya.

Cowok itu menatap ke arahnya masih dengan wajah datar. "Hati-hati," ujarnya sebelum berlalu meninggalkan cafe.

"Oppaaaaa!" teriak gadis itu menatap kepergian cowok yang baru saja ia tabrak sambil menggigiti sapu tangan yang ia gunakan untuk mengelap seragam cowok itu.

"KALILA MAHESWARI!" gadis itu menoleh, kemudian meringis begitu melihat tatapan tajam sang Bunda.

∞∞

Bismillah, semoga jadi awal yang bagus!

Happy reading.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang