Fitnah Amity konsumsi Hamparan

1 0 0
                                    

Amity tetap pada ketakutannya akan lembaran Alby yang di khawatirkan muncul ke permukaan, bertahun-tahun berlalu, Nuswa kini menjadi konsentrasi lebih bagi Amity untuk lebih melupakan Dharti, budayanya dan juga lembaran Alby yang di temukannya, berbagai cara dilakukan agar menarik perhatian seluruh elemen keluarga Nuswa, dengan pedoman-pedoman perintah Zazel melalui Eaton dari negeri Eako, wajah-wajah tampan dan cantik Eaton mulai bermunculan di media dengan tampilan warna-warni yang menarik, Amity terbilang berhasil menjerat remaja Nuswa kembali, termasuk remaja Dharti melalui musik, film dan hiburan lainnya dengan wajah baru, Eaton, hingga menjadi kiblat baru selain Meira, sihir Eaton amat melekat hingga sebagian penduduk Nuswa malah hampir fanatik mencintai negeri Eako dibanding negerinya sendiri, tentunya tetap dengan pesan modernisasi hingga meninggalkan budaya Nuswa dan sisipan simbol-simbol Zazel, Dharti melihat ini sebagai bentuk penyerangan balik dari Amity sebab telah mengharamkan musik secara total untuk generasinya.

Dalam keadaan ekonomi yang selalu di buat krisis dengan kontrol Amity, perlahan mencekik seluruh rakyat Nuswa, Iddo selalu di perkaya dengan hutang yang tidak pernah kunjung usai, begitu juga dengan seluruh negeri di hamparan, kecuali Noir yang independen walaupun tanpa boikot bisa hidup tanpa bergantung dan berurusan dengan Amity, Nuswa hidup dengan hutang yang jelas terpampang di media milik Amity, minus ratusan triliyunan, kebobrokan perlahan mengrogoti kesehatan Iddo yang sebenarnya sakit namun di buat media disulap menjadi terlihat baik-baik saja dengan berbagai "makeup" (penghargaan-penghargaan, prestasi palsu), berbalutkan jas dan dasi yang "wangi" dan "rapih".

Di tambah lagi dalam keadaan krisis yang semakin parah, Nuswa melalui media di cekoki dengan tayangan kemewahan yang serba glamor, hingga pandangan pencapaian dalam hidup berubah menjadi amat materialistis, anak yang menuntut ke-serba adaan, remaja yang sibuk dengan pola gaya hidup idolanya, istri yang menginginkan kemewahan seperti para selebriti, akhirnya para ayah di Nuswa dengan cara apapun untuk mendapatkan kemewahan, saling korup, saling suap, saling curang dan tetap saja selalu dalam keadaan miskin (serba merasa kurang), setiap hari di cekoki, setiap minggu di cekoki, di cekoki lagi hingga bertahun-tahun dengan "Tuhan baru" (materi) terus begitu saja tanpa ada bimbingan dari Iddo.

Dharti semakin sesak melihat keadaan Nuswa ini, dalam waktu yang bersamaan Dharti merasa generasinya telah siap untuk mengendalikan musik bukan di kendalikan musik, sudah lewat dengan haramnya musik, ia kemudian menjadikan serius niatnya dan mengaplikasikan niat lamanya pada wujud nyata yang menyatakan ingin berperang musik dengan Amity, karena ternyata saat di haramkan pun masih bisa lolos, akhinya Dharti mulai kembali membudayakannya (musik) di asrama-asrama pendidikannya, ia juga memoles musik tradisionalnya dengan iringan instrumen alat musik baru, kemudian memainkan lagu pertamanya, lagu masa kecilnya ketika Iddo yang memainkan musiknya dan syairnya ciptaan Alby, lalu setelah matang diluncurkanlah lagu pertama ini ke publik.

"seperti inilah Nuswa seharusnya, ada yang menciptakan liriknya secara matang dan mendalam, merawatnya, menasihatinya, mengayominya, membimbingnya tanpa henti dalam bentuk batin hingga akhir lagu, di iringi dengan segala instrumen secara lihai sesuai perkembangan zaman dan manusia yang sadar lah yang pantas membuat lirik" kenang Dharti mengenang Nuswa lama dan mengingat Alby 

"Dharti sungguh nostalgia dan indah dengan apa yang kau mainkan itu di panggung" ucap Iddo

Dharti hanya tersenyum diam dan menjadi serius meneruskan perjuangannya dalam berkarya dengan motivasi perang sembari sedih dengan kondisi Nuswa dalam hati, mengingat kerinduannya saat Alby mengenalkannya pada yang Tunggal sejati, sambil mengagungkan Tuhan dan berdoa untuk Nuswa.

"sungguh aku merindukan Nuswa masa lalu" ucap malaikat tanah bergema mendegarkan Dharti memainkan musiknya

"begitu juga denganku wahai saudaraku, mendengarkannya amat meremajakan ingatanku" ucap malaikat batu

Hamparan 255Where stories live. Discover now