Elang berjalan gontai menuju kamar mandi. Ia bangun kesiangan hari ini. Ia juga bingung, kemana Auryn? Bukannya dia selalu membangunkannya setiap hari dengan teriakan cempreng khasnya? Tapi kenapa hari ini dia tidak membangunkan Elang?
Elang hanya membasuh wajahnya dengan air hangat dan gosok gigi.
"Gue nggak mandi juga tetep ganteng." pikir Elang percaya diri. Setelah dirasa cukup, Elang melanjutkan kegiatannya. Ganti baju, dan menyiapkan motornya yang masih terparkir manis di garasi."Pak. Auryn udah berangkat? Kenapa dia nggak ngebangunin saya tadi pagi?" tanya Elang pada Pak Gimin yang sedang menikmati kopi paginya.
Pak Gimin menoleh sebentar,
"Iya Den, tadi non Auryn dijemput cowok. Ganteng den!" jelas Pak Gimin cekikikan. Mungkin kalau dia cewek, dia bakal naksir cowok Auryn.Elang hanya mendengus. Ia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kanannya, 07.15.
"Oh Shit!" umpat Elang lirih.
"Yaudah Pak. Elang berangkat sekolah dulu deh." pamit Elang.
"Oke den. Hati-hati!"
Elang menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, hingga hampir saja menabrak beberapa pengendara di jalan Raya. Dan berakhir dengan sumpah serapah orang-orang dijalan yang sama sekali tidak digubris oleh Elang.
Hari ini, ada jadwal Ulangan harian dari Bu Neli. Guru yang super duper sadis. Pernah suatu kali, saat Elang terlambat masuk ke kelasnya, Bu Neli memukulnya dengan penggaris kayu di bagian punggungnya. Membuat Elang trauma dan mogok mengikuti pelajaran Bu Neli selama 10 hari. Dan alhasil, nilai yang didapatkannya di akhir semester hanya 30.
Sesampainya di depan gerbang, terlihat Pak Tanto, guru BK berkepala plontos itu sedang berjaga-jaga di depan Pos Satpam.
Elang berhenti sebentar, lalu memberanikan diri memasuki gerbang sekolah dengan motornya. Pak Tanto yang mendengar deru motor memasuki gerbang, menoleh dan mendapati Elang yang sedang menyengir ke arahnya.
Pak Tanto seketika naik darah. Beliau berjalan gontai menghampiri Elang dengan mengepal-ngepalkan tanggannya dan meninju udara.
"Selamat Pagi pak." Elang menyapa Pak Tanto dengan wajah tak berdosanya.
"Selamat pagi, selamat pagi! Jam berapa sekarang?" Pak Tanto mengangkat tangannya, memperlihatkan jam keemasan di tanggannya yang menunjukkan angka 07.35.
"Wah! Jam tangan Pak Tanto baru ya pak? Beli dimana? Emas asli pak?" Elang bertanya sok polos, mengalihkan pembicaraan. Pak Tanto memang terkenal guru yang suka pamer disekolah, kalau ditanya tentang barang-barang yang sedang dipakainya, Pak Tanto akan lupa dengan apa yang sedang di bahas di awal.
"Oh iya Elang. Saya beli di Italia kemarin, ini emas asli lho. Saya juga belikan untuk istri dan anak-anak saya."
Elang bersorak dalam hati. Ia berhasil membuat Pak Tanto lupa memarahinya.
"Oh gitu ya pak, pasti mahal. Kalau gitu saya ke kelas dulu ya pak. Ada jadwal ulangan hari ini. Pagi pak." Elang berlalu meninggalkan Pak Tanto yang kini sedang asik memerhatikan jam tangannya. Elang berjalan dengan langkah lebar agar ia bisa terhindar dari amukan Pak Tanto, karena Elang yakin sebentar lagi Pak Tanto akan sadar.
"Loh. Kok saya disini?" Pak Tanto mulai sadar dan menjelajahkan matanya ke segala penjuru sekolah, beliau mendapati Elang sedang berlari gontai menuju kelasnya. Setelah berpikir cukup lama, Pak Tanto teringat bahwa tujuan awal beliau berdiri disini adalah untuk memarahi dan memberi hukuman pada Elang karena anak itu berangkat terlambat.
"Elang!" Pak Tanto berteriak sangat kencang.
Elang yang mendengar Teriakan Pak Tanto itu segera mempercepat larinya menuju kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shelang
FanfictionHanya butuh waktu satu menit untuk aku mencintaimu. Namun, untuk melupakanmu, mungkin selamanya tak akan bisa. --Elang Mahessa Erlangga. Mungkin kini aku melupakanmu. Tapi percayalah, itu bukan kemauanku. Dan, percayalah setelah aku kembali bertemu...