Berbagi

898 442 366
                                    

Setelah merapihkan dan menutup cafe, kini gadis dengan kuncir kuda itu mengambil sepotong ayam yang baru saja sang Bunda beli untuk makan malam keduanya. Sambil mengendap-ngendap Kalila, membuka pintu cafe dan berjalan ke arah kucing jalanan yang telah menunggunya disana. Kucing putih dengan bulu cukup lebat itu mengeong pada Kalila sambil mengendus-ngendus kaki gadis itu.

"Sabar dong." Kalila menjauhkan kucing tersebut dari kakinya sambil memberikan sepotong ayam goreng didepan kucing itu.

Dengan cepat kucing putih itu langsung melahapnya. Kalila tersenyum lebar sambil mengelus-ngelus kepala kucing itu dengan sayang.

"Makan yang banyak Putih." Kalila terus menatap kucing tersebut sebelum jeweran mendarat di telinganya.

"Bagus ya ngasih kucing seenaknya! Kamu pikir Bunda belinya pake daun?!" Arum menyeret Kalila memasuki cafe tanpa melepaskan jeweran ditelinga anak gadisnya.

"Kucing kan juga butuh makan, Bun! Kasian tau." Kalila mengerucutkan bibirnya.

"Terus kamu nggak butuh makan?! Kamu tuh butuh banyak asupan daging biar makin pinter!"

"Aku butuh belajar biar pinter, bukan sepotong ayam goreng, Bundaaaa." Arum menatap kesal ke arah anak gadisnya. "Itu kamu tau. Harusnya kamu sekarang ada dikamar sambil belajar, bukannya nemenin Bunda disini," ujar Arum sambil meletakan satu-satunya ayam goreng yang ia miliki pada piring putrinya.

Kalila mengangkat kepalanya, menatap Arum yang mulai memakan makan malamnya hanya dengan capcai dan satu telur bulat.

Arum ikut mengangkat kepalanya sambil menatap putrinya galak. "Apa?! Mau kamu kasih ke kucing lagi? Sana! Sekalian bawa piring kamu terus makan bareng kucing." Kalila tertawa lebar melihat Bundanya yang terlihat kesal. Ia selalu menikmati wajah Bunda ketika memarahinya. Yang Kalila tau, Bunda sangat sayang padanya. Walaupun terkesan galak dan selalu memarahi, ada rasa sayang yang terselip disetiap omelannya.

Kalila masih saja terkekeh sambil membagi dua ayam miliknya, lalu meletakan pada piring milik Bunda. "Iya, ini aku ke kasih ke Ratu kucing garong aja." Kalila kembali tertawa lebar sambil melanjutkan makannya. Membuat Arum diam-diam mengembangkan senyum sambil memakan ayam milik mereka.

∞∞

Kalila mengalungkan dasinya di leher dengan asal-asalan sambil mengenakan sepatunya dengan cepat. Hari ini gadis itu kesiangan karena begitu pulang dari cafe ia langsung menonton drakor hingga pukul tiga pagi. Kalila berlari ke arah dapur sambil terus memakai sepatunya. Membuat sang Bunda menggelengkan kepalanya melihat putrinya bertingkah seperti itu.

"Aku telat, Bundaaaaa!"

Arum mengangguk sambil melanjutkan sarapannya. "Harusnya Bunda bangunin aku!" Kalila mengambil alih sendok yang berada ditangan Arum lalu menyendokan nasi goreng ke mulutnya.

"Kebiasaan!" seru Arum sambil memukul lengan putrinya.

Kalila nyengir kemudian mencium tangan Bunda. "Aku berangkat, ya! Daaah." Kalila berlari keluar pintu sebelum kembali lagi ke meja makan mengambil susu kotak rasa coklat miliknya yang tertinggal.

"Hehe, ketinggalan." Kalila nyengir, kemudian mengecup pipi Arum sekali kemudian kembali berlari kencang keluar rumah agar ia tidak ketinggalan bus.

Jarak antara halte bus dari rumahnya memang tidak terlalu jauh. Namun, ketika ia telat seperti ini, jarak dekat pun rasanya menjadi berlipat-lipat lebih jauh dari biasanya. Dengan napas yang ngos-ngosan Kalila berlari semakin cepat begitu bus yang akan membawanya ke sekolah mulai berjalan.

Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang