Bias sinar cahaya mengintip dari balik gorden yang memberikan sedikit celah untuk melihat seorang pria tampan yang sedang terbaring tidur di dalam pelukkan selimut.
Leslie membuka sepasang mata indahnya."Sudah pagi..."
Leslie mulai kepanasan dengan keadaannya saat ini.
Walau hanya di balut oleh selimut tanpa menggenakan sehelai benang pun. Tetapi, udara terasa begitu panas. Sehingga membuatnya berkeringat.
Leslie mendudukkan dirinya, meraih ponselnya yang berdering.
Tertulis 'Zanilia' di dalam ponselnya."Halo?"
...
"Halo?"
Para make up artist sedang sibuk mencocokkan busana-busana untuk di pakai Zanilia saat pemotretan nanti. Mereka bergantian menodongkan busana kepada Zanilia yang sedari tadi mendorongkan telapak tangannya pada mereka.
"Tunggu! Aku sedang menelepon." Ujar Zanilia pada mereka yang menggangguk sesaat setelah Zanilia menolak.
...
"Kau sedang sibuk?" Tanya Leslie seraya menyibakkan selimut yang memeluknya dari semalam.
Leslie berjalan menghampiri jendela besar yang di tutupi oleh tirai putih yang terkena pendaran cahaya dari lampu kuning, memperlihatkan kamarnya yang bergaya romantis.
...
"Tidak. Aku mengkhawatirkanmu. Semalam, kau bilang kau tidak bisa tidur. Apa kau bisa tidur setelah itu?" Zanilia menggigit bibirnya sendiri.
Dari ujung ruangan, terdengar seseorang memanggil Zanilia untuk segera melakukan pemotretan.
"Zanilia, pemotretan akan segera dimulai. Cepat ganti pakaianmu!"
Zanilia menoleh ke arah orang yang memanggilnya itu. Dan, ternyata orang itu adalah manajernya sendiri.
Zanilia mengerucutkan bibirnya dan menempelkan sisi jari telunjuknya ke bibirnya yang kecil.
Wanita itupun mengangguk-anggukan kepalanya....
"Akan segera pemotretan? Baiklah, semoga beruntung. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, aku baik-baik saja. Hanya udara terlalu panas semalam, membuatku tak bisa tidur."
Leslie disibuki oleh lampu yang menyala dari semalam.
Setelah mematikan lampu yang berdiri di atas meja, Leslie menyibakkan tirai panjang yang menutupi jendela besar itu.
Sinar mentari pagi pun menyorot masuk ke dalam ruangan bergaya romantis itu.
Leslie menghalangi sinar surya yang menyorot ke sepasang matanya, dengan telapak tangannya....
"Kau yakin? Hmm... baiklah kalau begitu. Bye!" Zanilia mengakhiri panggilan dengan kecupan pada ponselnya.
Zanilia meletakkan ponselnya di atas meja. Lalu, meraih salah satu busana yang tergolek di atas kursi.
Busana itu merupakan gaun berwarna putih yang setiap permatanya terlihat berkelip.
Zanilia merapatkan bibirnya seraya menatap gaun itu. Kemudian, menganggukkan kepalanya bersamaan dengan mengangkat sepasang alis lurusnya....
Sementara, Leslie yang sudah berpakaian rapih layaknya seorang pria dewasa. Berjalan menuju pintu keluar ruangan itu.
Tiba-tiba Leslie menghentikan langkahnya. Dan melihat ke arah cermin untuk menata rambutnya menggunakan sisir yang ada di atas meja.
Kemudian, ia melanjutkan langkahnya menuju pintu, hanya saja ia kembali menghentikan langkahnya.
Leslie menengadahkan kepalanya ke atas, dan melihat pendingin ruangan yang tidak aktif.
Ia mengerenyitkan alisnya. Meraih remote pengontrol pendingin ruangan itu dan berusaha untuk mengaktifkannya kembali.
Tetapi, pendingin ruangan itu tetap tidak bisa aktif kembali."Aneh, kemarin masih baik-baik saja. Pantas saja semalam begitu panas." Leslie berbicara pada dirinya sendiri.
Setelah meletakkan remote itu kembali pada tempatnya. Leslie berjalan keluar dari ruangan itu.
Pintu tertutup rapat. Dan Seakan ada yang menekan tombol aktif, pendingin ruangan itu kembali mendinginkan ruangan dengan baik.
