[5] Sorry Vin

2.5K 272 7
                                    

Astaga!

Aku benar-benar lupa jika wallpaper ponselku ialah potret Kevin yang di ambil setelah memenangi gelar All England tahun lalu.

Kuraih paksa ponselku yang masih berada di genggamannya tanpa sedikitpun melirik ekspresi wajahnya.

Dengan cepat ku ubah wallpaper itu dengan gambar lain yang ada, yang penting bukan potret dirinya.

Barulah ponsel itu ku berikan kembali pada Kevin.

Aku benar-benar malu semalu-malunya waktu itu.

"Nih." ujarnya kemudian. "Dijamin nggak salah lagi."

Aku tersenyum, sebelum akhirnya pamit untuk kembali ke asrama.

***

Sesampainya di dalam kamar, mendadak Rachel dengan cepat menyerbuku dengan seribu satu pertanyaannya tentang Jojo.

Seperti yang ku duga, gadis itu telah tersihir oleh pesona Jojo, yang katanya merupakan Ko Teng-nya Indonesia.

Ia kini berkicau tanpa henti, dan mendadak menyukai apapun tentangnya, termasuk Badminton.

Aku hanya tersenyum mendengar segala pujiannya tentang Jojo, yang baru sekali ia jumpai namun bisa membuatnya terdiam begitu lama.

Aku baru mengenal Rachel, namun selama perjumpaanku dengannya, aku bisa langsung menyimpulkan jika gadis ini merupakan tipe yang hyperactive. Intinya ia tak pernah hanya diam. Kecuali mungkin saat ia membaca buku-buku tebalnya, yang entah itu buku apa.

Namun hari ini, aku telah melihat sisi lain Rachel yang mampu diam mematung berjam-jam hanya karena bertemu Jojo.

Ternyata love at first sight itu benar adanya.

Ku tinggalkan Rachel yang kini tengah asik men-stalking salah satu akun sosial media Jojo dengan senyum yang kadang-kadang berubah menjadi tawa-hingga raut sedih ditunjukkannya.

Random memang.

Tapi..

Ah sudahlah.

***

Berasa deja vu, momen saat aku geregetan sendiri untuk mengirim pesan pada Kevin kembali terulang. Namun kali ini pesan yang kukirim telah di jamin tak akan salah nomor.

Ku ambil napas dalam-dalam sebelum mulai mengetik kembali pesan pertamaku pada Kevin.

Ya, aku telah mengulangi hal yang sama seperti tempo hari, yaitu dengan berulang kali melakukan ketik-hapus-ketik-hapus.

Sebelum sempat ku tekan tombol send ponselku lebih dulu bergetar, menampilkan sebuah nama yang sedang membuatku gelisah saat ini.

Kevin is calling.

Tak ku sadari jemari tanganku kini bergetar hebat hingga tak sengaja kujatuhkan ponselku yang kemudian jatuh tepat di hidungku.

Aduh!

Sambil melirik ponsel yang telah kembali menampilkan halaman utama ponselku, ku usap-usap hidungku yang mendadak bengkak plus memerah.

Aku tak sengaja memencet tombol declined, yang membuat sambungan itu terputus.

Dengan perasaan gusar, segera ku ketik pesan untuk Kevin yang mengatakan jika aku tak sengaja menolak panggilannya.

Belum lima menit hingga Kevin kembali melakukan panggilan.

Kali ini aku tak ceroboh. Aku segera bangkit dari posisi berbaring, kemudian beralih menyandar di balik kepala kasur.

"H.. Halo?"

The Flying KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang