Bulan, 5

24 2 0
                                    

"Gerald, coba lihat keluar sekarang!"

"Aduh." Kamu mengeluh usai mendengar teriakanku. Aku tertawa kecil. Ku tebak, pasti kamu kini sedang menjauhkan gagang telepon dari telinga. "Kamu ini, ya. Bukannya ngomong halo, langsung teriak. Kayaknya besok aku harus ketemu Dokter THT."

Aku terkikik geli. "Hi hi hi. Maaf sudah menyakiti telingamu, Gerald. Oh, kamu udah ke luar rumah belum?"

"Kenapa?"

"Bulannya bagus banget!" Aku terpekik nyaring, bodo amat dengan lingkungan sekitarku. "Kamu harus liat, Gerald!"

Kamu terkekeh. "Aku udah di luar sejak sore tadi, Ale."

"Terus, terus?"

"Terus apa?"

"Bulannya bagus, kan?" Mataku berbinar-binar. Aku menggigit bibir, tidak sabar menanti respon darimu.

Hening. Kamu tidak menjawab pertanyaanku. Aku bahkan bisa mendengar derik kalajengking dari balik telepon. Dahiku berkerut. Aku menarik ponselku dari telinga. Sambungan telepon masih berlangsung, tapi kamu diam saja.

"Gerald, kamu masih disana?"

"Iya, Ale."

Belum sempat aku membalas perkataanmu, kamu lebih dulu mengambil alih percakapan. "Aku nggak ada ngeliat bulan sama sekali disini," ujarmu.

"Eh?"

"Iya. Nggak ada bulan disini. Kosong. Hitam pekat dan kelam. Oh, satu lagi deh. Sunyi."

Aku menghembuskan napas. Kecewa. Sayang sekali kamu nggak melihat cantiknya bulan malam ini.

"Kok diem?" tanyamu.

"Sedih. Ku pikir kita sedang melihat bulan yang sama..."

"Yaahh." Kamu ikut-ikutan meniru intonasi suaraku yang melemah.

Aku mendengus sebal. Uh, aku tahu kamu nggak sesedih itu. Kamu pasti sedang menyeringai senang sekarang.

"Ale."

"Hm," sahutku acuh tak acuh.

"Gimana ya, Le? Aku mau liat bulan juga. Tapi kan bulannya lagi nggak disini. Bulannya sedang jauh dariku. Karena nggak ada bulan, aku jadi merasa seperti langit malam tanpa bulan. Makanya kamu cepet-cepet pulang kesini, ya."

Aku berusaha mencerna kata-kata yang kamu utarakan. Perkataanmu persis remaja tanggung si budak cinta. Pun rasanya ada yang janggal dari ucapanmu. Seperti ada sesuatu yang kurang pas. Ibarat kopi manis kekurangan gula.

"... tapi kan ada bintang di langit, Gerald?"

Kamu terbatuk seperti Putri Salju yang tersedak apel beracun. Terdengar gerutuanmu yang khas. "Ale, kamu... pandai merusak suasana romantis."

Aku nyengir.

Gerald, asal kamu tahu. Aku juga tidak sabar untuk pulang. Bertemu dengan kamu, lalu menjawil telingamu. Dasar!

Gerald!Where stories live. Discover now