Tirai yang menutupi jendela besar itu bergeser dan menghalangi sinar surya yang tadi menyorot ke dalam ruangan....
"Leslie Cheung!!!" Seru para penggemar yang mengantri meminta tanda tangan Leslie.
Dengan senyum ramah, Leslie memberikan coretan paraf satu per satu pada kertas yang bersusun berantakan.
Begitu selesai memberi tanda tangan, Leslie memberikan kertas-kertas itu pada mereka yang terlihat begitu gembira.Di depan gedung konser itu, terdapat sebuah mobil berwarna hitam yang sedari tadi menunggu Leslie, dimana ia sedang di sibuki oleh sejumlah penggemarnya.
Leslie terlihat masih sibuk menanda tangani kertas-kertas tersebut seraya tersenyum.
Sekilas ia melihat ke arah mobil yang menunggunya itu.
Terdapat seorang perempuan yang sedang berdiri menatapnya dari kejauhan.
Leslie mengerjapkan sepasang matanya yang terlihat mulai kelelahan.
Ia kembali memusatkan pandangannya pada seorang perempuan yang baru saja terlihat berdiri di sana. Tetapi, ia tak menemukan ke mana perginya perempuan itu.
Leslie pun menghela napas, menggelengkan kepalanya, dan kembali tersenyum pada para penggemarnya.
Selesai memuaskan para penggemar dengan tanda tangannya, Leslie memberikan salam perpisahan pada mereka dan berjalan menuju mobil berwarna hitam yang terlihat amat elegan itu.Di dalam mobil, ia melambaikan tangan pada mereka yang berdiri di sana seraya berteriak histeris.
Mobil pun melaju dengan kecepatan tinggi.
Leslie menoleh ke sebelahnya, Zanilia tersenyum kecil seraya terus menatapnya.
Tidak tahan melihat wajah dari gadis yang ia cintai yang begitu menggemaskan. Leslie pun mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Zanilia yang kecil, dengan perasaan yang mendalam.
Tanpa bisa menolaknya, Zanilia membiarkan Leslie menciumnya.
Namun, beberapa saat kemudian ia tersadar bahwa mereka bukan hanya berdua saja di mobil ini.
Zanilia mendorong Leslie menjauh darinya, dengan gerakkan yang lembut."Les, bagaimana dengan supirmu?"
Leslie menoleh lurus ke depan, dan melihat pembatas antara kabin pengemudi dan kabin penumpang dalam keadaan tertutup rapat.
Leslie pun kembali menoleh ke Zanilia yang menatapnya dengan wajah lugu."Aku tidak peduli!"
...
Di malam hari, hujan turun dengan ganas menyentuh permukaan tanah.
Angin dan gemuruh pun bergantian menghantui malam itu.
Di koridor, Leslie berjalan menuju ruangannya untuk beristirahat.
Beberapa langkah lagi, Leslie akan sampai pada pintu ruangan yang ia tuju. Tetapi, ia memilih untuk menghentikan langkahnya.
Dahinya berkerut, dan ia menghentikan napasnya.
Sayup-sayup ia dapat mendengar musik yang berputar meriah dari kamarnya."Mungkinkah aku lupa menonaktifkan stereo itu? Tidak! Aku ingat betul, aku tidak memutar musik dari semalam."
Leslie berjalan dan membuka pintu kamarnya dengan terburu-buru.
Ia pun masuk ke kamarnya dan mendapati stereo yang perlahan mengecilkan suaranya, lalu, nonaktif. Leslie benar-benar kebingungan, ia bergerak maju dan stereo itu kembali aktif lalu mengeluarkan suara yang amat memekakkan telinga.
Sehingga ia menutup kedua telinganya dengan tangannya.
Sesaat setelah itu, stereo kembali nonaktif.
Leslie kembali menghampiri stereo itu, dan menaruh tangannya tepat di sisi atas stereo tersebut.
Tak lama kemudian, sebuah benda jatuh dan terdengar seperti suara pecahan kaca.
Leslie pun menoleh ke belakangnya, dan membulatkan sepasang matanya."Hhh?!"
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Quest : Red Moon
Horror#344 Nominated in Horror Category Wattpad 01-04-18 #100 Nominate in 'Menegangkan' Category Wattpad 28-05-19 Seorang aktor/penyanyi yang sangat terkenal dan memiliki hidup yang mewah bernama Leslie. Merasakan sesuatu yang aneh dalam hidupnya. Kerap k...