Sepasang manusia itu sedang berdiri, saling berhadapan dalam gelapnya langit. Seakan hanya rembulan merah yang mampu menerangi dan menuntun tangan untuk menyentuhnya.
Tatapan Leslie yang memikat memandang sepasang mata yang terlihat kelelahan itu.
Hidung tajam Leslie tersentak keras menyentuh hidung sesosok gadis berupa cantik itu. Bersamaan dengan kedua bibir yang menjadi satu.
Dalam dekapan Leslie, tangan lembut itu bergemetar. Membuat tubuh Leslie ikut merinding.Gadis itu meronta dengan lembut.
Ia melepaskan dirinya dari lingkaran tangan Leslie yang mendekapnya.
Gadis itu merundukkan kepalanya dengan menatap sayu ke arah bawah.
Sementara tangan Leslie bergerak membelai dan mengusap tengkuk gadis itu."Bagaimana dengannya?" Gadis itu terus merunduk tanpa berani menatap Leslie.
Meski pun begitu, Leslie tak melepaskan pandangannya dari gadis itu, dengan terus berusaha menatap sepasang mata gadis di hadapannya.
"..." Tak ada meskipun satu kata yang keluar dari mulut Leslie.
Sebuah ciuman kembali mendarat dengan penuh paksaan di bibir gadis itu.
Sementara tiada penolakkan yang di dapat Leslie.
Tampaknya keduanya menikmati malam yang terasa sangat panjang....
Seorang pria berjalan diantara ramainya orang-orang berlalu lalang dengan wajah kaku.
Di tengah kota, pria itu menghentikan langkahnya diantara gedung-gedung.
Ia mengambil ponselnya yang terselip di kantong celananya.
Walau sulit untuk menggapai ponselnya, karena ia sedang memeluk kantong belanjaannya sendiri. Tetapi, ia tetap menyanggupi untuk menerima panggilan itu."Halo?" Sapanya dengan suara lembut.
Ia mengangguk-anggukkan kepalanya seakan menanggapi pernyataan seseorang di seberang sana.
"Aku mengerti, baiklah!" Jawabnya mengakhiri panggilan.
Setelah kembali mengantongi ponselnya, ia meneruskan perjalanannya.
Sepertinya ia akan membeku di tengah jalan itu, bila cardigan itu tidak menghalangi dinginnya udara seusai hujan itu.
Terlihat dari wajahnya yang begitu pucat, dan tubuhnya yang menggigil, kontra dengan dinginnya udara.
Sekilas keadaannya terlihat begitu memperihatinkan. Tetapi, ia cukup kuat untuk berjalan beberapa kilometer lagi....
Hari berganti malam...
Udara dingin terhalau oleh panasnya kobaran api di sisi-sisi hutan.
Membakar kayu yang terbentang bersilangan, membuat hutan itu kehabisan oksigen.Begitupun dengan Leslie yang mulai tidak tahan dengan situasi tersebut.
Leslie berjalan dengan menjatuhkan bahunya, bukan tidak sanggup. Akan tetapi, ia memang sengaja melakukannya.
Meskipun panas, tapi tiada buliran keringat di dahi Leslie.
Setelah berjalan beberapa langkah, untuk kesekian kalinya."Cut!!!" Teriak seorang pria bertopi layaknya seorang koboi.
Alih-alih memberi jawaban, Leslie berjalan menjauh dari tempat yang panasnya berkali-kali lipat dari di sauna.
Leslie duduk termenung di pinggir hutan, di sebuah kursi besi yang memang di persiapkan untuk para aktor beristirahat."Ini!" Sebuah tangan mengulurkan handuk kecil berwarna putih kepada Leslie.
"Terima kasih!" Leslie meraih handuk itu.
Leslie memilih untuk menekan handuk itu pada kelopak matanya. Yang sedari tadi terasa berat sekali. Dapat diendusnya bau plastik yang telah lama diendapkan.
Sesaat setelahnya, ia pun memejamkan matanya berharap dapat mengurangi sedikit banyak dari lelahnya.
Seakan terbius oleh lelahnya, Leslie di bawa tidur dalam alam bawah sadarnya.Entah sudah berapa lama seorang pangeran tertidur.
Leslie membuka sepasang mata tegasnya, tubuhnya yang membeku seakan bertambah dingin melihat situasi yang ada didepannya.
Tak ada seorang pun disana, kecuali dirinya yang terduduk disana. Bahkan tak ada sebuah peralatan bekas syuting pun disana.
Leslie berdiri dari duduknya, ia mengerenyitkan dahinya.
Bahkan handuk yang ia ingat sekali, ditaruh diatas pangkuannya pun menghilang.
Berusaha mengalihkan pikirannya dari hal buruk, Leslie memilih untuk berjalan keluar hutan yang dimana saat gelapnya begitu mencekam.Leslie berjalan di jalan setapak diantara semak-semak.
