Awal Yang Meragukan

5.2K 108 0
                                    

Disinilah Ravisya sekarang tepat setelah satu bulan pertikaian itu terjadi, ia berdiri didepan  pagar yang menjulang tinggi bahkan sangat tinggi, hingga membuat seorang Radevisya berfikir. Apa motivasi si pemasang pagar? Kenapa pagar ini tinggi sekali. Apa ini adalah salah satu cara agar tidak ada satupun santriwan maupun santriwati yang merencanakan aksi kabur-kaburan? Sepertinya.

Keduanya kini berjalan memasuki area pondok pesantren, banyak yang memandang keduanya penuh tanya. Mungkin wajah good looking keduanya membuat semua orang menjadikan mereka pusat perhatian? Ah mungkin saja.

"Aa, Rara mau pulang."

"Rara belajar dulu disini ya, nanti kalo waktunya udah tepat Aa jemput pulang," ujar Randy menenangkan kegelisahan adiknya. Namun ia bisa apa? Membantah Rian? Itu hal yang tidak mungkin.

"Tapi A .... " Ravisya yang ingin membantah kini mengatupkan rapat-rapat bibirnya. Ia rasa percuma membantah meskipun Rian tak ada bersama mereka.

"Ra percaya kan sama Aa?" tanya Randy menatap lekat manik didepannya. Jika bisa dia ingin membawa Ravisya bersamanya. Namun ah!

"Bawa Rara pergi dari sini A," ujar Ravisya dengan mata yang berkaca-kaca membuat Randy tak tega. Namun tak urung ia membawa adiknya ke tempat dimana kediaman pemilik pondok pesantren itu. Membuat Ravisya menurunkan bahunya lesu.

"Mampus gue, dimana kebebasan akan digadaikan untuk tiga tahun," batin Ravisya.

Setelah menjadi nyamuk antara Randy dan sang pemilik pondok yang akrab dipanggil Umi, Ravisya kini diantarkan ke asrama. Tentunya tanpa Randy karena kawasan itu khusus untuk santri putri. Dan laki-laki yang tidak berkepentingan tentu saja dilarang masuk.

"Mondok kemauan sendiri atau disuruh orang tua?" tanya Umi Fatimah mencoba mengawali pembicaraan dengan santri barunya.

"Kemauan Abang," jawab Ravisya seadanya.

Tak ada lagi pembicaraan setelah itu kini mereka sampai diundakan tangga menuju lantai dua asrama namun sebelum itu Fatimah mendapatkan telepon dari suaminya. Membuat Ravisya kembali menunggu.

Tak berselang lama Fatimah kembali dengan seseorang yang tak Ravisya kenali, tapi dari pakaiannya sepertinya dia salah satu santriwati disini.

"Kamu ke kamar sama Mbak Freya ya, maaf  Umi ndak bisa antar ke atas," ujar Fatimah memohon maaf.

"Iyaa Umi, nggakpapa." jawab Ravisya tersenyum tulus.

"Semoga Mbak ini gak galak Ya Allah," batin Ravisya melafalkan doa.

"Assalamualaikum ukhti, kenalin nama saya Freya, santriwati kelas lima disini," ujar Freya mencoba mencairkan suasana. Freya ini tipikal orang yang eassy going. Terlihat dari tak ada guratan kecanggungan meskipun baru kali ini dipertemukan dengan Ravisya.

"Waalaikumsalam, kenalin juga mbak nama gue Radevisya. Orang-orang biasa panggil gue Ravisya atau Visya paling pendek," jawab Ravisya dengan semangat 45. Tak ada malu-malu dalam kamus hidup seorang Radevisya Arshaka Rizfy. Ingat itu!

        Freya tersenyum maklum dengan kosakata yang dipakai oleh Ravisya, maklumlah anak kota mungkin nanti lama-lama akan berubah. Bukankah semuanya butuh proses?

        Akhirnya mereka sampai didepan sebuah kamar yang bertuliskan angka 20. Yaps tepat dipojok lantai dua asrama. Asrama ini memiliki tiga bangunan dengan tiga tingkat, satu tingkat berisikan 10 kamar yang dihuni oleh tiga sampai enam santriwati. Freya mengetuk pintu kamar itu pelan seraya mengucapkan salam, tak lama kemudian pintu terbuka menampilkan sosok gadis yang tengah berdecak malas.

"Perasaan saya hari ini nggak ada buat salah mbak," ujarnya malas. Membuat Freya tersenyum sekilas.

"Saya ini Freya bukan Nazla," ujar Freya tersenyum geli, mengingat santriwati itu sangat sulit mengenali dirinya dan saudari kembarnya.

"Nah terus ngapain Mbak? Disini juga nggak ada yang sakit," tanyanya dengan raut wajah bingung.

"Ini, Mbak mau nganter santriwati baru semoga kalian penghuni kamar ini bisa membantu dia beradaptasi ya."

"Mbak nggak takut dia kita ajarin ajaran sesat?" tanyanya membuat Ravisya yang tadinya menunduk kini menatap sumber suara. Ravisya terpaku, begitupun Arabella yang langsung mengenali wajah baru didepannya. 

"Ya mau gimana lagi, kamar yang kosong buat kelas 10, ya cuma ini," ujar Freya memecah keheningan diantara mereka.

"Untuk sementara kamu disini dulu ya," ujar Freya ragu. Ia takut santri baru ini merasa tidak nyaman dengan si biang onar Arabella dan Syakira.

"Selamanya juga gakpapa kok Mbak," ucap Ravisya tersenyum penuh arti. Dibalas dengan anggukan semangat dari Arabella.

"Kok perasaan Mbak gak enak ya, ah yaudah Bella bawa temannya masuk ya. Mbak mau ke perpustakaan."

Inilah awal. Awal yang meragukan tadinya namun setelah melihat kawan seperjuangan yang menurut Ravisya satu frekuensi tampak tak begitu buruk.

Setelah Freya berlalu, Arabella langsung menarik lengan Ravisya penuh semangat. Sejujurnya Arabella masih tak percaya dengan kejadian ajaib ini setelah diawal dia dipertemukan dengan Syakira kini ia dipertemukan juga dengan Ravisya. Ah pasti akan menjadi cerita yang indah dengan bumbu-bumbu yang mereka ciptakan sendiri.

"Tadi gue denger kaya ada suara Mbak Freya," ujar Syakira yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Iya, tadi dia nganterin santri baru kesini."

"Wah asik tuh, bisa kita ajak buat ...."

"Buat apa Kir?" tanyanya membuat Syakira terdiam. Ini aneh, Syakira bisa mendengar suara yang sudah tak ia dengar dua tahun lamanya. Apa ini mimpi?

"Oh lupa ya? Kenalin gue Radevisya Arshaka Rizfy." Syakira langsung menerjang tubuh Ravisya hingga mereka terjungkal ke tempat tidur. Untung tempat tidur bukan ubin.

"Gue kangen banget sama lo," ujarnya memeluk erat Ravisya hingga Ravisya kesulitan bernafas. Sedangkan Arabella? Dia hanya menggeleng.

"Tunggu Vis, kok lo bisa nyasar kesini?" tanya Arabella menatap Ravisya penasaran.

"Gue ketauan ikut balapan," ujar Ravisya lesu. Padahal menurutnya ini masalah sepele. Sepele dari Hongkong!

"Bandelnya gak ada obat sih lo! Udah tau Abang-abang lo itu punya muka kejam tapi cakep, masih aja mau ngelanggar," ucap Syakira tak habis fikir.

"Jadi lo kesini disuruh tobat?" Ravisya mengangguk, ia enggan menceritakan perihal berubahnya Rian pada kedua sahabatnya itu. Rian yang sekarang beda dengan yang dulu, dia jadi sosok tempramental dan tak tersentuh.

"Yaudah kita tobatnya nanti kelas 11 aja ya, sekarang kita nikmatin masa kelas 10 yang harus sedikit diberi bumbu," ujar Arabella tersenyum penuh arti.









TBC

Mutiara Cinta Pesantren [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang