Ketakutan pada Lembaran

1 0 0
                                    

Aku membuntuti Dharti karena aku juga penasaran dengan lembaran yang di sebutkan oleh Alby.

Dharti pergi ke istana lama Hinda yang sudah lama tak berpenghuni menjadi museum yang di abadikan di Nuswa, dengan izin Iddo Dharti mencari ke setiap sudut bilik dan setiap celah berusaha menemukan lembaran-lembaran yang memiliki sejarah asli tentang Nuswa yang di tulis oleh Alby, Dharti terus mencari hingga berhari-hari, karena lembaran-lembarannya terpisah.

Selepasnya boikot untuk Noir, Amity terus menggunakan medianya membuat hiburan-hiburan baru untuk menggiring penduduk hamparan padanya, kini bentuk black campaign lainnya ia racik lagi dengan menggunakan film, simbol yang di gunakan Alby tentu selalu menjadi musuh dalam film, perangai dan luaran Alby ditirunya, bahkan warna pemeran antagonis di buat menyamai tampilan Alby, hingga film untuk anak-anak juga di buat pemeran antagonis menggunakan kostum hitam legam dengan aksen hijau dengan bentuk yang bervariasi, tujuannya adalah untuk menanamkan pada alam bawah sadar ke generasi baru untuk konsisten mencap Alby sebagai musuh.

Due akhirnya jadi mengumumkan statement modernnya tentang haramnya musik di berbagai media dan para pengikut Ahmad menerimanya secara terbuka. Amity pun mulai bermain musik sebebas-bebasnya dan menempeli sifat-sifat musik menjadi buruk yang selalu berujung kemaksiatan dan kelalaian sehingga pengikut Due mengiyakan bahwa musik adalah buatan Zazel, begitu terus berulang-ulang di siarkan di media hingga akhirnya musik menjadi lekat dan identik satu paket dengan kemaksiatan.

Musik amat menjamur dan menjadi candu bagi seluruh hamparan bahkan di Nuswa karena irama-irama yang berwarna, siapa yang tidak tersihir dengan irama? dengan rintikan hujan yang abstrak saja kita bisa jatuh cinta, apalagi dengan irama ciptaan manusia yang diberikan daya cipta dari Penciptanya. Seluruh negeri terpengaruh total, kecuali Noir, karena di dalam Noir ada Alby yang membimbing dan memimpin rakyat sebagai imam, jika imam ini "berdiri" maka semua "berdiri", jika imam ini "sujud" maka semua akan "sujud", ia akan mengatakan surga adalah surga dan neraka adalah neraka, hitam adalah hitam dan putih adalah putih, tidak di balik dan di permainkan seperti yang di lakukan Amity si tangan kanan Zazel, Alby peka terhadap siasat baru Amity ini dan menegaskan pada rakyatnya tentang strategi barunya, ia kini semakin di taati juga di cintai rakyatnya, tidak ada di negara manapun di hamparan 255 yang hubungan terhadap pemimpinnya melebihi cinta rakyat Noir pada Alby. 

Semakin lama musik semakin berkembang bahkan menjadi obsesi, kini setiap pencipta musik dengan genre apapun di koordinir Amity hingga memiliki jutaan, ratusan juta, bahkan milyaran pengikut, seperti perkataan Amity akan banyak domba-domba liar yang bisa di giring pada Zazel dengan musik dan akan mengalahkan idola sejati (Ahmad), Zazel sangat bangga dengan perolehannya Amity melalui "senjata" ini, yang bermula dari usulnya. Amity tidak pernah sedikitpun melepas kesempatan untuk menguasai hamparan dengan musik, apalagi karena sudah di klaim mutlak menjadi milik Zazel, pengikut ajaran Ahmad semakin bingung dengan keadaan ini yang secara fitrah memang menyukai irama akhirnya Zazel semakin bangga lagi ketika banyak pengikut ajaran Ahmad yang jatuh hati dengan musik dan pencipta musik, menjadikannya idola dan panutannya, meniru gayanya, kemaksiatannya, hingga meniru detil cara hidup para pencipta musik dan melebihi dari cinta pada Ahmad yang mulia.

Terkadang Amity mendapat titipan untuk menyisipkan pesan-pesan memuja Zazel, pencipta musikpun di berikan penghargaan di media-media di agung-agungkan dan di besar-besarkan hingga menjadi amat silau bagi pandangan mata media bahkan pencipta musik di fasilitasi dengan apapun jika kandungan musiknya bisa semakin menjauhkan manusia dengan Tuhan.

"Dharti, bisa kamu lihat akibat musik pada remaja kita? musik itu memang haram Dharti, iya kan?" ucap Iddo

"tidakkah kamu lihat ini adalah perang dan kita sudah terlanjur tidak bisa membalasnya? malah kita berdiam tunduk patuh menikmati serangan-serangan mereka?" ucap Dharti

Hamparan 255Where stories live. Discover now