"waspasalah Dharti terhadap siapapun yang amat di sukai/ di pihaki Meira dan media Meira" ucap Alby berpesan pada Dharti menyaksikan Bihwa mulai muncul di media
"ketika media (milik Amity) menyukaimu waspadalah terhadap dirimu" Dharti menyambungkannya pada Iddo yang kini sudah berpisah dengan bagian dirinya yang menjadi Bihwa
Media serentak tidak henti-hentinya mengekspos para Bihwa yang telah kembali ke Nuswa menuntut ilmu dari negeri Abar berbekal ilmu yang baik dan benar tentang ajaran Ahmad namun tidak sesekali mengindahkan Alby, seringkali terselip kalimat provokasi, dilekatkanlah mereka pada tokoh media dan sebagian kecil selebriti dan anak-anaknya secara sadar (di biayai) atau tidak sadar (selebriti) diperalat untuk menggiring pengikut ajaran Ahmad di Nuswa agar hanya mendengarkan mereka untuk waspada dengan Dharti yang di sebutnya kini terang-terangan menyembah Alby, tiba-tiba saja Bihwa dan ajarannya booming menjadi nafas baru dalam Nuswa yang dominan di ikuti oleh para pengikut ajaran Ahmad.
Namun Tuhan memiliki rencana lain, sebagaian Bihwa titipan Amity yang murni berangkat untuk mencari ilmu dengan hati yang bersih, saat kembali ke Nuswa tidak turut menjadi bagian alat pemanas suasana, namun sebaliknya karena rasa cinta dan peduli terhadap Nuswa saat di Abar ia malah cenderung merujuk pada Buthi karena tidak wajar baginya ajaran cinta ini mengajarkan kebencian, karena apa yang di dasari kebencian akan berujung membakar dirinya sendiri dan akhirnya mereka dekat dengan Dharti dan lebih suka menyebut diri Buthi di banding Bihwa, akhirnya kontrak mereka di putus Amity.
Beberapa bulan berlalu, Bihwa dan anteknya sangat terobsesi dengan kekuasaan di Nuswa yang di imingi jabatan serta di berikan kucuran dana amat besar oleh Amity perindividunya, Dharti peka, mulai mencium langkah Amity dan menyampaikan pada Iddo bahwa ini adalah langkah dari Amity untuk menghancurkan Nuswa melalui jubah ajaran Ahmad, Nuswa memang suka sekali berdiri/menginjak kepala orang lain (secara tidak sadar bermain kasta dengan merasa suci), pengikut Bihwapun semakin mewarnai namun hanya mendominasi sebuah daerah yang dianggapnya berkembang di Nuswa, mediapun menyorot fokus berulang-ulang daerah tersebut seolah Nuswa telah berpihak pada Bihwa.
"aku tidak melihat kedamaian dalam Bihwa, aku yang pusing dengan urusanku dan hutangku, malah semakin mumet melihat kehadiran Bihwa yang memanasi hatiku, hiburlah aku dengan musikmu Dharti, hiburlah" pinta Iddo
Dharti tetap berpasrah mengalir, sembari berusaha dan memainkan musik untuk menghibur Iddo yang penat dengan urusannya, Dharti percaya bahwa Tuhan pun memiliki rencana yang lebih baik dari Amity, banyak yang akhirnya ikut mendengarkan Dharti karena mencari ketenangan, sebab malah semakin pusing jika melihat amarah yang selalu di sulut oleh Bihwa, sebagian yang ikut dengan Bihwa hanya ada juga yang motifnya ingin meluapkan kekesalan, sebab sistem yang di duduki Iddo mencekik perekonomian pribadinya serta berharap kemakmuran seperti negeri Abar, namun sebenarnya bukan kemakmuran yang ingin di capai Bihwa namun jabatan dan proyek peperangan, seringkali gesekan Bihwa tidak langsung kepada Dharti namun dengan Buthi di Nuswa.
Kini Nitza malah takut dan merasa tidak aman dengan kehadiran Bihwa, ia menjadi semakin gelisah dan khawatir karena merasa terpojok dengan cekcok yang seringkali mengkafirkan Nitza bahkan mengkafirkan sesama pengikut ajaran Ahmad, Amitypun tidak pernah kunjung mengangkat telepon dari Nitza, Nitza akhirnya malah merapat ke Dharti yang selalu menerimanya dengan tangan terbuka dan "musik"nya yang selalu menenangkannya.
Senjata Bihwa yang bisa di sebut intoleran, malah kini mulai merambat dalam tubuh Iddo dengan giringan media, Bihwa bahkan mengancam untuk membakar rumah para pengikut ajaran Ahmad yang tidak ikut melaksanakan sembahyang bersama di tempat peribadatan dan seringkali meributkan hal-hal sisik/cabang lainnya yang tak akan pernah kunjung usai, akhirnya Bihwa dan Dharti benar-benar terlihat memiliki jenjang jurang besar, sebagian lainnya yang ikut Bihwa kini sebab dalam keadaan terancam (salah satunya karena takut di bakar rumahnya/ kehilangan teman) dan seringkali memberi cap Alby dan cap Kafir pada objek target yang tidak sejalan dengannya termasuk kepada Buthi dan Dharti, "sebegitu mudahnya menilai sesama, sama seperti cara Amity untuk hamparan" ucap Dharti
YOU ARE READING
Hamparan 255
FantasíaKita tau Tuhan menciptakan nabi Adam sebagai manusia pertama, itu adalah sejarah dalam buku Tuhan Hamparan 256 yang masih terbuka di meja bercahaya, yang isi bukuNya terdapat banyak benang/tali halus mengapung yang tidak beraturan dengan campuran di...