Capter 2| pilih kasih

14.1K 713 10
                                    

SMA Nusabangsa, satu dari puluhan sekolah yang hari ini akan membagikan rapor murid-muridnya. Jika sekolah lain melakukan kegiatan tersebut di dalam kelas maka lain halnya dengan SMA Nusabangsa yang lebih memilih melaksanakan di aula sekolah. Mengumpulkan seluruh murid beserta walinya juga dengan beberapa hiburan dari sebagian murid hingga akhirnya ditutup dengan pengumuman peringkat 3 besar dari masing-masing kelas.

Berbincang, itu lah yang dilakukan penghuni aula pada saat ini.

Berada di tengah keramaian sementara kau justru duduk sendiri. Tentunya itu adalah hal yang sangat menyedihkan. Namun hal tersebut justru dianggap hal biasa oleh seorang Keyla. Gadis itu mengambil duduk di sudut ruangan tanpa ada wali di sampingnya.

"Woi, jangan ngelamun mulu, entar kesambet, gimana?" tegur Leta yang baru muncul lewat pintu belakang, sambil memukul bahu Keyla.

Keyla menoleh dengan raut jengkelnya, "Lo ini apa-apaan sih bikin gue jantungan aja."

"Yaa habisnya Lo ngelamun aja. Lamunin apa sih?"

"Siapa yang lagi ngelamun, orang gue lagi main ponsel juga."

"Alah, ada ya orang main ponsel tanpa di aktifin,"

"So-," baru ingin menyanggah, omongannya terpaksa berhenti sebab salam dari Kepala sekolah yang kini sudah berdiri di tengah panggung. Memegang map merah yang Keyla pikir itu daftar nama siswa.

"Pertama-tama saya minta maaf kepada bapak dan ibu murid karena sudah membuat menunggu. Baik, untuk mempersingkat waktu langsung saja saya akan mengumumkan peringkat 1 dari masing-masing kelas," kepala sekolah lalu membuka map yang ada di tangannya dan mulai membaca peringkat 1 dari masing-masing kelas yang dimulai dari kelas 10 IPS 4.

Penasaran, pastinya itulah yang ada di benak masing-masing penghuni aula.

"Semoga kali ini gue masuk," kata Leta penuh harap.

"Semoga," balas Keyla.

"Tapi gue yakin kali ini lo lagi yang ngambil pringkat umum,"

Percuma.

Keyla beranjak dari duduknya. Mengabaikan ocehan Leta yang masih berlanjut.

"Eh, lo mau kemana?"

"Cari angin. Di sini panas."

"Lha, emangnya lo nggak penasaran?"

"Nggak tuh,"

Bertepatan dengan perginya gadis itu. Tepuk tengan kembali menggema di dalam aula.

❄❄❄

Menyusuri koridor yang nampak sepi. Cuaca mendung bersama tiupan angin membuat jiwa Keyla terasa hidup. Nafasnya yang sedari tadi terasa tercekat ketika melihat Keysa bersama kedua orang tuanya kini akhinya bisa terkontrol lagi.

Mata Keyla berbinar melihat pria yang berdiri di hadapan mading. Ide jahil yang sudah menjadi bakat yang melekat pun muncul lagi.

"Pak Gunawan," panggilnya yang membuat kehidupan akhirnya muncul di koridor yang sunyi itu.

Guru muda yang lebih sering di sapa pak gunawan itu menoleh, "Iya?" herannya.

"Ditelpon nggak bisa." kata Keyla dengan raut sedih.

"Hah?"

"Di BBM nggak masuk."

"Saya tidak punya BBM."

"Mau emosi nggak bisa."

"...."

"Mau cuek malah suntuk."

Keyla | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang