Bagi Kim Hanbin, bahagia itu sederhana.
.
"Mau?"
Seorang gadis berambut ikal terurai menyodorkan satu cone es krim coklat ke hadapannya. Hanbin tersenyum lebar, menyambut es krim yang ditawarkan gadis itu dengan senang hati. Gadis yang mengenakan sweater merah marun itu duduk di sampingnya. Mereka larut dalam diam, ditemani angin yang bertiup sedikit kencang.
Bagi Kim Hanbin, bahagia itu sesederhana menikmati es krim coklat favoritnya, ditemani gadis favoritnya.
"Kau tahu apa yang terjadi hari ini di klub paduan suara? Eunha terkena radang tenggorokan, padahal ia harus ikut lomba tiga hari lagi!" Celoteh Zara, kemudian menyendok es krim vanilanya lagi.
"Jadi bagaimana?" Respons Hanbin antusias.
"Aku disuruh menggantikannya. Walau karakter vokal kami berbeda, tapi sepertinya Jung seonsaengnim tidak terlalu peduli akan hal itu." Zara mengangkat kedua bahunya.
"Bagus, dong! Kau kan sudah lama ingin ikut lomba vokal solo, bukan grup."
Zara menyeringai lebar, menampakkan jejeran giginya yang kecil-kecil. Matanya menyipit setiap ia tertawa, pipinya membentuk lekuk-lekuk yang indah, membuat semua orang yang melihatnya ingin ikut tersenyum. Terkhusus Hanbin.
Ya, bahagia itu sesederhana mendengar gadis itu berceloteh panjang lebar, kemudian melihatnya mengukir senyum riang.
"Hei, itu baru satu dari bagian bagusnya. Ada yang lebih hebat lagi." Bisik Zara pelan ke dekat telinga Hanbin. Ia menggunakan intonasi seakan-akan ada hal menakjubkan yang akan terjadi.
"Apa?" Tanya Hanbin.
"Aku bukan diutus untuk vokal solo, tapi duet. Kau tahu dengan siapa?"
"Siapa?"
"Tebak dong!" Mata Zara berbinar, memancarkan semangat.
"Junhoe?" Tebak Hanbin.
"Salah. Yunhyeong!" Zara berseru girang, kemudian senyumnya terukir makin lebar.
Hanbin memakan remahan cone es krim terakhirnya, kemudian balas tersenyum.
"Bagus. Kau pasti akan lebih serius latihan dan menghayati dalam bernyanyi, kan?" Hanbin menaik-naikkan sebelah alisnya, berkata dengan nada menggoda.
Zara tertawa lepas, kemudian mendorong bahu lelaki itu.
Bahagia itu memang sesederhana melihat gadis itu tertawa seakan-akan ia merupakan makhluk paling bahagia di muka bumi.
Kemudian hening.
Hanya ada suara gemerisik daun yang tertiup angin, dan langkah kaki orang di koridor yang sesekali terdengar. Matahari memancarkan sedikit sinarnya dari balik awan yang bergumul di satu titik. Hanbin menghela nafas, kemudian memerhatikan daun-daun yang bergoyang mengikuti arah angin. Zara mengaduk-aduk es krimnya yang mulai mencair dan sekarang lebih mirip susu.
"Maaf."
Hanbin menatap gadis yang tengah menunduk di sebelahnya ketika satu kata itu terlontar dan memecah keheningan.
"Sejak kau mengatakan bahwa kau mempunyai perasaan yang lebih padaku... aku tahu semuanya tak akan bisa sama seperti dulu lagi. Sekeras apapun aku maupun kau mencoba." Sebelum Hanbin sempat bertanya maksud dari perkataan maafnya, gadis itu telah menjelaskan terlebih dahulu dengan kaki yang digesek-gesekkan ke tanah—kebiasaannya saat gugup.
Hanbin menatap bulu mata panjang gadis itu, mengerjap-ngerjap tiap beberapa detik sekali. Tak satu katapun terucap dari mulutnya. Ia tahu akan ada kelanjutan dari perkataan Zara, dan ia lebih baik mendengarkannya hingga selesai dulu.
"Aku menyukai Yunhyeong. Ia membuatku merasakan kupu-kupu di perutku, degupan kencang di jantungku, dan rasa sakit yang aneh di hatiku. Ia yang membuatku tahu bagaimana rasanya menyukai dan disukai."
Zara menghela nafas berat.
"Tapi denganmu berbeda. Aku telah mengenalmu sejak dulu. Aku tahu kelebihan dan seribu-satu kekuranganmu. Aku mengetahuimu semudah membalik telapak tangan. Aku menyayangimu, rasa yang berbeda dengan yang kurasakan dengan Yunhyeong. Bahkan bisa jadi berbeda dengan yang kau rasakan padaku."
"Aku menyayangi kau dan Yunhyeong dengan cara yang berbeda, dan aku tak ingin kehilangan salah satu di antara kalian. Egois sekali, ya?"
Zara tertawa pelan, kemudian menundukkan kepalanya dalam sekali.
Hanbin meraih pundak gadis itu, menariknya dalam dekapan. Ia kehilangan kata-kata sejenak, kemudian mengulas senyum kecil sembari menghela nafas.
"It's okay. Humans are selfish after all."
"Aku tidak tahu bagaimana dengan Yunhyeong, tapi bagiku itu tak masalah. Entah denganku atau tanpa diriku, kau harus bahagia, Zara. Kau pantas bahagia."
Zara menatap iris mata coklat lelaki berambut hitam itu. Bibirnya membentuk seutas senyum, namun masih ada perih yang tersisa dalam tatapan matanya.
"Maaf..." Lirih Zara.
"Hei, tidak apa-apa, oke?" Hanbin mengangkat dagu Zara menggunakan telunjuk kanannya. Ia masih tersenyum.
"Tidak apa-apa. Selagi kita masih bisa makan es krim dan nonton drama bersama, juga kau masih mau ikut aku mengurus ini-itu urusan OSIS, tidak apa-apa."
Zara terkekeh kecil mendengar jawaban Hanbin, padahal matanya telah digenangi air mata yang tinggal menunggu waktu untuk meleleh.
"Nah, lihat. Your prince charming is already come. Get ready, Princess."
Hanbin menunjuk lelaki berambut coklat dengan coat coklat muda berdiri di ujung lapangan. Zara tertawa, kemudian memukul pundak Hanbin.
"Aku pergi dulu, ya. Titip salam dengan Hanbyul, bilang kepadanya kalau janji bermain Barbie-nya diganti besok." Kata Zara.
Hanbin mengacungkan jempol.
Zara memakai tas ransel putihnya, kemudian berjalan meninggalkan Hanbin. Namun, di tengah lapangan, gadis itu berbalik dan melambaikan tangan dengan wajah cerah. Hanbin membalas lambaian tangan gadis itu, sambil memandangi sosoknya dari jauh.
Dapat netra Hanbin tangkap Zara berlari kecil ke arah lelaki bermarga Song itu. Mereka terlihat mengobrol sebentar, kemudian entah apa yang Yunhyeong katakan hingga membuat Zara tertawa lepas. Yunhyeong menangkupkan tangannya di wajah Zara, kemudian menghapus es krim yang tersisa di ujung bibir gadis itu menggunakan ibu jarinya. Kali ini giliran Yunhyeong yang tertawa gemas. Setelahnya, jari-jemari mungil Zara dilindungi oleh jemari Yunhyeong. Hanbin menatap mereka berdua yang berjalan beriringan sambil bergenggaman tangan hingga mereka tak tampak lagi dari pandangan.
Hanbin kembali tersenyum.
Bagi Kim Hanbin, bahagia itu sederhana.
Sesederhana melihat gadis favoritnya bahagia...
Dengannya atau bahkan tanpa dirinya.
Karena gadis itu harus dan pantas untuk bahagia.
Karena kebahagiaan gadis itu adalah kebahagiaannya juga.
Selalu.
-fin
YOU ARE READING
KONSTORY; iKON
FanfictioniKON various oneshots. About love, laughs, and misery. Bahasa baku. Mostly remake of Kwonbinology stories on dragongalaxy.wordpress.com