Chapter 5

1.7K 184 18
                                    

"I---iya... Ibukku akan... Akan menikah lagi dengan sahabat dekatnya... Bahkan... Dulu sahabat dekatnya itu sangat baik denganku... Kadang menjemputku... Kadang mentraktirku... Tapi kenapa...sekarang... Kenapa ibu dan sahabatnya itu menghianati ayahkuu... Kupikir kebaikannya itu karena aku adalah anak sahabatnya...tapi kenapaa...hiks..." Gun menangis dengan kencang yang membuat beberapa anak di kantin melihat kami. Off segera memeluk tubuh Gun dan mencoba menenangkannya.

Untuk sesaat aku dapat mengerti...

Rasa tidak terima yang dirasakan Gun...

Rasanya sesak... Dan ingin mengungkapkan kepada siapapun bahwa dia tidak terima...

Semua teman-temanku mencoba menenangkan Gun yang menangis dan aku hanya dapat menggumamkan beberapa kata yang menyenangkan untuk Gun---walau aku tau bagaimana perasaan Gun. Gun hanya perlu pelukan hangat yang dapat membuatnya merasa nyaman... 

.

.

.

Bel tanda sekolah telah usai berbunyi. Aku berjalan keluar dari kelas bersama-sama yang lainnya. Ketika sampai diluar, kami berpisah. aku lebih memilih menunggu jemputan---karena lagi-lagi P'Tee akan menjemputku. 

Kini, di depan gerbang sekolahan hanya menyisakan aku dan Gun. Gun nampak masih menundukkan kepalanya. Rasanya aku ingin memeluknya erat dan berkata bahwa aku mengerti bagaimana ada diposisinya---tapi aku tidak bisa. Aku terlalu takut ada yang mengetahui kalau aku akan memiliki ibu baru... Lebih horrornya lagi adalah ibuku yang baru itu seorang lelaki... Aku tidak tau harus mengatakan apa nanti. 

Walau aku tau... P'Tee itu orang yang baik. Tapi aku masih saja belum bisa menerimanya... 

"Bass..." Gun memanggilku tiba-tiba. 

Aku menengok dan menatapnya tidak mengerti, "Ya?"

"Apa menurutmu aku kekanakan?" tanya-nya padaku. Aku membulatkan kedua mataku--kaget dengan pertanyaannya padaku. 

"Maksudmu bagaimana?" 

"Aku tidak mau ayah baru. Apa itu salah? aku juga ingin ibuku bahagia... Tapi..." Gun menunduk. Wajahnya merah karena menahan tangis. 

"Bagiku, kamu tidak kekanakan, Gun... itu normal bukan? Akan mempunyai ayah atau ibu tiri itu... rasanya tidak enak---ingin menolak, tapi malah kita nampak seperti egois." 

Aku merasa bahwa kini Gun menatapku. Sedangkan aku lebih memilih menatap lurus kedepan. Rasa-rasanya perasaanku kini melayang. Entahlah... aku menjadi berpikir bahwa aku kekanakan dan egois. Namun, bukankah itu wajar dirasakan oleh anak-anak sepertiku yang akan mempunyai ibu baru?

"Bass... ap---"

"Gun, kau sudah dijemput! Lihat," Aku memotong ucapan Gun ketika melihat mobil milik ayah kandung Gun. Gun sontak melihat mobil itu juga, "Pulanglah," ujarku. Mobil itu dibuka kacanya setengah dan ayah Gun nampak melambaikan tangan untuk meminta Gun segera masuk ke dalam mobil.

Gun menatapku lalu tersenyum kecil, "Aku pulang dulu, Bass! sampai besok," Gun berjalan dengan lari-lari kecil menuju mobil ayahnya itu setelah sebelumnya melambaikan tangan padaku. 

Ahh---entahlah. Aku tinggal sendirian di depan sekolah sekarang. Bukan, aku tidak mengeluh dengan P'Tee yang terlambat menjemputku. Tapi, ketika aku sendiri begini, sepi rasanya sampai-sampai aku memikirkan lagi... 

Kemarin mungkin aku sudah sangat keterlaluan... Berkata hal seperti itu kepada Daddy, tapi aku juga sadar, aku tidak tahan bila tidak berbicara yang sebenarnya... 

Tin-Tin

Sontak aku mendongakkan kepalaku dan melihat Daddy keluar dari mobilnya---Kalian tau apa yang aku pikirkan ketika aku melihat Daddy keluar dari  mobilku?

Sebuah ArtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang