"Itu kan, Alex?"
Seketika Gita dan Aurel langsung mengerumuni jendela kamar yang kecil.
"Iya, itu kan si Alex. Ngapain dia kesini? Lagi ngobrol sama cewek, lagi"
"Lo kenal ceweknya gak Yan?" tanya Gita.
Dian hanya menggeleng.
Tidak biasanya Alex tidak memberi kabar jika dia ingin ke suatu tempat. Apa mungkin ponsel nya lowbatt?
"Coba lo telpon dia dan tanyain lagi dimana"
Dian segera mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak Alex lalu menghubunginya.
Terdengar nada sambung beberapa kali hingga terlihat Alex mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Tuh, kayaknya dia bakal ngangkat" ucap Gita.
Mereka semua diam, suasana langsung hening menunggu nada sambung yang terus saja berbunyi.
Sampai nada sambung terhenti dan digantikan dengan suara Alex.
"Halo?" ucap Alex dari ujung sana.
"Alex, ini aku"
"Iya, kenapa Yan?"
"Kamu dimana?"
"Lagi ada urusan, kenapa?"
"Oh, gapapa. Lagi sibuk ya?"
"Enggak juga nih"
Terlihat Alex memberi kode ke perempuan itu meminta waktu untuk sendiri lalu menjauh.
"Kamu dimana?"
"Enggak tau nih lokasinya dimana"
"Oh, yaudah. Kalau gitu lanjutin duku kerjaannya. Nanti aku telpon lagi"
"Oke"
Telepon terputus.
Dian lega. Karena Alex tidak berbohong padanya.
"Dia ga bohong, kan? Jadi kesimpulannya apa?" tanyanya pada Aurel, orang yang berpengalaman dalam hal ini.
"Ya, kemungkinan besar lo gak ada masalah"
Syukurlah, Dian sedikit lega mendengarnya. Tapi bukan berarti tak ada kecurigaan dalam hati ini. Tetap saja ia ingin tahu dengan siapa Alex bicara.
"Yaudah, lo balik aja dulu. Tenangin diri lo. Ga ada yang perlu lo cemasin kok" Aurel lalu menepuk pundakku.
Ia hanya mengangguk dan keluar dari kamarnya. "Gue pulang ya"
"Hati - hati ya"
Ia tersenyum lalu berjalan pulang kerumah
*****
Hanya satu hal yang daritadi Dian lakukan, berputar putar diatas tempat tidur.
Menunggu chat yang tetap saja belum dibalas oleh Alex.
"Apa gue telpon aja?"
Hatinya bimbang. Apa Alex memang benar - benar sibuk? Ia takut jika ia hanya akan menganggunya.
Dian menghela nafas. Dilihatnya ruang chat mereka, status Alex masih off. Terakhir kali ia mengecek chat nya sekitar 2 jam yang lalu.
Disaat seperti ini, rasa egois Dian mulai muncul. Apa perempuan itu punya hubungan dengan Alex? Ada urusan apa mereka ketemuan?
"Biasanya Alex selalu ngasi kabar. Tapi hari ini ponselku terasa kayak ponsel yang nggak punya kuota"
Dian lalu membuka ruang chat - nya dengan Aurel dan mengirim VN.
"Tau gak, hp gue berasa kayak hp jones yang abis kuota. Daritadi kerjaan cuma nge - scroll chat ngarepin doi online. Sakit rel, sakitt"
Lalu aku beralih ke ruang chat Alex, lagi. Untuk kesekian kalinya.
Ada satu pesan dari Alex. Setelah menunggu satu jam, akhirnya ada balasan yang masuk.
"Benar, habis gelap terbitlah terang" ucapnya yang langsung membuka pesan Alex.
Namun kebahagiaan Dian langsung sirna ketika melihat balasan dari Alex.
"Iya, udah pulang"
Hanya itu balasan dari penantiannya selama 1 jam.
SELAMAT.
"Cuma ini? Nggak ada pertanyaan balik? Sakit ncongg, sakettt"
"Oh, baguslah" ketikku.
Layar ponsel menunjukkan jam setengah delapan malam. Dian berjalan kearah meja belajar untuk menyelesaikan catatan yang besok harus dikumpul.
Apa jadinya kalau nggak ngumpul catetan sejarah dari pak Ajik? Behh, hukumannya bakalan seberat cobaan hidup.
Lari keliling lapangan basket 5 putaran ditambah jalan jongkok bolak balik lantai 2.
Dan bukan itu aja, jangan pikir dengan hal itu kalian bisa lolos. Karena catatan tetap harus dikumpulkan setelahnya namun dibuat 5 rangkap.
Maka dari itu, semua orang nggak ada yang berani buat macem macem sama pak Ajik. Mending pura pura sakit dan nggak masuk sekolah kalau lupa buat PR Sejarah, daripada ngejalanin hukuman yang berasa pahit banget, sepahit obat dari dokter yang kalau ditelen bulet bulet nyangkut di tenggorokan.
Ponsel Dian bergetar, pesan dari Aurel.
'Udalah, Yan. Daripada mikirin itu, mending lo mikirin catatan maut pak Ajik. Udah kapok banget gue abis dihukum minggu kemaren Yan. Badan gue langsung bengkak semua sampe minta urut bi Idah'
Dian tersenyum, memang minggu kemarin Aurel kena hukum pak Ajik habis habisan karena nggak ngerjain tugas dari pak Ajik.
Setelah itu dia dihukum lari lapangan 3 kali dan berdiri di depan bendera selama 1 jam.
Itu masih lumayan sih daripada kaki kesemutan gara gara lari jongkok lantai 2.
'Dian, aku tidur dulu ya'
*****
Maaf ya kalau jarang update dan ceritanya pendek, karena otakku lagi ga nyambung amat🙇🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
What If... (REVISI)
Teen FictionCoba aja aku tau semuanya lebih awal, mungkin aku bisa ngebantu kamu menghadapai semuanya, sampai akhir. Tapi percuma, ini hanyalah harapanku semata, yang mungkin ga bakal terjadi. Maafin aku yang ga pernah sadar akan beban yang kamu tanggung sendir...