Woman; Junhoe

823 83 13
                                    

also posted on dragongalaxy.wordpress.com, previously the women heroine named Han Sarang.

-

 "Junhoe!"

Lelaki yang merasa namanya disebut itu menoleh, mendapati seorang gadis tengah menarik-narik lengan jaket hitamnya. Siapa lagi kalau bukan kekasihnya.

"Ke sana, ya?"

"Chaeng, kita sudah mengunjungi sepuluh toko dan berbelanja di lima toko. Kau masih mau menambah daftar menjadi sebelas?" Mata Junhoe terbelalak.

Ia menunjukkan lima paper bag yang bertuliskan lima nama toko yang berbeda—mulai dari pakaian casual, tas, celana denim, sepatu, dan make up.

"Oppa~" Chaeyoung mengedip-ngedipkan matanya, mengeluarkan aegyo andalannya.

"Terserah." Sahut Junhoe pasrah.

Dasar wanita, memanfaatkan titik lemah pria.

Chaeyoung tersenyum lebar, lalu mengecup bibir Junhoe sekilas. Kemudian gadis itu kembali menarik lengan Junhoe menuju toko yang ia inginkan.

Apa aku bilang barusan, benar kan, gumam Junhoe dalam hati.

Dan sekarang, di sinilah sekarang Goo Junhoe. Duduk di kursi yang disediakan butik tempat Chaeyoung berkeliling-keliling entah berapa kali. Junhoe sibuk memainkan telepon genggamnya, merusuhi group chat yang berisi teman-teman se-gengnya, merutuki pacarnya sendiri dari belakang.

Tiga mimpi buruk bagi seorang Goo Junhoe. Pertama; tidak merasa tampan. Kedua; kehabisan makanan. Dan ketiga; disuruh menemani Chaeyoung belanja. Bukan apa-apa, kekasih hatinya satu ini memang baik hati, cerdas, ramah, manis, cantik, menawan... namun jika soal belanja, Junhoe rasanya ingin cuti sebentar menjadi pacarnya.

Park Chaeyoung jika berbelanja adalah zombie, monster, dan mimpi buruk. Gadis itu akan mengitari seisi mal. Terkadang hanya melihat-lihat selama setengah jam dan tidak membeli apapun, atau membeli sesuatu tapi selama hampir satu setengah jam per-toko. Gadis itu akan mengamati seluruh jenis produk, mencari mana yang lebih bagus, mana yang lebih murah, mana yang lagi diskon, mana yang terlihat lucu, dan sebagainya. Ia akan bolak-balik kamar pas untuk melihat apakah ia benar-benar pantas memakai baju itu, atau mondar-mandir toko demi meyakinkan bahwa sepatu yang ia coba tidak terlalu kebesaran maupun kekecilan di kakinya.

Lalu Goo Junhoe akan teronggok di pojok toko, terduduk di kursi kosong seperti makhluk tak berguna. Sebenarnya berguna, sih. Sebagai supir. Pembawa barang belanjaan. Penggesek kartu kredit. Dan penunggu. Bukan, bukan penunggu sejenis jin atau setan.

Junhoe mendongakkan kepalanya, mengalihkan perhatian dari layar telepon genggam. Ia melirik ke arah Chaeyoung yang sedang memilah-milah pakaian yang digantung di hanger. Mengangkat satu baju, melihat-lihatnya, mengangkat baju lain, membandingkan keduanya, mengembalikan keduanya, mengambil baju yang lain, begitu terus.

Terkadang Junhoe bingung dengan para wanita. Mereka tahan menghambur-hamburkan uang sendiri—atau pasangan mereka, demi berpasang-pasang sepatu yang harganya bombastis. Maksud Junhoe, untuk apa sepatu mahal hanya untuk dipijak-pijak? Oke, jika Junhoe mulai mengeluh seperti ini, Chaeyoung pasti akan berargumen,"beauty isn't cheap, Goo Junhoe."

Satu lagi. Kenapa mereka tahan berkeliling-keliling mal entah berapa jam—oke, untuk hari ini, terhitung delapan jam—hanya untuk baju-baju yang entah kapan dipakai? Dan, uh, lihatlah, Chaeyoung memakai sepatu high heels yang entah berapa sentimeter. Junhoe bisa merasakan kakinya keseleo.

"Junhoe Oppa."

Junhoe masih berkeluh kesah dalam otaknya, hingga sosok kekasihnya muncul di depannya sambil memegang dua setelan dress.

"Ya?"

"Lebih bagus yang mana? Yang merah... atau yang hitam?"

Junhoe mengangkat sebelah alisnya—berpikir.

"Hitam." Telunjuk kanannnya menunjuk baju yang ada di tangan kanan Chaeyoung.

Chaeyoung ikut-ikutan mengamati setelan dress yang ditunjuk pacarnya. Kemudian wajahnya berkerut.

"Aku terlihat gendut memakai ini! Kau ingin mengejekku, ya?" Tanya Chaeyoung dengan nada mengintrogasi.

Junhoe membelalakkan matanya.

Apa-apaan? Chaeyoung memiliki tubuh S line yang ideal, kaki nan jenjang... sempurna. Dan barusan dia bilang apa? Terlihat gendut?

Dasar wanita, suka berpikir negatif.

Chaeyoung mengalihkan perhatian ke dress berwarna merah di tangan kirinya. Ia mengamati baju itu dari atas sampai bawah.

"Hm... yang ini bagus juga. Dress milikku kebanyakan berwarna monokrom. Belum ada yang berwarna merah. Ini aja, ya?"

Junhoe menghela nafas.

Kalau dia ujung-ujungnya menggunakan pendapat sendiri, kenapa harus meminta pendapatnya?

"Ya, ya... baiklah jika kau memilih merah. Sekarang cepat ke kasir, bayar belanjaanmu, dan pulang ke rumah. Aku ingin tidur dan menonton HBO Hits." Gumam Junhoe malas.

Chaeyoung tak bergeming. Ia masih menatap dress merah tersebut.

"Ah... tapi ini warnanya terlalu mencolok! Nanti aku menjadi pusat perhatian di pesta! Lagian... apa warna merah tidak terlalu terkesan seksi?"

"Kau kan memang sudah seksi?" Junhoe mengangkat sebelah alisnya.

Chaeyoung menginjak sepatu Junhoe dengan ujung tumit high heels miliknya.

"Aw." Ringis Junhoe.

Chaeyoung menatap Junhoe sadis, kemudian mempertimbangkan kembali antara dress merah atau hitam. Junhoe harus menunggu lagi hingga kira-kira sepuluh menit, dan seorang SPG datang menghampiri wajah bingung Chaeyoung dan wajah malas Junhoe.

"Ada yang bisa dibantu?"

"Kira-kira lebih bagus yang mana, ya?" Chaeyoung menunjukkan dua setelan dress tersebut.

Junhoe menekuk kepalanya, suntuk.

Nona SPG tersebut menjentikkan jarinya, kemudian mengambil satu setelan dress dari balik baju-baju lainnya.

"Bagaimana kalau ini? Warna abu-abu tua adalah warna baru koleksi kami, dan menjadi top sale bulan ini!" Seru Nona SPG itu dengan nada berpromosi.

Chaeyoung mengamati dress tersebut, kemudian matanya berbinar-binar. Ia tersenyum lebar sambil menunjuk dress tersebut dengan bersemangat, kemudian menepuk-nepuk pundak kekasih hatinya.

"Itu. Itu. Aku mau yang itu."

Junhoe mendongakkan kepalanya tak bersemangat.

Dasar wanita. Hitam atau merah, yang dipilih malah abu-abu.

Rutuk Junhoe untuk yang entah keberapa-ribu kalinya hari ini.

KONSTORY; iKONWhere stories live. Discover now