Benang dan seratnya

33 0 0
                                    

"Zazel, keparat kamu! mau mencuri lagi ya!!" kesal Namus besar, ia datang karena alarm telepati yang di pancarkan oleh malaikat pembersih, dengan cepat Namus membentuk busur panah dari tangan kirinya dan anak panah dari tangan kanannya, terbentuk begitu saja berasal dari cahaya bagian dirinya dan melepaskan anak panah dengan seketika ke arah Zazel saat ingin kabur dari ruang "waktu semesta"

"blasssh...." lucuran anak panah Namus amat cepat dan kuat hingga memotong bagian kaki kanan tepat ke belakang dengkul kaki kanan Zazel"

Setelah benangku dan dua benang lainnya terpental keluar dari buku hamparan 255, benangku di angkat kemudian di tiup oleh malaikat pembersih yang aku rasakan seperti di ceburkan ke dalam air es yang amat dingin kemudian masih dalam bentuk benang aku berkemampuan untuk merasakan dan melihat.

Awalnya pandanganku kabur, saat mulai bisa melihat, aku melihat anak panah Namus berapi amat besar dan meluncur cepat, hingga anak panah Namus membentuk ekor api yang besar seperti bintang jatuh dari kejauhan dari sudut pandang mataku yang kecil ini. Namus kembali meluncurkan anak panah selanjutnya saat Zazel masih berusaha kabur kembali ke bumi yang terlihat di bawah lantai kaca ruang semesta, namun tidak mengenainya, anak panahnya malah melesat menabrak atmosfir hamparan 256 namun atmosfir tidak bergeming sama sekali dan Zazel merubah dirinya mengecil menjadi cicak berlendir menjijikan yang ekornya sudah terputus sebab panahan Namus.

"hahaha...hahahaha" Zazel malah tertawa masih dalam wujud cicak namun bersuara besar, kemudian dengan cepat ia turun merambat ke bagian bawah hamparan 256, setelah mencuri informasi dari buku hamparan 256, ia berhasil masuk melalui bawah hamparan karena atmosfir tidak bisa di tembus oleh iblis bahkan anak panah Namus.

Aku tersadar kembali saat malaikat pembersih malah meletakan (benang) ku di buku hamparan 255 dan menutupnya covernya, padahal baru saja aku menyadari diriku adalah seutas benang halus dengan cahaya yang bisa melihat Namus dan Zazel, namun sekarang aku seketika berada di bumi hamparan 255 yang sepertinya berkaitan langsung dengan benang dalam buku hamparan 255.

Aku di hamparan ini menjadi makhluk yang sepertinya tidak terlihat oleh siapapun dan melayang-layang, seolah tidak memiliki tempat dan tidak terikat ruang, aku melihat tubuhku berantakan dan melintang berpencar ke sana kemari seperti asap.

Aku terbangun karena silau dengan sorot matahari di bumi hamparan 255 ini, yang ternyata letak matahari ada di bawah atmosfer dan ukurannya tidak jauh dari bulan di bagian gelap yang aku lihat di sebelah kiriku, seolah pergelangan tangan kananku tersangkut pada matahari dan tangan kiriku yang tersangkut di bulan, bagian tubuhku berpisah halus dan berantakan, posisi matahari dan bulan seperti yin dan yang, sebagian bagian bumi gelap di temani bulan dan bagian siang ditemani matahari, mereka bergerak berputar untuk hamparan 255 pada garis edarnya masing-masing yang aku lihat sangat teratur berjalan dalam relnya, pun ada malaikat yang sedang duduk santai menjaganya garis edarnya.

Aku sebut ini hamparan 255 karena aku melihat tulisannya amat besar dalam bentuk huruf seperti huruf honocoroko dan terbalik di bagian atas atmosfer seperti cover buku yang tertutup dan transparan entah bagaimana aku pun bisa membaca tulisan itu, aku (hanya bagian kepalaku) pun pergi ke ujung atmosfer, namun tidak bisa menembusnya karena amat keras, tetapi aku bisa melihat di sebelah ada kubah atmosfir lain yang lebih besar bertuliskan hamparan 256 di covernya, aku tersadar kembali dengan bagian tubuhku yang halus berserakan saat tiba-tiba bagian dadaku yang terhempas di tanah di tabrak oleh seorang wanita yang sempurna dan cantik di sebuah pulau/Negeri yang belum aku tau namanya.

Aku perlahan berusaha mengumpulkan bagian tubuhku yang tidak beraturan dan akhirnya berhasil setelah beberapa waktu sekitar puluhan tahun, namun bagiku serasa seperti hampir seperempat jam saja, dari kejauhan aku melihat dua malaikat asyik berbincang dan seketika berpikir untuk mendekati dua malaikat tersebut, kagetnya aku dengan cepat setelah aku berpikir, aku sudah tiba di hadapan wajah mereka dan khawatir mereka melihatku hingga aku gugup dan kaget memelototi matanya, aku bersyukur ternyata mereka tidak melihatku karena keduanya kadang terlihat menyeramkan kadang terlihat indah.

Hamparan 255Where stories live. Discover now