Shelang #2

350 23 2
                                    

Murid-murid kelas XI-ips-2 sudah berkumpul di kelas. Mereka sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Cewek-cewek rempong sibuk bergosip ria. apa pun mereka bicarakan, dari para Cogan di sekolah hingga Pak Maman, penjaga sekolah yang ganteng dan menurut mereka tidak cocok menjadi penjaga sekolah.

Tuk tuk tuk..
Suara hak sepatu yang bersenggolan dengan lantai membuat kegiatan para siswa terhenti, dan kini semua beranjak ke tempat duduk masing-masing.

Bu Resti, guru dengan perwakan langsing dan tinggi, wajah cantik memesona, kulit kuning langsat dan senyum yang sangat manis itu memasuki kelas XI-ips-2. Guru itu adalah guru termuda dan satu-satunya guru yang berstatus single di SMA Mutiara, membuat beliau sering sekali digoda para cowok-cowok kurang belaian di sekolah.

"Siang anak-anak!" sapa Bu Resti tidak lepas dari senyuman menggodanya.

"Siang bu!" jawab murid-murid kompak.

"Siang Bu! Saya mau cerita deh bu, masa kemarin saya buat kopi, tapi kopinya pait padahal udah saya Kasih gula. Ternyata setelah saya teliti, rasa manis itu ada di senyum bu Resti. Besok-besok kalau saya buat kopi lagi saya mampir kerumah Bu Resti dulu kali ya, biar kopinya manis." gombalan receh terlontar dari bibir Elang. Seketika kelas menjadi riuh.

"Swit swit! Keselek Batu nih gue!" Davin bergaya layaknya orang sedang batuk. Murid-murid yang lain tertawa.

Bu Resti menggeleng. Selalu saja Elang mebuat kelas ini gaduh.

"Sudah-sudah! Sekarang kita mulai pelajaran saja ya!" Bu Resti menengahi.

"Jangankan memulai pelajaran, memulai rumah tangga bersama bu Resti juga saya sudah siap kok bu."
Tutur Elang.

Kelas kembali dibuat ribut. Bu Resti hanya menggelengkan kepalanya. Tidak mengindahkan ucapan Elang.

Setelah kelas kembali tenang, Bu Resti memulai pelajaran yang sempat tertunda hingga bel tanda berakhirnya pelajaran itu berbunyi.

                                ***

Bel tanda berakhirnya jam sekolah berbunyi nyaring. Sorakan-sorakan dari berbagai penjuru kelas terdengar. Sudah menjadi budaya sekolah manapun, bel pulang adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa yang datang ke sekolah hanya untuk meminta uang saku, bukan benar-benar sekolah untuk mencari ilmu.

Sheihan sedang membenahi buku-bukunya. Setelah selesai, dia berniat untuk keluar kelas sendiri karena Netta sudah pulang dulu bersama kakaknya yang juga bersekolah di SMA Mutiara.

"Sheihan?" seseorang memanggil namanya, membuat Sheihan memutar tubuhnya 180 derajat.

"Elang?"

"Emm.. Lo pulang bareng siapa?" tanya Elang to the point.

"Aku? Pulang sendiri, rumahku deket kok dari sini."

"Gimana kalo lo bareng sama gue aja?" tawar Elang.

"Nggak usah deh makasih. Aku bisa pulang sendiri." tolak Sheihan halus. Bagaimana Ia akan menerima ajakan itu? Bahkan Sheihan pun baru kenal Elang tadi pagi.

"Oh yaudah, oke! Gue duluan." Elang memperlihatkan gelang abu-abu di tangan kirinya pada Sheihan. Bukan bermaksud pamer, tapi Elang memiliki maksud tersendiri di dalam hatinya.

Sheihan tidak mempedulikan apa yang dilakukan oleh Elang, karena Ia tidak tau maksud cowok itu memamerkan gelang warna abu-abu itu padanya.

Elang berjalan mendahului Sheihan, ia mengambil motornya di parkiran depan sekolah. Setelah itu, Ia pergi bersama motornya entah kemana.

Sheihan melanjutkan perjalanannya. Ia berjalan sambil terus bersenandung ria. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang pedagang gulali. Ia teringat adik-adiknya dirumah yang sangat menyukai gulali. Ia pun berniat membelikan adik-adiknya gulali itu.

"Pak, saya beli gulalinya 10 ya." ucap Sheihan pada penjual gulali itu.

"Banyak sekali dek belinya?" penjual itu bertanya ramah sambil terus membuatkan gulali pesanan Sheihan.

"Iya Pak, buat adik-adik saya dirumah." penjual itu hanya tersenyum lalu mengangguk.

Setelah selesai dibuatkan, Sheihan merogoh saku roknya lalu mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu dan ia berikan kepada penjual gulali itu.

"Makasih Pak."

"Sama-sama dek."

Sheihan melanjutkan perjalanan pulangnya. Tanpa ia ketahui, seseorang sedang mengikutinya dari belakang.

                               ***

Panti Asuhan Kasih Bunda.

Sheihan melepas kedua sepatunya. Adik-adik Sheihan berlarian memeluk Sheihan dari dalam rumah.

"Kak Shei.. Icha kangen." gadis kecil itu memeluk erat tubuh Sheihan.

"Kak Sheihan kan sekolah cuma 8 jam Icha.. Masa Icha sudah kangen?" Sheihan terkikik geli. Gemas dengan tingkah lucu adiknya yang satu ini.

"Iya dong Kak Shei!"

"Bunda dimana Shafira?" tanya Sheihan pada Shafira, adiknya yang kini tengah duduk disebelahnya.

"Di dalem kak."

"Oh iya.. Kak Shei punya sesuatu buat kalian!" Sheihan membuka resleting tasnya dan mengambil gulali yang ia beli tadi di tengah jalan.

"Wah permen!" teriak Farhan. Sejak dulu, Farhan memang suka sekali dengan permen.

Icha, Shafira, Farhan, Annis, Adam, Adit, Tia, Nafis, Yudha, dan Faris berebut gulali di tangan Sheihan. Sheihan tersenyum bahagia melihat adik-adiknya.

Lalu ia masuk ke dalam rumah dan bertemu dengan bundanya.

Eya! Gue kangen sama lo!
Seseorang berkata di atas motornya.
              
                                ***

Update lagi nih gengs 😂
Aku minta komennya dong! Menurut kalian cerita ini gimana? Kalo menurut kalian Bagus, aku lanjutin, tapi kalo nggak.. Aku stop sampai disini😂
Maaf juga nih, ceritanya sedikit di part ini.
Jangan lupa vote ya 👉⭐

Salam
RizkaAmalia

ShelangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang