Sia-sia

666 360 240
                                    

Kalila sibuk melihat penampilannya di depan cermin. Mulai dari atas sampai bawah, semuanya terlihat sempurna. Ia sudah menyemprotkan parfum mahal yang baru saja ia beli dengan meminjam uang dari Lara.

"Cantik banget gila, gue berasa bidadari jatuh ke bumi." Kalila tersenyum lebar.

Gadis itu memoles liptint yang ia pinjam dari Rara. Warnanya sungguh sangat mencolok. Ia memilih menghapusnya kembali walaupun masih terlihat jelas bibirnya yang kini merona.

Hari ini merupakan hari perdana Kalila keluar menggunakan rok selain rok sekolah. Senyum Kalila semakin lebar mengingat Jev cukup dekat dengan -jodohnya- Saka. Peluang untuk mendapatkan cowok itu semakin besar.

"Gila, gue cocok banget jadi model." gumam Kalila sebelum mengambil tasnya begitu mendengar suara klakson Jev di depan gerbang.

"Berisik, woi!" Kalila mendengus begitu Jev tidak berhenti membunyikan klaksonnya.

Jev menoleh, tawa cowok itu meledak begitu melihat penampilan Kalila yang jauh dari biasanya.

"Anjir, mau ngapain si lo? Tumben banget mau pake rok pendek gitu." Jev terkekeh sambil melepaskan jaketnya.

"Mau ketemu jodoh gue," jawab Kalila sambil mengambil jaket yang Jev lemparkan padanya.

"Nggak usah kebanyakan ngayal. Pake tuh jaket, udah malem gini pake baju begituan."

Kalila nyengir, gadis itu naik langsung naik ke atas motor lalu memeluk pinggang Jev erat sambil terkekeh.

"Baik banget si, cinta."

"Anjing lo, lepas ah. Bau lo nular." Kalila terbahak sambil melepaskan pelukannya. Jev ini salah satu cowok yang paling dekat dengannya sejak masih SMP. Ganteng, tinggi, jago main basket. Jev hampir saja sempurna jika saja mulutnya tidak suka menggosip dan menertawakan kesengsaraan orang lain.

"Jahat lo, gue udah beli parfum mahal juga. Cium aja nih."

Jev mendengus. "Kalo nggak mampu jangan beli. Jangan di biasain ngutang ke Lara, kalo ujung-ujungnya gue yang harus bayar." Kalila nyengir walaupun tidak terlihat oleh Jev.

"Kalo nggak ikhlas jangan bayarin utang gue lagi, lagian gue nggak pernah minta."

Jev memelankan laju motornya begitu mendekati lampu merah. Cowok itu menolehkan kepalanya ke belakang. "Bukan nggak ikhlas, bego. Takut lo jadi kebiasaan."

"Iya-iya, bawel."

∞∞

Kalila malas berkumpul dengan teman-teman Jev yang rata-rata selalu merokok, Kalila benci asap rokok. Itu salah satu alasan Kalila pernah menjauhi Jev selama seminggu penuh karena cowok itu merokok dihapadanya.

Ketika itu, Kalila membujuk satu kelas untuk menjauhi Jev secara berjamaah hingga cowok itu rutin mendatangi rumah Kalila untuk meminta maaf.

"Jaketnya jangan dilepas." Kalila mengangguk. Lalu mengikuti langkah Jev untuk memasuki Cafe yang selalu jadi tempat tongkrongan anak-anak SMA Kencana.

"Widih, tumben lo mau ikut, La. Sini-sini!" seru salah satu cowok berambut coklat.

Kalila nyengir sambil mengikuti Jev untuk duduk di samping cowok itu.

"Apa kabar ni? Jarang liat di sekolahan."

"Lo yang nggak pernah masuk anjir," jawab Kalila.

Chocolate!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang