Radevisya Arshaka Rizfy

8.1K 139 0
                                    

Radevisya Arshaka Rizfy

Gadis itu kini bersiap dengan motor sportnya, ini sudah kesekian kalinya ia mengikuti acara balapan liar. Tentunya ini diluar sepengetahuan kedua Kakak laki-lakinya.

Deru mesin motor kini menyala, namun menurut Ravisya ini menjadi musik penenang untuknya. Tak banyak yang tahu jika seorang yang dijuluki black rose ini hanyalah seorang gadis SMP dengan banyak cerita kelam dihidupnya.

"Sudah siap untuk kalah?"

"Ngelawak lo?" tanya Ravisya diiringi seringai menyeramkannya.

"Kita liat aja nanti siapa yang nyampe digaris finish duluan," ejeknya membuat Ravisya menggeram marah.

Namun, belum sempat mereka melajukan motornya suara sirine polisi menginterupsi. Mau tak mau mereka yang tengah berkerumun melarikan diri, jika sudah begini siapa yang ingin berurusan dengan aparat negara itu.

"Sial!" umpat Ravisya yang kemudian memacu kendaraannya, mencoba melarikan diri dari gerombolan polisi-polisi tampan itu.

Tak berapa lama Ravisya sampai didepan gerbang kompleknya, dia menimang haruskah ia pulang? Tapi jika tidak pulang ini adalah hari ketiga dimana dia tak menginjakan kakinya dirumah itu.

"Oke, gue pulang!" Ravisya kembali menjalankan motornya menuju rumah, kali ini jam menunjukan pukul 01:00 ia harap kedua Kakak laki-lakinya lembur seperti biasa.

Setelah memasukan motor kesayangannya kedalam garasi, Ravisya berjalan mengendap-endap. Namun,

"Ingat pulang," ujar sosok itu dingin membuat Ravisya membeku.

"Udah."

"Balapan liar lagi?" tanyanya masih dengan tatapan datar membuat Ravisya bungkam.

"Sudah Abang peringatkan, jangan sekali-kali kamu terjerumus hal-hal yang merugikan Radevisya! Kamu perempuan!" ujarnya seraya memijit pelipisnya.

"Ra, cuma butuh hiburan Abang," ujar Ravisya menunduk dalam. Ia tau apa yang ia lakukan salah, namun ini adalah salah satu bentuk cari perhatiannya agar kedua kakak laki-lakinya mau meluangkan waktu untuk dirinya, meskipun hanya untuk memarahinya.

"Hiburan macam apa? Apa nggak ada hiburan lain selain balapan? Keluyuran gak jelas bahkan tiga hari nggak pulang!"

"Aa bisa kasih kamu tiket liburan kemanapun kamu mau Ra, tapi engga dengan membahayakan diri kamu sendiri," ujar Randy yang tiba-tiba muncul.

"Kemasi barang-barang kamu, Abang sudah daftarkan kamu ke salah satu pondok pesantren," tutur Rian, membuat Ravisya menegang.

"Abang mau buang Ra?" tanya Ravisya memastikan bahwa apa yang ia dengar itu pasti salah.

"Abang bukan buang kamu, tapi ini demi kebaikan kamu!"

"Kebaikan Rara, atau kebaikan Abang dan Aa?" tanya Ravisya, air matanya tak dapat ia tahan lagi sekarang.

"Apa gak cukup selama ini kalian ninggalin Rara? Apa gak cukup?! Rara kira yang cuma Ayah sama Bunda yang jahat sama Rara. Tapi kalian juga sama!" Ravisya pergi meninggalkan keduanya. Ia butuh ketenangan sekarang.

"Apa ini jalan terbaik Yan?" tanya Randy ragu.

"Ini terbaik buat semua, gue gak mau salah didik Ravisya. Dan kita semua tau lo maupun gue gak bisa selalu ada buat Ravisya."

Randy menghembuskan nafas gusar, pikirannya berkelana. Sejujurnya ia tak menyetujui usulan kembaran konyolnya tapi mau bagaimana lagi, kenakalan Ravisya tidak bisa ditolelir untuk kali ini. Pasalnya bukan sekali dua kali adiknya ini melakukan hal-hal yang bisa merugikan dirinya sendiri.

Mutiara Cinta Pesantren [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang