[1] Meet You

5.8K 461 13
                                    

Kabar gembira datang saat aku akhirnya diterima menjadi mahasiswi disalah satu Universitas yang berada di Birmingham, West Midlands, Inggris.

Ada alasan khusus dimana aku mendaftarkan diri di tempat tersebut, yaitu karena negara yang kini kumasuki adalah latar dimana serial novel sekaligus film favoritku terjadi.

Itu adalah sebuah novel juga film bergenre fantasi yang mungkin sebagian besar dari kalian pasti mengenalnya. Dan jika tebakan kalian adalah novel yang bercerita tentang seorang anak laki-laki dengan kacamata bulat dan sebuah tanda petir di dahi, kalian benar.

Namun bukan hanya itu sebenarnya alasanku memilih Negara Inggris, atau lebih tepatnya Kota Birmingham itu sebagai tempatku menimba ilmu.

Sebenarnya aku tak berharap lebih jika nantinya aku akan bisa bertemu dengannya di sini. Tapi tak bisa kupungkiri jika hati kecilku terus menerus mendorongku untuk percaya pada kemungkinan yang cukup nyata adanya tersebut.

Dan kini, disinilah aku berdiri, di pelataran sebuah gedung megah yang bertuliskan Barclaycard Arena.

Aku dengan cepat bisa membayangkan betapa bahagianya dia saat memenangkan ajang bergengsi yang membuat dirinya mulai dikenal khalayak ramai. Sebuah cambuk yang akan membuatnya terus berusaha lagi dan lagi, dan sebuah penghargaan yang nantinya akan dia banggakan.

Dan tahun ini pun turnamen itu di gelar kembali. Sebuah kesempatan untuk mengulang keberhasilan yang sama terbuka lebar.

Saat itulah dimana aku berharap impianku juga akan terwujud.

Aku sudah menabung cukup lama untuk bisa mendukung secara langsung idolaku itu yang 1 minggu lagi akan memulai perjuangannya kembali.

Kupejamkan mataku, menghirup udara disekitar yang segar, sambil pikiranku mulai membayangkannya memenangkan kembali gelar All England.

Ia berdiri di podium tertinggi di sektor ganda putra, dan hal itu otomatis membuatku tersenyum.

Aku tak menyadarinya jika mataku terpejam cukup lama hingga kurasakan seseorang mengambil paksa tote bag yang kuselempangkan di lengan kananku.

Mataku refleks terbuka dan beruntung, aku masih bisa melakukan perlawanan terhadap orang asing yang kuyakini ialah pencopet ini.

Ia mendelik dan hal itu membuat tanganku gemetar tak terkendali. Seolah tak ingin membuang waktu terlalu banyak, dikeluarkannya sebuah pistol hitam mengkilat yang kemudian ia tembakkan kearah kaki kiriku.

Aku terlonjak dengan tas milikku yang kini telah kupeluk erat.

Pria itu tersenyum menyeringai. "You don't wanna die right?"
(Kamu tak ingin mati bukan?)

Mulutku terkunci rapat, dan mataku  terpejam. Sungguh aku belum ingin meninggal, terlebih disaat aku sudah hampir bisa bertemu dengannya seperti saat ini.

Ia kembali mendesis, "C'mon, gimme your money and I'll let you go."
(Ayolah, berikan uangmu dan akan kubiarkan kamu pergi.)

Aku berpikir dengan cepat dan kusadari jika pria itu hanya menginginkan uangku.

Kukeluarkan semua benda penting dalam dompetku, kemudian ku serahkan dompetku yang berisi sejumlah uang yang kubawa.

Ia tersenyum sebelum akhirnya berlalu meninggalkanku. 

Air mata mulai menetes perlahan melalui kedua bola mataku tanpa henti. Uang yang pria itu ambil adalah jatah makanku selama satu bulan di tempat ini, yang setara dengan harga tiket untuk melihatnya.

"Are you okay?"
(Apa kamu baik-baik saja?)

Kudengar sebuah suara yang kuyakini berasal dari balik punggungku. Hal itu membuatku terenyak, lalu kupaksakan diri untuk menengok padanya.

KEVIN?!

Aku terpekik saat menyadari orang itu adalah dia. Dia yang akan kutemui dalam kurun waktu seminggu. Yah, setidaknya sebelum uangku dicopet oleh pria tadi.

Merasa tak dijawab, Kevin melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku. "Hello?"
(Halo?)

"Eh iya a.. aku, nggak p.. papa kok."

Ia tampak terkejut saat aku menjawabnya dengan bahasa yang tak asing baginya.

Matanya menyipit. "Kamu orang Indonesia?"

Aku mengangguk, sambil terus memperhatikannya.

"Kamu serius nggak papa? tapi kenapa nangis?"

Aku menghembuskan napas sebelum kuceritakan tentang apa yang kualami tadi. Berulang kali kuhembuskan napas, karena sungguh sulit bagiku untuk menceritakan apa yang terjadi lima menit yang lalu. Well, mungkin hal itu akan mudah jika bukan ia yang saat ini mendengarkan ceritaku. Tapi kenyataannya seseorang itu adalah Kevin Sanjaya Sukamuljo, yang selama ini bahkan tak pernah kupikirkan akan bisa bertukar kata dengannya.

Singkat kata, semua akan terlihat menakjubkan sekaligus menengangkan saat bersamanya. Bayangkan saja dirimu dicopet, kemudian detik selanjutnya kamu bertemu idolamu. Rasanya sungguh campur aduk bukan?

Kevin mendengarkan dengan seksama dan kita berdua sekarang sedang duduk beriringan di teras Barclaycard Arena.

Jantungku serasa akan copot seketika, dan tanganku terus-menerus mengeluarkan keringat dingin. Ternyata, seperti inilah rasanya bertatap muka dengan sang idola.

Entah harus merasa beruntung karena akhirnya akan terlepas dari serangan jantung bertubi-tubi ataupun merugi karena sang pembuat serangan jantung yang kusayangi akan pergi, seseorang memanggil namanya.

Aku tahu orang itu. Ia adalah partner Kevin yang bernama Marcus Fernaldi Gideon. Kurasa mereka sedang akan berlatih.

Diam-diam aku berharap jika aku bisa melihatnya berlatih. Aku percaya jika hal itu akan lebih mengasyikkan, ketimbang hanya bisa menyaksikannya lewat layar kaca.

Kevin kemudian mengalihkan pandang dariku dan mulai berteriak menjawabnya. "Bentar koh!"

Pandangannya beralih lagi padaku. "Oh iya, siapa namamu?"

"Della." ujarku pelan.

Kevin tersenyum kemudian bertanya jika aku membawa kertas atau tidak, yang hanya kujawab dengan anggukan, mengingat serangan jantungku kembali. Dan suaraku seakan dicuri.

Ia kemudian menuliskan sesuatu pada kertas itu, lalu menyerahkannya padaku.

"Kalau ada apa-apa, bilang aja ke aku." ujarnya tersenyum sebelum berlalu masuk kedalam Barclaycard Arena. Meninggalkanku yang memasang ekspresi linglung yang sungguh sangat ku sesali nantinya.

Mataku beralih pada secarik kertas yang bertuliskan sederet nomor yang di awali dengan kata 'WA'.

Perasaan hangat seketika membanjiri seisi dadaku. Seorang Kevin memberiku nomor whatsapp-nya, Mimpi apa aku semalam?

***

Keviners mana suaranya?
Semoga suka ya!
Don't forget to vote and comments ya!
Love ya 💕💕💕

The Flying KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang