Chapter 3 : Dr.Chow

9 2 1
                                    

"Srrrrrr"

Begitulah suara suntikan yang sedang beroperasi mengambil darah, yang di visualisasikan.
Satu tabung sepertinya terasa sudah cukup. Namun, manusia-manusia berpakaian serba berwarna putih, mengambil satu tabung suntikan lagi untuk mengambil sampel darah dari Leslie yang duduk dengan tenang di atas ranjang berkaki besi itu.
Ia terlihat santai melihat dokter, para mantri dan juga suster ke sana dan ke mari dengan sibuknya.

Triiing!

Bunyi dering ponsel Leslie terdengar nyaman di telinga.
Ia segera mengecek ponselnya, benar saja dugaannya.
Panggilan masuk dari kekasihnya, Zanilia.

"Halo?" Suara Leslie terdengar santai dan nyaman.

"Halo, Leslie. Ku dengar, kau berada di rumah sakit saat ini, apa yang terjadi?" Suara Zanilia terdengar gelisah dari seberang sana.

Leslie tersenyum dan menyahut Zanilia dengan santai.

"Manajer bermulut besar!" Gerutu Leslie dengan suara kecil.

"Hah? Apa?" Tanya Zanilia tidak pasti.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja, sungguh! Hanya memeriksa kesehatan yang rutin ku lakukan setahun sekali." Ujar Leslie seraya terkekeh.

Leslie pun dapat mendengar tawa kecil dari seberang sana.
Terdengar jelas, Zanilia pun ikut menertawai apa yang baru saja Leslie ucapkan.

"Satu tahun sekali, kau sebut rutinitas. Hmm... kau ini!" Rintih tawa Zanilia masih dapat di dengar sayup-sayup.

Dokter pun segera mengambil satu tabung mengalir darah Leslie.
Jarum suntik yang tajam menusuk kulit lembut Leslie, tidak membuatnya meringis sedikitpun.
Ia malah tenggelam dalam keseruan obrolannya dengan sang kekasih, Zanilia.

"Baiklah! Bye-bye!" Leslie mengakhiri obrolan dengan senyuman merekah yang tersungging di bibirnya.

Begitu selesai mengakhiri panggilan, sepasang mata nya menerjang ke seluruh arah.
Dan, memandang nanar ke sembarang arah.

...

Seorang pria berpakaian rapi layaknya seorang bermartabat, sedang duduk di sebuah single sofa.
Mendengarkan musik yang mengalun dengan indah di telinganya.
Dasi yang terikat di lehernya menambah kesan gagah pada penampilannya.
Pria itu tersenyum simpul. Entah apa yang sedang dipikirnya.
Mungkin pikirannya sedang melayang ke sebuah foto kuno yang berdiri di atas meja yang berada jauh di ujung ruangan.
Sepasang mata tegasnya tersirat rindu yang tenggelam dalam kenangan.

Tiba-tiba, sebuah ketukkan terdengar dari pintu masuk.
Memecahkan keheningan dan lamunan pria yang sedang duduk santai itu.
Pintu dibuka, masuklah seorang pria berkacamata, dengan pakaian formal.

"Dr. Chow, seorang pria ingin menemuimu. Haruskah kupersilahkan masuk?" Tanya pria itu dengan lugunya.

Tanpa perlu menoleh ke arah pria berpakaian formal itu, pria yang di sebut Dr.Chow itu menjawab dengan suara penuh wibawanya.

"Ya, persilahkan ia masuk." Ungkapnya dengan tegas.

Pria berwajah lugu itu menutup pintu seraya ia keluar dari ruangan itu.
Dr.Chow bangun dari duduknya, ia berjalan beberapa langkah dengan sigapnya.
Ia menghampiri meja di sisi ruangan, menuangkan teh ke dalam dua gelas yang bermotif ukiran.

Pintu kembali dibuka, masuklah seorang pria yang tak lain adalah Leslie.
Ia berjalan dengan senyum merekah. Dr.Chow memutar tubuhnya menghadap Leslie.
Ia pun menyambut Leslie hangat seperti hubungan kakak dan adik.
Dr.Chow memeluk Leslie akrab. Begitupun Leslie, yang menyambutnya dengan riang gembira.

Quest : Red MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang