Like, Comment, Like, Comment, Like, Comment
Jangan ki' cuma baca kodong..........
Hari-hari Aira lalui dengan rasa yang sangat membosankan. Ia tidak bisa fokus dalam melakukan suatu hal.
Kembali ia mengingat setiap hal seru yang pernah ia obrolin dengan Luthfi. Kenangan saat Luthfi memanggilnya datang kewisudahannya, kenangan saat Luthfi menyuruh Aira menggambar foto Luthfi namun selalu Aira tolak. Luthfi tahu bahwa Aira berbakat di bidang seni. Terutama melukis wajah. Sehingga Luthfi selalu mendorongnya membuka bisnis lukis wajah. Aira pun menjalaninya. Namun itu hanya sebentar.
Malam itu, Aira sibuk menggambar dikertas HVS. Ia menggambar sosok pria. Siapa lagi kalau bukan Luthfi. Ia merasa bersalah karena tidak pernah mengabulkan permintaan Luthfi untuk di lukis.
.....
Sebulan kemudian,
Hari ahad pagi, Aira terburu-buru bergegas ke kampus. Ia baru saja melihat pesan dari kabidnya untuk menghadiri kajian keperempuanan. Meskipun rasanya dia tak ingin pergi karena sudah lama tak muncul di depan teman-teman seorganisasinya. Namun ia tetap memaksakan dirinya mengikuti kajian itu. Setelah ia mengingat kembali nasehat dari Rahman. Kakanda yang ia temui seminggu yang lalu.
Kajian kali ini bukan di sekret. Tapi di mesjid kampus. Sangat banyak perempuan yang menghadiri kajian itu. Baru saja melangkahkan kaki, ia terkaget melihat pemateri. Luthfi merupakan pemateri kajian keperempuanan kali ini.
Canggung. Ia pun masuk sambil menundukkan wajahnya. Berharap tak dilihat oleh Luthfi.
"Ini yang terlambat, duduk di depan. Sana, kosong!".
Deg
Rasanya Aira benar-benar ingin melempar benda ke arah pemateri itu. Aira memang cukup terlambat menghadiri kajian. Dengan canggung ia duduk di barisan depan. Dan langsung melirik sinis ke arah pemateri.
Kajian kali ini membahas menganai Kepemimpinan Wanita, dan Perannya di Rumah Tangga.......
Materi pun telah selesai dibawakan oleh Luthfi. Dan sekarang masuk sesi tanya jawab.
"Baiklah, saya persilahkan kepada adik-adik untuk bertanya seputar materi tadi. Kalau pun melenceng juga tidak masalah. Dan berhubung waktu kita sangat singkat, jadi saya hanya mempersilahkan dua orang penanya. Kata moderator.
Dengan cepat Aira mengangkat tangan. Dan langsung dipersilahkan.
"Terimakasih karena telah di persilahkan dan mohon maaf sebelumnya jika pertanyaan ini sangat jauh melenceng dari materi di atas. Baiklah langsung saja, bagaimana tanggapan kakanda pemateri melihat fenomena yang sering terjadi di komisariat. Dimana terdapat kakanda BPH yang masih saja melanggar aturan-aturan di dalam komisariat. Lebih tepatnya, kata dan perbuatannya tidaklah sama. Sebagai kader atau anggota, apa yg perlu kami perbuat?"
Pertanyaan Aira langsung direspon dengan senyuman oleh Luthfi namun ia berusaha menutupinya dengan menunduk. Gemas. Lebih tepatnya begitu. Luthfi gemas dengan pertanyaan Aira terlihat dari ekspresinya.
Luthfi pun menjawab dengan jawaban yang tak jauh beda dengan nasehat yang pernah Rahman sampaikan padanya. Kecurigaan Aira makin jelas bahwa Luthfi lah yang menyuruh rahman menemui Aira.
.......
Malamnya, Aira sangat gelisah. Ia sedang bimbang dikamarnya. Dan kebimbangan itu berakhir setelah Aira mengirim sebuah pesan ke Luthfi. Pesan yang berisi foto lukisan wajah. Hanya sebuah foto tanpa kata. Kali ini ia mengirimnya lewat Line. Karena kontak BBM Luthfi terlanjur ia hapus hari itu. Saat ia nginap di rumah Nina.
Line...
Hanya seling beberapa menit, pesan Aira pun di balas oleh Luthfi. Aira memilih untuk memaafkan Luthfi. Setelah ia mencari tahu tentang hubungan pria itu dengan Nina. Dan ternyata mereka pacaran saat kak Nina masih kader baru. Dan saat itu Luthfi Masih menjadi Ketua Bidang. Belum menjadi ketua umum. Sudah hampir setahun mereka telah bertunangan. Orang tua mereka sudah saling menyetujui.
"Akhirnya digambar juga. Tengkyu tengkyu " (1)
"Bagaimana kabarnya?" (2)
"Lebih gagah wajah asliku!" (3).
Pesan Line Luthfi datang bertubi-tubi. Aira pun memulai untuk mengetik.
"Cuma mau kirim gambar saja Good night!"
Dengan senyuman yang terukir di wajahnya, kemudian ia menutup wajahnya dengan selimut. Terdengar suara kekehan dibaliknya.
Line..
Kembali pesan Line dari pria itu masuk, dengan cepat Aira melihat HPnya namun belum ingin membuka chat itu. 3 Menit kemudian, baru ia membukanya...
"Terimakasih, dikku. Good Night "
Kali ini Aira tidak bisa membohongi dirinya kalau ia sangat bahagia. Ia membolak balikkan tubuhnya di kasur dengan matanya yang tetap menatap layar HP sambil tersenyum lebar.
Untuk pertama kalinya Aira yang pertama menghubungi Luthfi. Selama ini, ia tidak pernah berani untuk pertama kali memulai obrolan dengan pria itu. Karena biar bagaimana pun, dimatanya Luthfi tetaplah senior, dan dia harus tetap menjaga sikap.
Setelah malam itu, Luthfi rutin menghubunginya. Saling bertukar pikiran tentang wawasan islam, filsafat, mengenai kepemimpinan dsb, bercanda, atau hanya sekedar berbicara mengenai sesuatu yang tak penting. Namun yang paling sering ia lakukan adalah menjaili Aira dengan mengirim foto pria yang Aira kagumi ketika Luthfi sedang bersama pria itu. Aira memang pernah bercerita tentang senior yang ia kagumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aira
RomanceDiangkat dari kisah nyata "orang ketiga" Mengisahkan tentang seorang mahasiswi yg bergabung pada suatu organisasi islam. Kemudian dipertemukan oleh salah seorang senior, sebut saja Luthfi demisioner ketua umum di organisasi yg sama. Ada cinta loka...