Chapter 6| kejutan

10.4K 608 8
                                    

Kepergian Keyla yang terbilang tiba-tiba membuat situasi pesta menjadi tertunda cukup lama. Para undangan memang masih menikmati apa yang disuguhkan oleh keluarga Wijaya namun sayangnya keluarga yang sedari tadi berdiri di atas panggung mulai terlihat gelisah. Bukan karena takut Keyla hilang. Perasaan itu hanya karena takut statusnya memburuk.

"Keyla kemana, sih?" Keysa mulai menjengkel.

"Sabar Sya." jawab Arkan dengan nada santai.

"Keysa ngantuk. Hayolah yah acaranya dilanjut aja. Paling Keyla udah kabur."

"Tidak," bukan Wijaya yang menjawab, melainkan Arkan yang kini mulai nampak jengkel.

Mengabaikan Arkan, Keysa menatap Amanda dengan raut memohon.

Amanda membuang nafas kasar, "Yaudahlah Yah. Paling Keyla cuman mau buat kita panik. Kebiasaan anak itu."

Arkan menggeleng tidak percaya, "Keyla nggak pernah buat nama keluarga kita rusak. Kalian saja yang selalu menganggap dirinya seperti itu."

Wijaya terlihat berpikir sejenak sampai suara emsi kembali membuatnya tersadar dan akhirnya keputusan talak keluar dari bibir pria paruh baya itu.

Arkan semakin tidak paham dengan jalan pikiran orang tuanya, "Yah, kita bisa tunggu Keyla 5 menit lagi."

"Tidak bisa Arkan. Ayah juga masih punya banyak pekerjaan yang menumpuk di rumah."

"Terlalu egois. Kalian memang tidak akan pernah mengerti Keyla selama rasa ambisi itu terus melekat."

"Arkan!"

Tidak ingin membuat suasana berubah menjadi gaduh, Arkan lebih memilih turun dari penggung. Pria itu terus melangkah hingga keluar dari kerumunan. Percuma ia berdebat jika pada akhirnya semua hanya dianggap angin lalu.

Langkah Arkan terus mengelilingi wilayah hotel. Tak lupa ponselnya selalu siap menghubungi nomor Keyla. Namun nihil, ponsel Keyla tidak aktif. Sedikit tanda kehadirannya di hotel pun tidak ada.

"Kau kemana Keyla?"

❄❄❄

Waktu terus berjalan. Ketika detik berganti menjadi menit, menit berganti menjadi jam hingga hari pun ikut berganti. Namun, Keyla masih saja terjebak dalam ruangan itu seorang diri.

Percuma ia meneriaki orang di luar jika ternyata ruangan itu kedap suara. Tubuhnya pun mulai menggingil karena semalaman terduduk di atas lantai tanpa alas. Pakaiannya masih terlihat rapi. Untungya ini bukan penculikan. Jika pun memang ini penculikan, gadis itu justru merasa lebih baik dibanding terkurung karena kecerobohannya sendiri.

Sinar matahari diam-diam menembus lubang pada toilet itu, membuat sedikit pencahayaan pada ruangan hampa. Derap kaki mulai kembali terdengar, tanda aktivitas kembali dimulai.

Keyla mulai bangkit dari duduknya. Melangkah mendekati wastafel lalu mulai menatap pantulan wajahnya pada cermin panjang. Cukup miris, kelopak matanya sedikit membengkak karena tidak bisa tertidur nyenyak.

Cklek!

Pintu toilet akhirnya terbuka. Keyla menghembuskan nafas kasar ketika OG yang membuka pintu itu justru menatapnya heran.

Keyla | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang