R -Tiga-

63K 1.5K 104
                                    


"Selamat bergabung di Grass Property." ucap Dylan.

Lexa menyambut uluran tangan itu. "Terima kasih." balasnya, mengulas senyum paling cantik yang semalam sudah ia latih.

Dering ponsel Dylan membuat jabat tangan itu berakhir. Ia lekas merogoh saku celananya, menerima panggilan itu.

"Ya, Le?"

"Dylan Rahatra Siegers, lo tamat! Nyokap lo ke kantor, dan dia udah dua puluh langkah ke ruang meeting."

Dylan terdiam, menatap pintu ruang meeting dan Lexa yang masih berdiri di depannya bergantian. Setelah itu, orang itu hanya memutuskan panggilan Leo dan meletakkan ponselnya pada meja.

"Lexa," panggilnya.

"Ya?"

Dylan menelan saliva, mendekat pada Lexa yang terlihat bingung. "Boleh saya minta tolong sama kamu?" lirihnya. Ia kini memegang lengan kanan Lexa.

"Ya, tentu saja."

"Tolong jangan tampar saya karena melakukan ini."

Lexa belum sempat bereaksi apa-apa ketika Dylan tanpa kode mendaratkan bibirnya pada bibir Lexa. Satu tangan Dylan yang bebas menekan tengkuk Lexa agar bibir gadis itu semakin merapat pada bibirnya. Tangan Dylan yang tadi memegang lengan Lexa berpindah pada pinggang gadis itu, merapatkan tubuh Lexa padanya.

Lexa membelalak kaget. Ia tidak siap dengan tindakan Dylan barusan.

Bos gila! Demi apa dia nyium gue!

*

Lexa mengerjap beberapa kali. Bibir Dylan masih berada pada bibirnya. Aroma armani yang menguar dari tubuh pria itu mendorong sesuatu dalam diri Lexa untuk membalas ciuman ini. Lexa mengarahkan satu tangannya pada dada bidang itu sementara tangan lainnya bertugas menelusuri kulit Dylan, menyelinap di balik sweatshirt yang dikenakan pria itu.

Keadaan intim itu berlangsung untuk dua menit lamanya. Bahkan, hingga Lexa mendengar suara pintu yang terbuka, lelaki yang sedang memagut bibirnya itu seakan tak ingin mengakhiri ciumannya walaupun berulang kali tepukan sudah melayang ke dada lelaki itu.

"Dylan!"

Barulah ketika namanya disebut, Dylan perlahan menjauhkan bibirnya dari bibir Lexa. Lelaki itu menghela napas, mencoba mengatur napasnya yang memburu.

"Halo, Mama." sapa Dylan, menatap wanita paruh baya dengan dress hijau pastel selutut yang tadi memanggilnya.

Lexa menoleh seketika pada wanita yang baru saja dipanggil 'mama'—juga pada Angel dan Leo yang berdiri di belakang wanita dengan rambut model up do itu. Lexa menelan saliva, menarik tangannya menjauh dari tubuh Dylan. Namun, tangan itu langsung digenggam erat oleh Dylan.

"Kamu sedang apa?" tanya wanita itu—Mama Dylan, Nyonya Rahatra Siegers.

"Nyium calon istri Dylan." Dylan menjawab dengan santai.

WHAT THE HELL! Lexa menoleh ke arah Dylan, menatapnya tak percaya. Pun dengan Leo dan Angel di belakang wanita itu. Leo menutup wajahnya dengan satu tangan, sedangkan Angel membuat gestur memenggal leher yang ditujukan pada Dylan.

"Calon istri?" ulang Mama Dylan. Wanita paruh baya itu melangkah mendekati Lexa, menilik penampilan gadis yang baru saja berciuman dengan putranya itu.

"Calon istri Dylan." Dylan meraih pinggang Lexa, menarik tubuh gadisnya supaya mendekat. "Lexa, kenalkan, ini Julia Rahatra, Mamaku. Mama, Lexa Gestama, ibu dari cucu Mama kelak."

The Boss Kissed MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang