Chapter 4

1.6K 192 4
                                    

"...Daddy... P'Tee bukan mommy-ku..."

Suaraku bergetar. Rasanya dadaku sesak...aku tak dapat berkata apa-apa lagi...kerongkonganku tercekik. Aku kecewa. Lebih dari apapun...aku masih tidak terima P'Tee menggantikan sosok Mommy untukku.

"Bass... Apa yang kau katakan? P'Tee adalah mommy-mu yang baru," ujar daddy kepadaku. Sekali lagi rasa mencekat datang kembali menerpa kerongkonganku. Aku tak dapat menerimanya.

"Mengapa daddy melupakan mommy? Apa salah mommy kepadamu, dad?" suaraku terdengar goyah dan kedua mataku mulai memerah.

"Tidak, siapa yang bilang daddy melupakan mommy-mu? Bass mengertilah, tidak selamanya daddy sendirian menjagamu. Daddy membutuhkan sosok yang lain untuk membantu daddy," daddy mencoba menjelaskan kepadaku. Entahlah. Kupikir itu hanyalah sebuah alasan.

"Aku merasa daddy sudah bukan lagi daddy yang dulu... Daddy berubah... Daddy mulai sibuk dengan tugas kantor... Sudah tidak membantuku mengerjakan tugas lagi... A---aku rindu daddy yang dulu..."

Daddy nampak terdiam mendengar ucapanku. Suasana ruangan daddy pun menjadi tegang dan aku hanya mampu menatap daddy.

Daddy menggelengkan kepalanya sekarang, "Bass, daddy tidak berubah... Daddy masih menyangimu... Percayalah pada daddy,"

"Tapi daddy berubah setelah P'Tee datang... Kenapa daddy menghianati mommy dengan akan menikahi P'Tee? Aku tidak bisa menerimanya, dad..." air mataku turun dengan deras dari kedua mataku. Rasanya begitu menyakitkan dan menyesakkan.

"...Bass... Bukan begitu maksud daddy..." daddy kembali mencoba menjelaskan.

Aku mencoba akan mengucapkan sebuah kalimat kembali ketika tiba-tiba pintu ruangan daddy terbuka dan menampilkan P'Tee yang memasuki ruangan.

"Oh? Bass? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi?" P'Tee berjalan mendekatiku. Aku mundur dan bersembunyi dibelakang tubuh daddy.

Tidak. Aku tidak mau disentuh oleh P'Tee.

Aku tidak mau terlena dengan perhatian P'Tee dan akan berkahir seperti daddy yang melupakan mommy.

"Tidak apa-apa, Tee. Hanya sebuah kesalah pahaman antara aku dan Bass," daddy mencoba menjelaskan. Aku menundukkan kepalaku dan ingin sekali pergi dari ruangan kantor ini.

Aku ingin berlari dengan kencang dan tidak bertemu siapapun lagi. Rasanya aku masih membutuhkan waktu yang begitu banyak untuk menenangkan hatiku.

Aku tau aku egois.

Harusnya aku dapat mengerti bahwa daddy membutuhkan sosok lain.

Namun, aku belum mengenal P'Tee yang masih terasa baru bagiku.

Aku masih belum dapat menerima kenyataan.

Aku takut daddy akan lebih sayang kepada P'Tee dan akhirnya akan melupakan aku juga seperti daddy melupakan mommy.

Ketika itu terjadi, apa yang bisa kulakukan?

"Bass, apa kau baik-baik saja? Kenapa kau menangis?" P'Tee kembali bertanya. Aku mengambil napasku kuat-kuat.

"Sudahlah, Tee... Kami hanya ada sebuah kesalahpahaman saja," daddy menjelaskan lagi.

"Kesalahpahaman apa? Katakanlah,"

"Daddy..." aku akhirnya mengeluarkan suaraku. Aku nasih menata hati dan pikiranku. Karena sungguh. Ini menyakitkan. Bagiku, "Bisakah aku pulang saja? Aku teringat bahwa ada tugas,"

Aku melihat P'Tee dan Daddy saling bertatapan. Mungkin mereka sedang berdiskusi.

"Baiklah, Bass... Ayo pulang," Daddy meng-iyakan saja. Aku mengangguk dan melirik dari ujung mataku ketika aku sudah membalikkan badanku.

Sebuah ArtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang