Saat kelas sedang asik- asiknya ricuh, suara teriakan tiba- tiba memasuki seluruh isi kelas
"Ada apa ini?!"
Dan akhirnya kelas sunyi seketika.
Semua murid langsung berlarian ke tempat duduknya masing- masing. Para murid laki - laki langsung keluar dari sarangnya sambil membawa ponsel mereka, dan yang perempuan buyar dari kelompok lingkaran yang mereka buat untuk gosip, kecuali Adria dan Giandra yang langsung kabur dari tempat Dian dan kembali ke tempat masing - masing.
Ya, itu pak Dono. Guru yang kata Cecep pergi ke 'Bandung'.
"Gila, gue blom ngapal oy!" umpat Adriana. Ia sibuk mencari bukunya di dalam tas, "Sial, mana sih tu buku?!"
"Anjir, padahal lagi ranked" teriak Fajar sambil berlari kearah tempat duduknya.
Seluruh isi kelas makin gaduh tak terkendali, sibuk mencari buku mereka yang entah kemana, ada yang berserakan sana sini setelah dilempar saat mendengar bahwa pak Dono tidak masuk, ada juga yang memang hilang entah kemana.
Mereka dengan cepat membolak balik halaman buku. Untuk menghafal secepat kilat, salah satu bakat terpendam para murid.
Walaupun tidak hafal, setidaknya mereka materi yang akan diujikan.
"Tidak ada waktu untuk belajar lagi, tutup semua buku! Kita langsung ujian!"
"Yahh pak, tapi kan.." ucap Cecep.
"Enggak ada tapi tapian, daritadi kan ada cukup waktu sebelum bapak telat masuk ke kelas, tapi malah kalian gunakan untuk nyantai!"
Dengan terpaksa, semua murid langsung mengeluarkan kertas kosong dan pena.
"Nais trai (nice try) Cep.." ujar Gita saat meletakkan kertasnya diatas meja.
"Gue heran, emang Bandung yang lo maksud yang mana sih cep?" sindir Aurel yang kini mulai membuka tutup penanya dengan kasar.
"Hehehee, maaf.." jawab Cecep.
"Kenapa kalian bertiga? Soal belum disebutkan saja sudah ribut!" tegur pak Dono.
"Enggak pak, kami cuma janjian mau makan dimana pulang nanti" gurau Cecep.
Dian menggelengkan kepalanya sambil tertawa geli meluhat tingkah teman - temannya dikelas. Mereka semua menggerutu pada Doni yang kini hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
*****
"Udah ada yang nunggu tuh, buruan samperin, sebelum ada yang lain nyamperin" ucap Gita saat mereka telah sampai di depan pintu restoran cepat saji.
Dian terkekeh, "Yaudah, makasi yaa"
Terlihat Alex sedang duduk di salah satu meja, menunggu kedatangan Dian. Seperti biasa, mereka berdua selalu makan siang bersama di salah satu restoran cepat saji dekat sekolah Dian.
Sedangkan Gita dan Aurel biasa mengantarnya sampai depan pintu masuk dan tertawa seperti orang gila diluar sana sampai akhirnya Dian masuk.
"Hai" ucap Dian.
Alex hanya tersenyum, Dian menarik salah satu kursi yang ada di depan Alex untuk duduk.
Makanan mereka sudah ada di atas meja, sesaat sebelum Dian datang, Alex sudah memesan makanan yang biasa mereka pesan.
"Udah lama nunggu?" tanya Dian basa basi.
"Enggak juga kok,"
Dian mengangguk tanda mengerti. Ia hanya duduk diam sambil memainkan kedua jarinya, merasa tidak enak jika ia makan duluan sedangkan Alex masih saja sibuk dengan ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
What If... (REVISI)
Teen FictionCoba aja aku tau semuanya lebih awal, mungkin aku bisa ngebantu kamu menghadapai semuanya, sampai akhir. Tapi percuma, ini hanyalah harapanku semata, yang mungkin ga bakal terjadi. Maafin aku yang ga pernah sadar akan beban yang kamu tanggung sendir...