Sisi kiri dan kanan hutan itu terdapat sejumlah kunang-kunang, yang seiring mengikuti langkah Leslie.
Leslie sendiri pun menyadari kejanggalan itu, namun ia hanya berusaha untuk mengacuhkannya.
Hingga Leslie menghentikan langkahnya.
Jauh, dan jauh disana hanya ada semak-semak, tanpa ada jalan lagi.
Jalan itu sudah berujung, berakhir pada semak belukar.
Leslie pun berniat mencari jalan lain.
Ia memutar arahnya 180° derajat.Bias cahaya memanggil Leslie.
Ia menunjukkan dirinya, meski dari belakang.
Leslie pun berbalik kembali menghadapnya.
Dari bias cahaya itu, Leslie dapat melihat sebuah jalan dibalik semak-semak.
Tanpa ragu, Leslie menyibakkan semak-semak itu.
Dari depan terlihat semak itu hanya sebagian kecil dari jalan itu, namun ternyata lebih dalam dan lebih jauh dari yang Leslie kira.Sampailah Leslie diakhir jalan penuh semak itu.
Dan Leslie dihadapkan oleh jurang didepannya.
Entah angin apa yang membawa Leslie untuk merasa penasaran dan ingin melihat akhir dari jurang itu.
Leslie berdiri di paling akhir dari tebing.
Bahkan mungkin satu inci dari sepatu Leslie sudah tidak memijak lagi.
Leslie melihat ke dalam jurang.
Jurang tak berujung, hanya kegelapan yang mengisi lubang besar itu.Sorot mata Leslie yang tegas itu menjadi lamur.
Didalam lamurnya penglihatan Leslie, ia bisa menangkap sesosok dalam kabut.
Leslie tak bergidik, ia pun tetap tak mampu memperbaiki penglihatannya.
Kabut itu seperti mengulurkan tangan pada Leslie.
Leslie pun menyambut tangan itu, Leslie berjalan maju... dan maju.
Hingga ia terjatuh dari tebing itu, masuk kedalam jurang yang amat dalam tak berujung.
Sesaat Leslie melihat secercah senyum dari kabut itu yang seakan mengikutinya, dan baru akan puas ketika Leslie telah menyentuh akhir dari jurang itu.
Dan tubuh Leslie pun membentur akhir dari jurang itu....
"Leslie!" Panggil seorang perempuan dengan nada yang cukup tinggi.
Leslie pun terjaga dan membuka matanya dengan terbelalak.
Keringat mengalir perlahan dari keningnya.
Wajahnya pucat, dan ekspresinya kaku."Kau sakit?" Tanya perempuan itu.
Alih-alih menjawab, Leslie hanya memberikan handuk yang ada dipangkuannya pada perempuan itu.
Kemudian, berjalan menjauhi mereka semua kru dan tim syuting.
Leslie berjalan cepat meninggalkan hutan itu dengan pikiran yang kacau.Didepan hutan, Leslie menemukan mobilnya.
Ia pun segera memasuki mobil itu.
Dengan tangan bergemetar, ia berusaha menghidupkan mesin kendaraanya.
Sesaat setelah mesin itu hidup, Leslie langsung menginjak pedal gas, dan meninggalkan hutan itu segera.
Tampaknya ia tidak pernah segugup ini dalam berkendara.
Selama berkendara, ia meniup tangannya yang begitu dingin beberapa kali. Napasnya tak beraturan.Empat roda terus berputar bersamaan.
Dan seiring mesin itu bergerak Leslie tak sanggup meredakan gugupnya.
Hingga rem itu menggigit, dan mampu menghentikan seluruh mesin yang membuat kendaraan itu bergerak.
Mobil itu diparkir secara asal, di dalam kawasan rumahnya.Leslie pun membuka pintu mobil dengan terburu-buru.
Dengan mengepalkan tangannya, ia berlari masuk ke dalam rumah, dengan pintu yang tidak terkunci.
Mungkin hal yang tidak sepele itu tidak lagi dipikirkan oleh Leslie saat ini.
Ia menutup pintu dengan gerakan yang cukup cepat.
Leslie berusaha mengatur napasnya. Setelah dirinya menjadi sedikit lebih tenang, ia menyandarkan kepalanya diatas tangan yang bersandar ke pintu.
Ia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan, namun ia jelas tahu seperti apa perasaanya saat ini.
Lalu, tiba-tiba sebuah tangan memegang bahu Leslie.
Leslie berbalik dan membelalakkan sepasang matanya.To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Quest : Red Moon
Horror#344 Nominated in Horror Category Wattpad 01-04-18 #100 Nominate in 'Menegangkan' Category Wattpad 28-05-19 Seorang aktor/penyanyi yang sangat terkenal dan memiliki hidup yang mewah bernama Leslie. Merasakan sesuatu yang aneh dalam hidupnya. Kerap k...