Bagian 8

19K 2K 584
                                    

"Kau pucat, presentasinya buruk?" Seungwoo berjalan kedepan meja Jimin. Bisa Seungwoo lihat kemeja dipunggung Jimin yang terlihat basah sebelum Jimin mendudukan diri dikursi kerjanya.

"H-huh? Tidak." Jimin tersenyum kaku.

"Lalu ada apa?"

"Bukan apa-apa, aku hanya guggup" Jimin membuka lacinya untuk menghindari tatapan Seungwoo.

"Tanganmu bergetar. Ada apa, Jim?" Seungwoo mengerutkan keningnya saat melihat tangan Jimin yang sedang mencari entah apa didalam lacinya begetar.

Jimin menarik turun tangannya dan menatap Seungwoo dengan tatapan minta dikasihani. Jimin masih gugup, makanya tangannya gemetar. Yoongi yang muncul lagi setelah sekian lama dia lupakan, membuat dunia Jimin seperti berputar lagi kebelakang. Jimin seolah dipaksa mengingat kejadian sebelum dia dipindahkan ke Jepang dan itu memperparah kondisi mentalnya yang mulai membaik.

"Seungwoo, kalau kau mengobrol, Daniel akan memarahimu lagi" Jimin memperingatkan. "Daniel sebentar lagi pasti kembali ke ruangannya, kalau dia melihatmu berdiri didepan mejaku, bisa-bisa..."

"Kau disini untuk bekerja, Ong Seungwoo" Daniel sengaja berhenti saat melihat Seungwoo yang berdiri didepan meja Jimin, menatap Seungwoo dengan tatapan kesal yang tidak bisa disembunyikannya.

Jimin menunduk dan tersenyum, baru saja diperingati, orangnya sudah muncul.

"Baik, Pak" Seungwoo membungkuk sopan dan berlari kecil menuju kursinya.

"Jim, kau disuruh keruangan bos" Daniel menatap Jimin sekilas.

"Ada apa?" Tanya Jimin khawatir.

"Presentasimu bagus, jadi bos ingin memberikanmu reward"

Jimin tersenyum lega. "Terimakasih. Aku akan kesana"

"Jangan bergosip!" Daniel memperingati Seungwoo dengan keras, sebelum pergi keruangannya.

Jimin tertawa puas saat Daniel sudah menutup pintu ruangannya dan menatap Seungwoo tanpa rasa iba sedikitpun.

"Dasar pemarah" cibir Seungwoo.

.

.

.

And then I met You

.

.

.

"Masuk, Jim" Hoseok tersenyum lebar saat Jimin terlihat melongokkan kepalanya didepan pintu ruangan kerja Hoseok.

Jimin berjalan masuk dengan menunduk dalam, tadi matanya tidak sengaja bertatapan dengan Yoongi yang berada disofa ruang kerja Hoseok. Jimin terlihat sedikit murung karena lagi-lagi Yoongi mengabaikannya, mereka hanya bertatapan sedetik, dan Yoongi langsung membuang pandangannya dengan wajah dingin.

"Duduk" Hoseok mempersilahkan saat Jimin sudah berada didepan mejanya.

"Terimaksih" Jimin mengangguk dan mendudukan diri didepan Hoseok. "Ada apa, Pak?" Tanya Jimin penasaran.

"Untukmu" Hoseok meletakkan kotak bening berisi satu pulpen dengan pita warna biru menghiasi kotaknya.

"Untukku?" ulang Jimin tak yakin. Pulpen itu bukan pulpen murah, Jimin jelas tau itu, dari kotaknya saja sudah kelihatan itu pulpen mahal.

"Iya" Hoseok mengangguk. "Tuan investor memberikannya padaku, ada dua. Yang satu ini milikku, dan yang ini milikmu." Hoseok menunjuk kotak pulpen diatas meja. "Aku pikir kau berhak dapat ini, kau sudah membanggakanku hari ini. Lagian, aku tidak butuh dua pulpen." Hoseok tersenyum lebar.

and then I met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang