Bagian 3

11.9K 1.8K 162
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia mengajukan syarat seperti ini?" tuan Park mengusap wajahnya. Pusing sendiri dengan syarat yang diajukan perusahan Yoongi.

"Lalu, bagaimana Appa? Tuan Min tidak mau kompromi soal syarat itu" Jimin menunduk. Melihat Appanya pusing, membuat Jimin merasa tak enak hati.

"Ini megaproyek, jelas kita membutuhkannya. Harga proyek fantastis seperti ini sangat jarang. Dia bahkan menjadikan kita satu-satunya perusahaan yang bekerja untuk proyek ini" tuan Park menunduk. Dia kebingungan.

"Kita bisa cari proyek lain, kan Appa? Kita bisa melepas proyek ini jika kita tidak bisa memenuhinya. Aku janji akan bekerja lebih keras lagi agar mendapatkan proyek lebih dari yang tuan Min tawarkan" Jimin tersenyum ragu. Hanya pengusaha gila yang berani menaruh seluruh kepercayaannya pada satu perusahaan.

"Appa harus mencari tahu dulu masalah dibalik tidak inginnya tuan Min bersinggungan dengan perusahaan milik keluarga Risu."

"Tapi dia minta keputusan paling lama besok pagi, Appa. Kalau tidak, dia akan membuka peluang untuk perusahaan lain" ucap Jimin khawatir. Tidak ada waktu lagi untuk investigasi soal itu. Jalan yang bisa dipilih hanya tinggalkan proyek atau putuskan hubungan pertunangan Jimin dan Risu.

Tuan Park memandang kalut pada Jimin.

"Jimin, tolong minta waktu lebih pada tuan Min, setidaknya sampai lusa" tuan Park berucap putus asa. Kepalanya makin pening mendengar tenggang waktu yang diberikan Yoongi untuk berpikir.

Jimin terdiam lama. Matanya bergerak liar dengan panic menatap lantai rumahnya.

"Aku akan mengusahakannya, Appa" jawab Jimin tak yakin.

.

.

.

And then I met You

.

.

.

"Ayolah, aku sudah membuat janji dengan sekertaris tuan Min, dan kata sekertarisnya tuan Min, tuan Min sudah oke untuk bertemu" Luhan berucap tak sabar.

Setelah Jimin kembali ke kantor, Luhan sudah mengambil langkah lebih maju dengan meminta waktu Yoongi agar bisa bertemu dan bicara dengan Jimin, tapi Jimin membuat Luhan geram. Jimin seolah enggan pergi kesana, entah atas dasar apa.

"Ayolah, tuan. Siapa tau tuan Min mau sedikit berkompromi dengan keadaan anda yang sudah memiliki tunangan, iya kan? Jangan patah semangat begitu" Luhan mengacak rambutnya sendiri karena frustasi.

"Kita bisa sedikit berharap pada tuan Min mau mengerti jika tuan sudah bertunangan dengan nona Risu, dan yang pasti yakinkan tuan Min kalau pertunangan anda tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan. Anda mencintai nona Risu kan?" Luhan tak berhenti mengoceh.

Jimin menghela nafas. Kepalanya nyaris pecah.

"Suruh OB membuatkan aku kopi" pinta Jimin.

"Setelahnya anda harus bertemu dengan tuan Min" Luhan mengajukan syarat.

"Luhan..."

"Park Jimin-ssi..." balas Luhan. "Ayolah tuan, anda harus menyelesaikan ini. Hadapai dulu, baru menyerah" ucap Luhan tak sabar.

"Oke, aku pergi. Sekarang cepat suruh OB membuatkan aku kopi" Jimin memutar bola matanya.

"Call!" Luhan berucap senang dan berlari keluar ruangan Jimin.

.

.

.

Jimin menunggu Yoongi diruangannya, ruangan Yoongi yang dominan coklat kayu itu membuat Jimin betah berlama-lama ada disana. Menurut kata sekertaris Yoongi, Yoongi sedang pergi makan siang dan Yoongi sudah memberi pesan agar Jimin menunggunya di ruangannya saja.

and then I met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang