Chapter 2 : Illussion

11 2 3
                                    

"Hhh?!"

Leslie berjalan menghampiri kamar mandi yang berada di kamarnya.
Leslie mendorong pintu kaca itu, dan masuk ke dalamnya.
Leslie melihat jejak kaki sepanjang jalan dari sudut pintu kaca sampai setengah jalan.
Dengan was-was Leslie menggenggam vas bunga yang berdiri tegap di atas wastafelnya.
Ia melangkahkan kakinya untuk maju selangkah demi selangkah.
Sepatu kulit berwarna hitam itu memberikan efek suara berdecit, menggambarkan betapa mulusnya lantai itu.
Sorot mata tajam Leslie menyebarkan udara dingin ke sekitar ruangan, yang terasa amat pengap saat itu.
Padahal biasanya, ruangan itu selalu terasa segar.
Tak ada sumber suara dari manapun, kecuali degup jantung yang menggebu dan langkah kaki penuh aura penasaran.
Sampailah sepatu setengah bot itu berhenti di tengah ruangan, dimana jejak kaki itu berhenti.
Dengan hentakkan pada gerakkannya, ia menoleh ke langit-langit.

"Terbuka?" Ucap Leslie sesaat setelah melihat jendela kecil di langit-langit terbuka.

Leslie terkekeh kecil. Menuduh dirinya dibodohi oleh rasa penasarannya sendiri.
Ia menyapu permukaan bibirnya dengan tangannya sendiri, berulang kali.
Leslie merogoh sesuatu dari kantong celananya.
Mengambil satu dari dua belas batang rokok, yang berjajar di kotaknya.
Kemudian, Leslie melempar asal kotak itu ke counter sink.
Ia membakar ujung rokok itu dengan pemantik apinya, yang baru saja ia keluarkan dari kantong celananya.
Asap pun menyebar ke sekeliling ruangan, sesaat setelah ia menghisap dan menghembuskan asap itu pergi.
Leslie tersenyum, dan segera meninggalkan tempat itu.

"Lucu." Leslie bergumam sendiri.

...

Di sebuah kafe, Leslie sedang menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya, kemarin.
Sementara, Zanilia kebingungan melihat Leslie dengan santai menceritakan segalanya.

"Mungkin, kau terlalu kelelahan. Sehingga berfantasi yang tidak-tidak." Zanilia menyahuti Leslie dengan senyuman merekah di bibir kecilnya.

Leslie pun membalas senyuman itu dengan santainya.
Ia kembali menghisap rokok yang sedari tadi dijepit di sela-sela jemarinya.
Zanilia yang kesal melihat Leslie merokok, segera merampas sebatang rokok itu dari Leslie.

"Jangan merusak dirimu lagi dengan benda tak berharga ini. Selalu saja, setiap kali kita berkencan, kau tidak bisa kehilangan ini. Apa kehilanganku kau lebih bisa menerimanya?" Gumam Zanilia seraya menekan sebatang rokok itu ke meja.

Leslie tersenyum, menatap gadis yang begitu memperhatikannya.
Namun, seketika senyuman itu menghilang dari wajahnya.
Berganti menjadi tatapan nanar yang di arahkan ke sembarang arah.
Zanilia kebingungan, dan menuding pikiran Leslie sedang kacau, dengan sebab yang tidak ia ketahui.

"Apakah akhir-akhir ini... Ada yang menganggu pikiranmu?" Zanilia menggenggam tangan dingin Leslie.

Leslie kembali menarik sudut bibirnya, berpamit, kemudian pergi.
Zanilia hanya melihat kepergian Leslie.

...

Dalam perjalanan menuju rumah, Leslie sedang mengendarai mobil dengan kabin mewah itu.
Kecepatan laju mobil, membuat kaca-kaca itu tampak seperti layar.
Suhu dingin di dalam mobil, menggerakkan jemari Leslie untuk mengecilkan pendingin mobil.
Sementara, musik dari cd player terus bersenandung dengan indahnya.
Meskipun pendingin mobil telah di kecilkan. Tetapi, suhu dingin masih sanggup menembus kulit Leslie.
Leslie pun berniat untuk mematikan pendingin mobil itu.
Saat pandangannya diarahkan ke pendingin mobil itu. Sepasang mata Leslie dapat menangkap pendingin mobil itu kembali pada tahap semula.
Leslie pun mematikan pendingin mobil itu. Bersamaan dengan cd player yang di matikan.
Beberapa saat kemudian, musik kembali bersenandung.
Dahi itu dikerutkan, dan mata tajam Leslie disudutkan ke arah cd player tersebut.
Perlahan musik pop yang sedang di putar berubah menjadi alunan kotak musik kuno.
Leslie menelan air liurnya dan masih menatap tajam yang di penuhi perasaan curiga juga penasaran yang mendalam.
Terukir jelas di wajahnya, bahwa pikiran Leslie benar-benar sedang tidak stabil.
Kemudian, suara alunan kotak musik itu berubah menjadi tawa yang seperti di hasilkan oleh rekaman belasan tahun lalu. Rekaman kuno.

"Kau tidak boleh mengingkari janjimu! Berjanjilah padaku!" Suara merdu seorang perempuan nyaring terdengar dari cd player.

Tak ada ancaman sedikitpun yang tersirat dalam nada suara gadis itu. Melainkan hanyalah ritme setengah serius, yang di selingi dengan tawa kecil.

"Mulai saat ini, hingga akhir hayat. Kau dan aku akan tetap-" Suara terpotong, dengan sengaja Leslie mematikan cd player itu.

"Sumpah pernikahan..." Leslie berbicara pada dirinya sendiri, dengan mengangguk-anggukan kepalanya.

Ia mempercepat laju mobilnya. Cepat, secepat kecepatan angin.
Mobil itu terasa melayang, karena begitu cepat.
Mobil sport berwarna hitam mengkilap itu menerobos highway dengan leluasanya.
Tak ada kendaraan lain, selain mobil yang sedang berpacu dalam keadaan gila.
Seakan tak memiliki rem untuk di kendalikan.

Kembali kedalam kabin, raut wajah Leslie tak lagi sama. Ia terlihat sedikit cemas.
Wajah tampannya tampak mengkilap akibat tetesan keringat yang mengalir perlahan tapi pasti, dari dahinya.
Hingga sepasang mata indah itu menangkap papan jalan yang berdiri tegak di pinggir ruas jalan.
Semacam perhatian pembangunan yang belum terselesaikan.
Leslie pun berniat untuk menghentikan laju mobilnya secepatnya.
Leslie segera menginjak rem mobil dengan penuh tekanan.
Namun, apa yang terjadi. Mobil itu tak bisa menghentikan lajunya.
Tetap menerobos jalan itu secepat angin.

"Apakah kau yakin dengan keputusanmu?" Suara cd player kembali bersenandung.

"Aku hanyalah gadis biasa." Seakan tak peduli dengan apa yang sedang terjadi, suara itu tetap menghantui Leslie yang tampak sangat panik saat ini.

Leslie membulatkan sepasang matanya.
Di ujung jalan terdapat jajaran papan yang menghadang jalan.
Dan itu adalah batas akhir dari jalan highway.
Leslie terus berusaha menghentikan laju mobilnya dengan segala cara.
Rem kaki maupun rem tangan terasa tak berfungsi dengan baik.
Mobil itu tetap tak terkendali.

"Aaaaaaaakkkkhhhh!!!" Teriak Leslie bersamaan dengan jatuhnya mobil itu.

...

Sepasang mata terbuka dengan perlahan. Sesuatu berwarna merah menghalangi pandangan mata berwarna cokelat tua itu.
Rambut dan wajah Leslie di penuhi oleh aliran-aliran darah yang mengucur dari dahinya. Garis-garis panjang berupa luka tampak jelas terlihat di wajahnya.
Seakan tak memiliki tenaga yang cukup.
Leslie tak mampu menggerakkan tubuhnya lebih jauh. Ia hanya dapat menggapai central lock untuk membuka pintu mobil yang tertutup rapat itu.
Hanya saja, ia tidak cukup kuat untuk menariknya ke atas.
Setelah mengumpulkan seluruh tenaga yang ia miliki saat ini. Leslie mampu membuka pintu mobil itu.
Setengah dari tubuhnya pun keluar dari mobil.
Tiba-tiba, Leslie di kejutkan oleh lampu sorot kendaraan.
Leslie menoleh ke arah belakang mobil, di mana lampu itu menyorotnya.
Ternyata, kendaraan itu tak lain dari truk besar yang melaju cepat ke arahnya.
Leslie berusaha untuk keluar dari mobil itu secepatnya.
Namun, kakinya terasa tak bisa digerakkan.
Truk tersebut pun melaju dengan kecepatan tinggi, dan meninggalkan sejumlah darah yang bersimbah di mana-mana.

To be continue...

Quest : Red MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang