Kriettt
Deva dan Nasha secara bersamaan menoleh ketika mendengar pintu yang dibuka. Muncul-lah disana sosok Divan dengan cengiran lebarnya.
"Apaan?" kata mereka sewot. Gara-gara Divan dateng, Deva kan jadi gak bisa curhat sama Nasha.
"Anu itu, itu anu, eum... Bukan, itu-itu anu... A-anu itu...,"
"Apaansih woi!" kata Nasha kesal, anu kenapa dah emangnya? Ambigu amet wkwk. Deva mengambil bantalan kursi berwarna putih miliknya yang lumayan keras, lalu menatap Divan penuh ancaman.
"Mending lo to the point dari sekarang, daripada benda yang ada ditangan gue ini kelempar ke muka lo" Divan meneguk ludahnya.
"A-aha, haha... Santuy-santuy nenek-nenekku" kata Divan berjalan mendekat dengan gelisah karena dua perempuan bar-bar itu yang memelototinya. Pikir mereka, "Nenek? Yang bener aja! Muka kinclong gini juga!"
Divan dengan cepat menutup mulut mereka berdua yang hendak protes, dan sekali lagi menyengir lebar. Dengan cepat pula keduanya melepaskan tangan Divan.
"Cuih! Asem banget!"
"Pan! Lo abis pegang ketek ya! Hueekk" Divan mengipas-ngipas tangannya.
"Ahahaha kurang lebih kronologisnya seperti itu"
"Apaansih!" Deva cepat-cepat berlari ke kamar mandi untuk berkumur, sementara Nasha mengambil tisu basah milik Deva di meja riasnya.
"Yaampun gila, hampir aja sekarat gue"
"Bener! Ngalahin bau kaus kaki gue astaga" Deva dan Divan langsung mengeryit ke arah Nasha dengan artian yang sama "Cewek jorok ih"
"Anu, maksudnya kaus kaki gue yang kecebur di kali! Eh, got maksudnya! Emang kapan dah gue pernah ke kali, ahaha"
"Yayaya" kata Divan meskipun tetap meyakini bahwa cewek itu termasuk kedalam kategori jorok.
"11 menit 19 detik udah kebuang percuma nih sama drama kalian, pasti dua makhluk itu kelamaan nunggu dah"
"Ye salah-salah siapa?"
"Ketek gue?"
"Iuuhh... Stop it. Jangan bahas lagi, gue trauma" Deva bergidik ngeri. Ketek Divan menjadi mimpi buruknya mulai hari ini.
"Wkwkwk, sorry sis"
"Yaudin, cepetan. Lo sebenarnya mau ngomong apaan?"
"Jadi gini-" Nasha dan Deva mulai memerhatikan.
"Deket dulu sini" seakan terkena sihir, mereka mengikuti perintah Divan, dengan tatapan yang tetap serius.
"Maksud gue itu..."
Broouuhhttt
"Ahh, lega banget"
Hening. Keduanya sama-sama terdiam dengan mulut terbuka. Semenit telah berlalu, dan keduanya masih tetap dengan pose melongo-nya.
Sampai hp Divan yang memotret mereka berdua berbunyi yang menyadarkan kembali kesadaran. Saling pandang sebentar, lalu menatap Divan geram. Perlahan namun pasti wajah itu memerah, bukan karena tersipu, apalagi tersapu. Jari-jari ramping itu mulai mengeluarkan kukunya, siap menerkam mangsa yang berkeringat ketakutan disana.
"DIIIIIIIVAAAAAAAAAAAANNNN!!!!!"
gluk
Help.
Terlambat untuk melarikan diri, Divan terpaksa menjadi santapan lezat.
***
Waduh, lagi-lagi Divan membangunkan macan betina yang sedang pms kawan-kawan.
Mari kita doakan dia tetap hidup agar cerita ini tetap berlanjut.
Berdoa, mulai.
p.s: blum bisa revisi, update ini aja, maaf.
#yuutha
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran RESE [blum revisi harap maklum hehe]
Teen FictionAda satu hal yang mau gue kasih tau ke kalian.... Sebenarnya nih ya, punya seorang kakak laki-laki itu gak se-me-nye-nang-kan yang kalian pikirin sodara-sodara. Pengen punya kakak laki-laki biar bisa dilindungin? Cuih, gue kali yang dibully. Penge...