Hari ini, Aira bersama sahabatnya berencana nginap di rumah Nina. Seniornya di organisasi. Nina memanggil mereka untuk membantunya membuat bubur kacang Ijo sekalian bermalam karena rumahnya dari kost mereka semua cukup jauh. Kurang lebih tiga kilo dari kampus. Sedangkan kostsan mereka cuma sekilo jaraknya dari kampus. Kecuali Aira, untuk ke kampus saja menggunakan motor. Terkadang juga menggunakan Go Bang kalau lagi malas bawa motor.
Nina semester tujuh. Dia senior yang ramah dan cukup cantik. Baginya, lima sekawan itu sudah seperti adiknya sendiri. Begitu pun dengan mereka yang menganggapnya sebagai kakak sendiri. Nina sering nginap di kost Ijah. Ijah sekamar dengan Umairoh. Kamar mereka sudah seperti base camp buat kami.
Mereka baru saja tiba di rumah Nina. Untuk kesana mereka memilih berjalan kaki. Maklum, mereka berlima sama-sama suka berhemat. Yah.. begitulah ketika menjadi anak rantau. Apalagi tinggal di Makassar. Sangat banyak godaan jika tinggal disana. Harga pakaian cukup murah, dan sangat banyak warung yang menyediakan makanan lezat yang lumayan pas dengan dompet mahasiswa. Jadi untuk berbelanja pakaian, mereka biasa belanja sepekan sekali atau terkadang uang belanja mereka, mereka pakai beli buku guna menambah referensi mereka untuk persiapan mengikuti Latihan Kepemimpinan Madyah atau kalau di HMI biasa menyebutnya LK dua. Entahlah apa sebutannya di organisasi lain yang berbasic islam. Sebelum bergabung di organisasi, Aira sempat ikut Basic Training HMI namun tidak sampai selesai. Begitupun di WI.
Mereka berlima dikirimkan uang saku sepekan sekali. Berbeda dengan Ijah yang dikirimkan dua pekan sekali. Bukan karena orangtuanya tidak mampu, tapi Ijah sangat berat jika meminta uang sama orangtuanya. Terkadang mereka berlima gantian teraktir Ijah atau mereka saling patung-patungan untuk membeli makanan buat mereka makan bersama. Walau itu hanya Mie atau telur. Mie instan terasa kurang sedap jika dimakan sendiri. Namun ketika makan bersama, walau hanya dengan nasi dan mie, sungguh terasa nikmat.
Mereka berlima sudah seperti saudara meski tak sedarah. Terkadang kalau mereka benar-benar lagi kekurangan uang, Nina yang belikan mereka makanan. Itulah yang buat mereka sangat manyayanginya. Nina sangat pengertian dan peka dengan situasi keuangan mereka.
........
"Bahan-bahannya sudah siap. Rin, kamu masak airnya yah. Aira yang cuci beras ketan sama kacang ijonya. Emm kayaknya ada yang kurang deh. Ahhh Rara dan Umairoh mintol dek ke pasar untuk beli gula merah." Pinta Nina.
Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Kecuali Ijah yang cuma sibuk mencicipi kue Nina yang ia simpan di dalam toples di atas meja kamarnya. Ijah memang sering menghindar jika disuruh memasak. Lebih tepatnya mereka tidak menyuruhnya memasak. Bukan karena Ijah pemalas. Tapi Ijah tidak tahu memasak dan mereka cukup kewalahan jika mengajarinya memasak.
Masakan mereka telah jadi. Cukup banyak bubur kacang ijo yang mereka masak. Aira melirik ke arah Nina yang sedari tadi sibuk memisahkan sebagian bubur kacang ijonya diwadah yang cukup kecil. Kemudian ia membungkusnya dengan kantongan.
"Mau dikasih ke ibu kostnya yah kak?" tanya Aira
"Tidak, ini mau saya kasih ke teman saya, diks". Kata Nina. Yang langsung diejek oleh Umairoh "kak Nina bohong. Aku tahu mau dikasih ke siapa. Ekheemm..".
"Mau dikasih kesiapa Umai?" tanya Aira pada Umairoh. Namun Umairoh langsung dicolek sama Nina sebagai kode agar Umairoh tutup mulut.
Nina langsung mengalihkan pembicaraan dengan bertanya pada Aira sembari mereka melanjutkan makan.
"Aira punya orang yang disukai? Ririn dan yang lain sudah kakak tahu siapa yang mereka sukai. Tinggal Aira nih yang kaka belum tahu." Tanya Nina sambil menaruh satu sikunya diatas meja dan menyentuh pipinya. Ia memberi tatapan tajam ke arah Aira.
"Emmm kasih tahu nggak yah.. haha. Bukan suka sih kak. Lebih tepatnya kagum. Dan dia sudah seperti kaka buat saya. Dan kaka kenal orangnya...."
"Kak Luthfi kan?" kata kak Nina yang langsung memotong jawabanku.
"kok bisa tahu kak?" tanyaku.
"Ya iyalah kak Nina tahu. Siapa juga yang tidak tahu kalau kalian itu dekat. Huuuu...". Ejek Rara.
"Iya, kami dekat. Namun hanya sebatas kakak dan adik". Kataku
"Iyalah mana mau kak Luthfi sama kamu, Aira. Palingan sudah ada oranglain yang dia sukai. Yang lebih cantik, baik, dan soleha. Kata Ijah yang langsung mengedipkan mata kanannya dan tersenyum ke arah Nina.
Triingg.... triiinggg...
Dering telpon Nina seolah mencairkan suasana di malam itu. Nina bergegas mengenakan hijab dan keluar dengan rantang kecil yang telah ia bungkus tadi yang ia isi dengan kacang ijo.
Lima sekawan itu mengekor keluar dari kamar dan mengintip dibalik jendela yang dekat dari pintu masuk kostsan Nina. Aira langsung terdiam dengan muka datar. Jantungnya cukup berdegup kencang. Matanya kini berkaca. Ia langsung berbalik dan lari ke kamar Nina. Setelah melihat sosok yang Nina temui. Tak lama terdengar suara empat kawannya itu berteriak ke arah Nina dan sesosok pria yang sangat Aira kenal. "Haii... kakak ipar!!!"
Dia Luthfi.
"Loohh.. Kenapa mereka ada disini?? Siapa saja di dalam??". Tanya Luthfi sambil melihat-lihat ke arah jendela yang langsung dijawab oleh Nina "Ahahaa... Biasa, si lima sekawan di dalam. Dia yang bantu aku buat bubur ini. Niihh ambil." Nina menyodorkan kantungan itu ke Luthfi.
Tak lama, Luthfi pun balik ke Kostnya..
Aira di kamar mandi mencoba menenangkan diri.
Drrr.. drrr...
Pesan BBM masuk. Itu dari kak Luthfi. "Adik dimana??".
"Gak usah BM aku lagi kak. Saya kecewa. Wassalam".
Benar, Luthfi sama sekali tidak membalas BBM Aira. Saat Aira cek notifikasi BBM, terlihat status Luthfi yang menuliskan kata "Maaf......"
Sosok pria yang Aira jadikan panutan, pria kedua setelah ayahnya yang sangat ia percayai adalah pria yang sangat ia benci malam itu. Sangat jelas teringat diingatannya tentang nasehat Luthfi pada peserta calon kader baru di organisasi **** yang saat itu ternyata Aira salah satu pesertanya. Luthfi menyampaikan pada peserta agar tidak berpacaran, dan masih banyak nasehat lainnya sambil membacakan setiap ayat mau pun hadist tentang larangan-larangan di dalam islam yang Luthfi bacakan. Saat itu Aira sangat percaya bahwa mereka yang ditugaskan jadi instruktur adalah orang-orang yang patut diteladani. Apatahlagi Luthfi, seorang demisioner ketum di komisariat yang sangat Aira banggakan itu
Setelah hari itu, rasanya Aira malas untuk melangkah ke sekret lagi...
********
AFWAN KARENA SUDAH HAMPIR 2 PEKAN GAK POST
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira
Любовные романыDiangkat dari kisah nyata "orang ketiga" Mengisahkan tentang seorang mahasiswi yg bergabung pada suatu organisasi islam. Kemudian dipertemukan oleh salah seorang senior, sebut saja Luthfi demisioner ketua umum di organisasi yg sama. Ada cinta loka...