Hari demi hari sudah terlewati, ku nikmati kesendirianku seperti biasanya. Sejak hari itu, ia sudah tidak bersamaku. Ku rasa mulai ada jarak diantara aku dengannya. Mungkin pacarnya melarang untuk dekat-dekat denganku. Daffa pun juga harus menjaga hati ceweknya. Aku yang harusnya tahu diri, aku harus berhenti mengharapkan dia, berhenti memikirkannya, dan berhenti mencintainya.
Sudah berjalan hampir satu tahun hubungan mereka. Hampir satu tahun juga aku dihantui perasaan-perasaan bersalah tapi disisi lain, aku masih sangat mencintai dia. Rasa sayangku selalu saja membuat aku merasa bodoh. Mengapa ceritaku tidak berakhir bahagia ?
Setelah sekian lama aku merasa kehilangan Daffa, sedikit demi sedikit mulai ada perhatian-perhatian dari Daffa. Dia mulai sering mencubit pipiku seperti yang ia lakukan dulu.
" Ghe,ikut gue ke perpustakaan. Ambil buku buat pelajaran geografi. " Ajaknya sambil mengulurkan tangannya.
" Ayo. " Jawabku dan membalas uluran tangannya.
Saat di dalam perpustakaan, kami pun mulai bicara dengan lirih sambil mencari buku geografi kelas 12 di rak-rak perpustakaan. "
" Lo gandeng tangan gue tadi nggak takut ketahuan Keisha ?"
" Nggak peduli gue. "
Setelah mencari-cari akhirnya aku menemukan bukunya di rak paling bawah. Aku pun berdiri dan mengatakan pada Daffa "bukunya ketemu" tiba-tiba Daffa mencium pipi kananku. Seketika aku hanya bisa terdiam,dan tidak ada kata yang mampu terucap dari bibirku.
" Gue sayang sama lo, gue pengen kita lebih dari sahabat." Ucapnya lirih tepat di telinga kananku.
" Keisha ? "
" Gue tau,tapi disisi lain gue juga sayang sama elo,Ghea."
Aku hanya mampu terdiam, menatap kedua matanya. Benar sekali,tidak ada kebohongan di matanya. Aku yakin,dia berkata setulus hatinya. Dan,aku pun tidak bisa berbohong terhadap perasaanku sendiri yang juga menyayanginya lebih dari sekedar sahabatku. Aku menyayanginya sebagai lelaki pada umumnya,yang bebas untuk dicintai siapapun. Termasuk aku juga berhak.
Setelah hari itu berlalu,aku mulai merasakan kehadiran Daffa yang dulu. Meskipun kami tidak bisa selalu berangkat dan pulang bersama. Setidaknya saat dikelas tidak secanggung dulu. Kini ia semakin bebas untuk bertindak jahil seperti sebelumnya. Inilah momen-momen bersama Daffa yang selalu aku rindukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Bukan Untukku
Short StoryKehadiranmu membawaku merasakan kembali akan indah dan pedihnya cinta. Diamku adalah cara untuk mencintaimu. Seandainya hati bisa berkata,mungkin sejak dulu aku tidak memendam rasa ini. Bisa saja sejak dulu hatiku mengatakannya padamu secara diam-d...