Chapter 4| Bali

11.3K 612 15
                                    

Tiupan angin dari pulau yang terkenal dengan sebutan pulau Dewata Itu benar-benar menciptakan suasana harmonis. Membuat hati tenang. Dengan deburan suara ombak yang mencuim bibir pantai dengan lembut. Ditambah lagi dengan lontaran candaan dari keluarga ketika menikmati hidangan makan di pagi hari.

Wijaya, Amanda, Keysa dan Arkan (keluarga Wijaya) Amir, Sahra, Farhan (keluarga Amir) sedang duduk di meja bundar yang ada di tengah taman, mereka sedang membicarakan pesta ulang tahun yang akan dirayakan 3 hari lagi.

"Yah aku mau pestanya diadaain di malam hari ya," kata Keysa dengan penuh semangat.

"Baik, nanti pestanya akan diadain malam hari." turut Wijaya sambil menyapu lembut rambut anak gadisnya.

Keysa berdiri lalu memeluk wijaya, "Ayah memang yang paling the best deh!" katanya.

Di tengah asiknya keluarga berbincang-bincang, tiba-tiba seorang wanita paruh baya datang, membuat semua orang menghentikan pembicaraannya. Dia adalah asisten rumah tangga keluarga Amir.

"Maaf saya menganggu, saya hanya ingin memberitahu nyonya kalau tuan muda sudah datang." Kata bibi itu dengan sopan. Yang hanya dibalas anggukan oleh Sahra.

Tidak berselang lama, sahra akhirnya keluar. Menjemput kedatangan anak bungsunya.

Keheningan tercipta ketika lelaki bertubuh tinggi dengan ransel tergantung di bahu kirinya sudah berdiri di samping meja makan. Memberi senyum ramah ke penghuni meja itu.

"Perkenalkan, ini Naufal anak bungsu saya, dia ini tinggal di Jakarta bersama neneknya." ucap Sahra sambil menepuk bahu putranya.

Naufal lalu bersalaman kepada semua orang yang ada di tempat itu.

"Sopan ya," Kata Wijaya sambil tersenyum ke arah Naufal.

"Bukan om,"

"Eh?"

"Nama saya Naufal om, bukan Sopan."

Semua orang yang ada di tempat itu melongo. Detik berikutnya semua tertawa, membuat Naufal jadi merasa telah salah bicara.

Wijaya menepuk pundak Naufal, "Iya, om tahu nama kamu Naufal, tapi maksud om kamu itu orangnya sopan, bukan nama kamu sopan." jelas Wijaya sambil mengelengkan kepala.

"Oh gitu yaaa." angguk Naufal dengan cengiran khasnya. "Kalau gitu Naufal pamit ke kamar dulu ya." lanjutnya.

❄❄❄

Seorang gadis sedang asik mewarnai kuku tangannya tepat di depan cermin dalam kamar sambil bernyanyi. Baju tidur yang di kenakannya dari semalam belum diganti. Rambutnya bahkan hanya terkonde asal-asalan. Dia Keyla. Entah karena apa semenjak meninggalkan Jakarta, gadia itu merasa dirinya persis seperti seorang pemalas.

Kamar adalah tempat favoritnya dan ruang makan adalah tempat yang sangat dia hindari. Bodohnya lagi, sudah seminggu berada di Bali, gadis itu bahkan belum pernah menginjakkan kaki di pantai.

Keyla jarang sekali bergabung saat orang-orang sedang berkumpul, dia hanya akan bergabung kalau lagi waktunya makan, itupun hanya sesekali.

Di tengah asiknya Keyla mewarnai kukunya, tiba-tiba bayangan seorang lelaki dari dalam cermin yang berdiri tepat di belakangnnya membuat gadis itu terkaget, rambut yang terlihat berantakan. Pakaian yang terlihat kusut. Di tambah dengan tatapan tajamnya.

"Aaaaa!!!" teriaknya histeris.

Pria yang ada di belakang Keyla refleks menutup mulut gadis itu. Hal tersebut membuat Keyla semakin menjadi-jadi. Dia terus memberontak. Tindakan kriminalitas sudah melayang-layang dalam pikirannya.

Keyla | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang