Bagian 4

11.6K 1.7K 327
                                    

"Jim, Appa sudah putuskan..." Tuan Park menatap anaknya yang sedang duduk diam di depannya.

"Soal?"

"Kau akan tetap bertunangan dengan Risu dan soal kontrak kerja dengan tuan Min, kita batalkan saja"

.

.

.

And then I met You

.

.

.

Yoongi tersenyum remeh melihat kertas ditangannya. Tuan Park sudah membatalkan kerja sama mereka dan artinya Yoongi harus membuka peluang baru untuk perusahaan lain. Yoongi melirik pada ponselnya, ada nomer baru yang masuk kesana dan Yoongi menekan tombol merah pada layar-nya. Sudah jadi kebiasaanya enggan menerima telepon dari nomor asing.

Nomor itu kembali menghubungi dan Yoongi melakukan tindakan yang sama dengan yang dia lakukan sebelumnya. Saat panggilan kedua juga mendapatkan perlakuan yang sama, seseorang itu mengirim pesan dan Yoongi langsung duduk tegak saat tahu kalau Jimin lah yang sejak tadi menghubunginya.

Yoongi dengan cepat menghubungi kembali nomor Jimin, tidak sampai deringan kedua, telepon Yoongi sudah di angkat.

"Ini aku, Jimin..." guman Jimin pelan.

"Kau sudah bilang saat mengirimiku pesan." Yoongi menyandarkan punggungnya disandaran kursi, menutup matanya untuk menikmati suara Jimin.

"Soal kerja sama-nya...."

"Sudah batal, kan?" potong Yoongi.

"Kau marah?" Tanya Jimin takut-takut.

Yoongi terkekeh. "Kenapa aku harus marah? Itu biasa dalam bisnis, jika tidak cocok ya batalkan saja"

"Ya, kau benar." Jimin berucap pelan.

"Jadi, ada apa kau menghubungiku?"

"Hanya memastikan kalau kau tidak marah. Kita masih berteman kan?" Tanya Jimin ragu.

"Dari awal aku tidak ingin jadi teman mu, Park Jimin" Yoongi terkekeh.

Jimin terdiam lama, tidak ada yang Jimin katakan lagi setelah itu.

"Ya... ya sudah kalau begitu... aku tutup" ucap Jimin tanpa menunggu balasan dari Yoongi.

Yoongi menaikan alisnya dan tertawa kecil. Dia yakin Jimin salah menanggapi ucapannya. Tapi, memang apa yang bisa Yoongi harapkan dari perawan seperti Jimin. Di kode saja tidak mengerti.

.

.

.

"Tae, kau sibuk?" Jimin membuka setengah pintu ruang kerja Taehyung yang berada satu lantai dibawah miliknya.

"Ada apa, pak bos?" Taehyung meletakkan pulpen ditangannya ke atas meja kerjanya dan melepas kacamata yang dipakainya.

"Jangan panggil aku begitu" protes Jimin.

"Tapi kau memang bosku di kantor. Duduklah" Taehyung mempersilahkan.

"Ayo pergi minum kopi" ajak Jimin.

Taehyung menaikan alisnya. Ini cukup jarang terjadi karena biasanya Taehyung yang memaksa Jimin untuk sedikit bersantai dari pekerjaan. "Tumben?" Taehyung menatap penuh curiga.

"Aku hanya butuh waktu untuk istirahat sejenak"

"Tumben sekali? Biasanya kau sangat cinta dengan pekerjaanmu sampai mengabaikan calon istrimu"

and then I met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang