Kak Zaki ngulurin tangannya di depan gue. Gue hanya diam menatap tangan yang masih bertengger manis di depan gue. Dengan tiba-tiba Nasha meraih lalu menggenggam tangan kak Zaki.
"Aku Nasha kak salam kenal" ujar Nasha dengan senyum yang dibuat-buat manis. Gue cuman bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahnya, sementara kak Zaki hanya tersenyum simpul.
Betss
"Weiss main nyerobot aje lu... Wong yang diajak kenalan Deva" ucap Reno menepis tangan Nasha yang masih menggenggam tangan kak Zaki. Nasha hanya memasang wajah cemberut sembari mengaduk-aduk es teh manis di depannya.
"Alah bilang aja lo cemburu kan" ujar Ayu dengan senyum miringnya. Kami semua memang tau kalo Reno itu ada perasaan sama Nasha. Yah... Cuman Nasha nya aja udah gelap mata sama cogan cogan itu dan hanya menganggap Reno sebagai teman semasa kecil. Jadilah mereka berdua terjebak FRIENDZONE atau hanya Reno yang menganggap begitu.
"Apaan sih lu, siapa juga yang cemburu!" eles Reno.
"Ce-i-lah... Ngeles aja lu kayak papan beles" ujar gue sontak membuat semuanya tertawa kecuali Reno dan Nasha yang pipinya udah merah kesal.
Kami pun memperkenalkan diri masing-masing dari mulai Ika, Ayu, dan terakhir gue.
"Deva" ucap gue singkat padat dan jelas.
"Lo kelas mana?" tanya dia ke gue.
"Kelas XI IPA 2 kak" ucap gue coba bersikap ramah.
"Lo suka basket?" tanya dia lagi. Gue hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Lo suka Novel?" lagi-lagi gue hanya menganggukkan kepala.
"Lo suka kucing gak?" tanya dia yang langsung ngebuat gue sumringah senang ngebahas kucing.
"Bangeeetttt" jawab gue semangat. Dan itu berhasil membuat senyumnya melebar ke gue. Dan ntah gue atau dia yang memulai kita udah ngebahas tentang kucing gue dan kucingnya. Sesekali gue tertawa mendengar dia membahas cebol si kucing kecilnya.
"Ehm... Iya lah yang dunia serasa milik berdua" cercah Nasha yang ngebuat gue dan kak Zaki menoleh ke arah mereka semua.
"Oi ada baygon gak? Disini banyak nyamuk nih soalnya" ujar Divan yang mendapat geplekan dari Ika.
"Eh lo juga nyamuk kali" sewot Ika.
"Eh gue tuh nyamuk berkualitas, jadi mah gak akan sakit mata kayak kalian" ucap Divan. Tiba-tiba ada seorang dari klub basket yang gue tau namanya Lidi. Sebenarnya nama aslinya Vidi, tapi karena badannya yang kurus jadi temen-temen di sekolah panggil dia Lidi. Dia menghampiri Divan, Reno, dan kak Zaki. Setelah membisikkan sesuatu mereka bertiga pamit untuk pergi.
"Deva, entar kita bicara lagi ya" ucap kak Zaki.
"Iya kak, kapan-kapan kenalin aku ya sama si cebol" dia memberikan tanda ok sebagai balasannya. Mereka berempat pergi meninggalkan kantin dan menyisakan gue, Ika, Nasha, dan Ayu.
"Cie... Cie... Yang deket sama kak Zaki" goda Nasha. Sementara Ayu dan Ika cuma senyum-senyum sendiri. Mereka udah gila ya?.
"Apaan sih lo!"
Kring...
Kring...
Bel tanda masuk berbunyi. Gue meneguk es teh yang tersisa sedikit.
"Udah masuk tuh. Hayuklah" ajak gue dan langsung di angguki.
Di kelas, Nasha tak henti-hentinya bertanya dan ngegoda gue dengan kak Zaki. Gue jengah dan menyumpal telinga gue menggunakan headset. Nasha terus saja berceloteh sampai bu Susi guru kimia menggebrak meja.
Brakkk
"Nasha keluar kamu dari ruangan ini" ucap bu Susi kesal. Gue hanya berkata "Rasain lo" tanpa suara ke arahnya.
°°°
Deva berjalan menuju ruang musik dengan menenteng tasnya. Tadi sehabis bel pulang sekolah, kak Havana u na na, eh gak maksudnya kak Hava ngehampirin Deva dan nyuruh dia ke ruang musik. Katanya sih di panggil sama kak Nira si ketua klub musik.
Tok Tok
Deva mengetuk pintu ruang musik itu sebelum masuk, memastikan bahwa memang ada orang di dalam sana.
"Masuk" ujar seseorang di dalam ruang musik. Deva pun melangkahkan kakinya ke dalam dan melihat sudah ada kak Nira, Hava, dan kak Andre yang dia tau kakak kelas yang juga mengikuti klub musik sama sepertinya. Deva mengambil kursi di dekat Nira.
"Ada apa ya kak?" tanya Deva akhirnya karena penasaran. Kak Nira membolak balikkan selembar kertas di tangannya kemudian melirik Deva.
"Deva... Bentar lagi bakalan ada lomba V&B [Voice & Band] di SMA Harapan. Dan kita di suruh buat ngewakilin sekolah untuk ikut lomba itu" Nira menjeda sebentar ucapannya.
"Lo kan udah sering banget ngewakilin sekolah di vokalis dan gitaris! Dan kualitas bernyanyi lo juga kayaknya gak perlu di pertanyakan. Jadi, kita pilih lo buat jadi vokalis utamanya" Deva menunjuk dirinya sendiri. "Gue kak?" tanyanya meyakinkan. Nira menganggukan kepala dan memberikan lembaran kertas itu pada Deva. Deva membacanya dengan seksama.
"Jadi... Lo mau kan?" tanya kak Nira. Deva tampak berpikir sebentar kemudian menghela nafas.
"Kalo udah di kasih kepercayaan, gimana gue bisa nolak" ujar Deva membuat Nira, Hava, dan Andre mengulas senyum.
"Ok mulai hari rabu dan sabtu kita bakalan latihan karena lombanya di adain bulan depan. Jadi lo coba latihan aja dulu di rumah" ucap kak Nira dan di angguki oleh Deva. Setelahnya, Deva pamit untuk pulang.
°°°
Deva melirik ke kanan dan ke kiri. Sesekali melihat layar hpnya. Kata bunda nya, pak Budi udah pergi untuk menjemputnya dari tadi, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda kedatangan pak Budi. Deva menghela nafasnya kemudian duduk di kursi depan gerbang sekolahnya.
Tiinnn Tiinnn
Bunyi klakson motor membuat Deva melirik ke arahnya. Divan ternyata melambaikan tangannya di motor dengan Reno di belakangnya. Sepertinya mereka baru selesai berlatih basket.
"Kok belom pulang Dev?" tanya Divan.
"Pak Budi sampe sekarang belum jemput" ucap Deva. Dia menghela nafasnya lagi. Divan tampak berpikir sebelum melihat ke arah Zaki."Yaudah... Lo sama Zaki aja, kita mau ke rumah kok" tawar Divan.
"Hah! Sama kak Zaki?" tanya Deva ragu. Divan menganggukkan kepalanya.
"Boleh gak Zak?" tanya Divan memastikan kepada Zaki. Sementara Zaki masih terdiam menatap Divan dan Deva.
"Yaudah" ujar Zaki tiba-tiba setelah keheningan yang lama, membuat mereka menoleh kepadanya. Zaki lalu memasangkan helm dan jaket ke pinggang Deva.
"Yuk" Zaki menarik tangan Deva karena masih terdiam di tempatnya. Dia menarik Deva untuk duduk di kursi motornya. Sementara Deva hanya terdiam mengikutinya.Motor mereka lalu melaju dengan kecepatan rata-rata.
"Deva"
"Ya kak" ucap Deva setelah tersadar karena tadi masih tidak percaya.
"Pegangan" ujar Zaki. Deva yang bingung hanya memegang tas ransel di punggung Zaki dengan ragu-ragu. Ia kikuk karena ini adalah pertama kalinya semotor dengan seorang laki-laki selain Divan dan ayahnya. Zaki hanya tersenyum geli melihat Deva.
°°°
Gk ada author note :v
Tbc.
#yuutha
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran RESE [blum revisi harap maklum hehe]
Teen FictionAda satu hal yang mau gue kasih tau ke kalian.... Sebenarnya nih ya, punya seorang kakak laki-laki itu gak se-me-nye-nang-kan yang kalian pikirin sodara-sodara. Pengen punya kakak laki-laki biar bisa dilindungin? Cuih, gue kali yang dibully. Penge...