Elang kembali membawa motornya melewati jalanan kota Jakarta yang padat. Deru motornya yang memekakan telinga membuat para pengendara lain menoleh ke arahnya.
Namun hal itu sama sekali tidak digubris oleh Elang. Elang terus mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.Sesampainya di depan gerbang rumah berwarna coklat itu, Elang menekan klakson motornya berkali-kali, berharap satpam di dalam rumahnya membukakan gerbang untuknya.
Srekkk..
Pak Gimin, satpam di rumah Elang membuka gerbang dengan perlahan. Setelah gerbang benar-benar terbuka, Elang memasukkan motornya ke pekarangan Rumah.
Elang kemudian berjalan ke dalam rumah. Saat membuka pintu, terlihat Auryn, adik Elang sedang berbincang dengan kedua temannya yang entah siapa namanya Elang tidak tau. Yang jelas mereka berdua sering sekali berkunjung kerumahnya dan kerap menggodanya.
Menyadari seseorang membuka pintu, Auryn dan kedua temannya menoleh. Terlihat jelas wajah sumringah kedua teman Auryn ketika melihat Elang masuk kedalam rumah.
"Udah pulang bang?" tanya Auryn sekadar basa-basi. Elang hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah adiknya.
"Bang Elang? Kok baru pulang? Dari mana aja? Talitha dari tadi nungguin bang Elang loh." Ucap Salah satu teman Auryn, membuat Elang menghentikan langkahnya.
"Lo ngomong sama gue?" Elang menunjuk dirinya sendiri.
"Iya lah Bang Elang."
"Berapa kali gue harus ngomong sama lo? Nggak usah deh lo sok-sokan mau deketin gue. Punya kaca nggak lo dirumah? Muka pas-pasan gitu aja sok-sokan." Ujar Elang pedas.
Talitha bungkam. Selalu saja Elang seperti itu padanya.
"Bang Elang!" Auryn menengahi. Elang masih saja bersikap seperti itu pada Talitha, padahal Auryn sudah berkali-kali menegur Elang untuk bersikap baik pada Talitha.
"Bodo amat tuh urusin temen lo yang sok kecakepan itu!" Elang berjalan meninggalkan ruang tamu.
Sesampainya dikamar, Ia mulai merebahkan dirinya dikasur. Ia memejamkan mata sebentar, lalu sekelebat bayangan masa lalunya terngiang-ngiang dikepalanya.
"Eyan mau kemana? Kenapa baju Eyan dimasukin ke Tas semua? Eyan mau pergi?" Gadis kecil itu bertanya sendu.
"Eyan cuma pergi sebentar kok.. Gak lama, Eya tunggu Eyan disini ya, suatu saat nanti Eyan pasti pulang."
"Enggak! Eyan nggak boleh pergi! Eyan harus tetep disini sama Eya! Eyan nggak boleh pergi!!" gadis itu berteriak lantang. Lalu ia berlari cepat keluar dari ruangan itu. Hingga tanpa ia sadari ia menabrak sebuah meja kecil yang tergeletak di depannya dan membuat ia jatuh, kepalanya membentur dinding di depannya. Ia pingsan seketika.
"Eya!" Teriak Eyan. Eyan berlari secepat mungkin menghampiri Eya.
"Bunda!! Eya pingsan Bunda!!" Eyan terus memanggil Bundanya.
Bunda Amira secepat mungkin menghampiri Eya. Ia panik.
"Kenapa Eya bisa pingsan Eyan?" tanya Bunda panik.
"Eya lari Bunda."
"Bu, dia harus segera dibawa kerumah sakit. Biar saya yang mengantarkan." ucap Pak Lukman Erlangga. Beliau menggendong tubuh mungil Eya dan segera membawanya kerumah sakit terdekat.
Sesampainya dirumah sakit, Eya langsung diperiksa oleh dokter. bunda, Eyan, Pak Lukman, dan Bu Desi menunggu diluar ruangan. Mereka semua berharap tidak terjadi hal yang buruk pada Eya.
Pak Lukman melirik jam tangannya. Pukul 11.30. Beliau teringat pada urusan kantornya hari ini yang sangat penting dan tidak bisa ia tinggalkan.
"Bu Amira, saya mohon maaf. Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena saya ada urusan penting di kantor." ucap Pak Lukman sopan.
"Oh baiklah pak kalau begitu pak, terima Kasih karena Bapak sudah berbaik hati mengantar Eya ke rumah sakit ini."
"Iya Bu. Ya sudah, Eyan ikut Papa pulang ya nak!" ucap pak Lukman pada Eyan.
"Iya.. Pa. Bunda, Eyan pamit ya.. Bunda jaga diri baik-baik ya Bunda, Eyan juga minta maaf karena Eyan, Eya jadi masuk Rumah Sakit. Titip salam buat Eya ya Bunda." Eyan memeluk Bunda Amira erat.
Elang tersadar dari lamunannya mendengar teriakan cempreng adiknya.
"Bang Elang jahat banget sih ngomong gitu ke Talitha! Kan Auryn udah berkali-kali bilang sama Bang Elang, jangan kasar-kasar kalo ngomong sama cewek!" Bentak Auryn pada Elang.
Elang hanya memutar bola matanya jengah. Selalu saja.
"Kan gue udah bilang sama dia, jangan sok kecakepan! Masih aja begitu. Udah ah, gue mau mandi. Gerah nih gue! Udah sana lo keluar!" Elang mendorong adiknya keluar kamar dan menutup pintu kamarnya dengan keras.
Auryn menggedor-gedor pintu kamar Elang dari luar berkali-kali. Elang yang merasa terganggu itu mengambil earphone kesayangannya lalu menyetel lagu kesukaannya dan terlelap bersama dengan nada yang mengalun dari hanponenya.
***Haii gaess!! Sedikit dulu yah ceritanya. Aku ini update karena permintaan temen sekaligus pembaca😂
Jangan lupa vote and comment ya kalo suka😂👉⭐Nih. Aku Kasih bonus fotonya Elang Mahesa Erlangga.
Salam
RizkaAmalia
KAMU SEDANG MEMBACA
Shelang
FanfictionHanya butuh waktu satu menit untuk aku mencintaimu. Namun, untuk melupakanmu, mungkin selamanya tak akan bisa. --Elang Mahessa Erlangga. Mungkin kini aku melupakanmu. Tapi percayalah, itu bukan kemauanku. Dan, percayalah setelah aku kembali bertemu...