[11] Final

1.9K 213 5
                                    

Beruntung.

Final ganda putra kali ini berada di partai terakhir.

Aku sempat khawatir jika Kevin akan mengantuk jelang pertandingan karena semalam ia baru terlelap pada pukul 12.

Esoknya, ia berjanji untuk menemaniku makan pagi, lalu setelahnya akan langsung bertolak menuju Barclaycard Arena untuk berlatih sekali lagi demi mendapat hasil terbaik di laga final sore nanti.

"Kamu nggak makan?" tanyaku pada Kevin saat pelayan menanyakan pesanan pada kami.

Kevin menggaruk-garuk kepalanya, "Aku udah makan tadi."

Mendengar hal itu tentu aku jadi merasa tidak enak karena ini berarti ia hanya menemaniku makan.

"Lawan Denmark ya?"

Kevin mengangguk.

"Bakalan seru nih." ujarku membayangkan.

Kevin lagi-lagi mengangguk.

Ada apa dengannya hari ini?

Aku menyantap suap demi suap makanan yang baru saja datang dengan rasa canggung karena Kevin hanya diam dan memperhatikanku makan.

Baru setelah aku menghabiskan suapan terakhir ia akhirnya membuka suara, "Della nanti habis aku tanding ketemu sebentar ya di halaman depan Barclaycard Arena. Di bawah pohon yang dulu."

Aku menoleh, "Ada apa Vin?"

Dering telepon genggam milik Kevin membuatnya tidak langsung menjawab pertanyaan dariku.

Dengan cepat ia mendekatkan benda kotak tersebut ke samping telinga, mengangguk-angguk sesekali atau berkata oke.

"Della, aku harus buru-buru ke Barclaycard Arena nih," ujarnya memberi tahu. "Ayo kamu kuanterin dulu."

Kevin segera bangkit setelah ia memberikan selembar uang bernilai setara dengan 100.000 rupiah, yang segera kembalikan lagi padanya, lalu kugantikan dengan uang milikku dengan nominal yang sama.

"Jangan lupa habis aku main di halaman depan ya." Kata Kevin mengingatkan, setelah baru saja aku keluar dari mobilnya.

Aku mengangguk singkat.

Kuperhatikan hingga kendaraan roda empat yang dikendarainya menjauh, lalu menghilang di antara belokan.

***

Dengan tshirt merah salmon dipadu dengan celana jeans berwarna hitam, aku berangkat menuju Barclaycard Arena untuk menyaksikan pertandingan final turnamen bulutangkis yang bergengsi ini.

Hanya butuh lima menit, aku sudah bisa melihat Jojo yang tengah menungguku di halaman depan tempat berlangsungnya pertandingan.

"Ayo masuk," ajakku pada pria berpostur tinggi tersebut.

Aku baru saja satu langkah mendahuluinya saat sebelah lenganku ditahan olehnya. "Tunggu,"

Aku memutar badan, menanti kalimat lanjutan yang akan diucapkan Jojo.

Tak kusangka, cowok itu justru meraih kedua pergelangan tanganku ke depan. "I love you."

Beberapa orang berhenti setelah mendengar pernyataan cinta yang Jojo katakan.

Bahkan salah satunya terdengar cukup lantang saat berbisik pada seseorang di sebelahnya. "He is Jonatan Christie!"

Lalu tak kusadari hingga suasana di sekitar aku dan Jojo mulai berubah menjadi kerumunan melingkar diantara kami berdua.

"Jadi gimana Del jawabannya?" tanya Jojo masih menggenggam kedua jemariku. "Will you be my.. girlfriend?"

Kerumunan diantara kami langsung bersorak seiring dengan ucapan Jojo tersebut.

The Flying KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang