Amity datang dengan dagu yang diangkat ke atas bersama ribuan pasukannya dengan perlengkapan senjata yang lengkap bahkan terbilang berlebihan, Iddo menyambut Amity dengan senyum, menganggap kunjungannya hanya sebagai ajang perkenalan dan mungkin hanya lewat saja, di belakang Amity Iddo pun mengetahui maksud Amity untuk menyerangnya, namun Iddo belum tau niat Amity lainnya untuk menguasai minyak hamparan di Nuswa karena penduduk Nuswa yang menemukan minyak dan gas belum tau apa kegunaan dan cara mengolahnya, secara sembunyi-sembunyi Iddo mempersiapkan rakyatnya berbekal senjata.
Sikap Amity yang begitu sombong sebagai tamu mulai menyinggung Iddo, Dharti dan juga Nitza, bersikap seolah paling berkuasa melebihi tuan rumah sambil berkeliling, pikir Iddo Amity ingin bermain kasta lagi untuk menguasai Nuswa seperti Hinda, padahal Iddo sudah muak dengan permainan kasta, ternyata itu hanyalah pengalihan, agar sebagian pasukan lainnya pergi ke wilayah dimana terdapat sumber minyak hamparan.
Setelah berhari-hari kunjungan Amity berkeliling ke Nuswa dengan kendaraan bermesin dan pasukan yang berjalan ke koordinat minyak hamparan telah berhasil membunuh para warga yang menemukan minyak dan gas di sebuah pelosok wilayah Nuswa kemudian menutupnya dan meminta penduduk pribumi lainnya (menyogok Nitza karena tidak berhasil menyogok kaum Iddo dan Dharti namun membunuhnya) agar tetap di sembunyikan dari seluruh rakyat Nuswa.
Setelah puas berkeliling dan mengamankan minyak hamparan dan gas ia semakin optimis dan mulai tidak sabar dengan meremehkan rakyat Nuswa yang memiliki tubuh yang kecil dan kurus-kurus, pikirnya dengan mudah akan menguasai Nuswa. Dengan satu komando dan perasaan yang optimis, Amity meminta pasukannya untuk menghabisi seluruh rakyat Nuswa di saat matahari terbit, pikirnya lagi dalam tiga hari negeri Nuswa akan musnah dengan senjatanya.
Ketika pasukan memberikan laporan pada Amity telah berhasil menutup dan menyembunyikan posisi minyak hamparan dan gas, tembakan pertamapun mulai di cetuskan Amity, sontak Amity kaget, para Iddo dan Dharti ternyata sudah siap betul, berhamburan berteriak nyaring dan liar dengan senjata masing-masing berbentuk pedang pendek seperti celurit ada juga yang menggunakan tombak, taring, pedang dan panah dari kerajaan, banyak juga yang menggunakan tangan kosong dan tenaga dalam, Iddo yang memiliki darah nenek moyang harimau kembali liar ketika masuk dalam medan perang, malah terlihat bergembira dengan hadirnya peperangan, Iddo memang sudah terbilang amat gatal menunggu momen pertempuran dan pertumpahan darah.
Kini Nuswa semakin kuat dengan hadirnya Dharti yang di perintah Iddo untuk memimpin berdiri di depan barisan para rakyat Nuswa dengan berhias sorban seperti Alby "jaminan surga bagi yang membela tanah air!!", ucap Dharti dengan lantang dan tersenyum, membuat gairah yang semakin menyala dalam medan tempur "kami memang merindukan kematian! majulah Amity!!" ucap Iddo menggetarkan nyali pasukan Amity. Hari pertama berlalu begitu cepat, penduduk Nuswa banyak yang dibunuh oleh Amity dengan mesin senjata besinya, namun Amity juga banyak yang di bunuh bahkan di permainkan oleh Iddo di medan yang di kuasai para penduduk lokal.
Hari demi hari peperangan telah berlalu Iddo dan Dharti semakin panas ketika mengetahui niat Amity menyerang Nuswa adalah ingin menguasai Nuswa dan menjadikan Nuswa pangkalan militer untuk menyerang Alby, masih hangat ingatan Iddo ketika Alby membebaskannya dari injakan kaki Hinda, namun informasi tentang minyak hamparan dan gas tertutup dari telinga mereka. Minggu, bulan, tahun, belasan tahun, hingga puluhan tahun berlalu, Nuswa tidak kunjung bisa di kuasai, Amity mulai melemah dan kualahan, Dharti memonopoli banyak markas musuh dan merampas barang dan senjata milik Amity, Amitypun kekurangan pasukan, pasokan makanan juga senjata-senjata, biasanya bala bantuan di kerahkan segalanya ke Nuswa setiap satu bulan, namun kini kapal Induk Amity lebih cepat datang ke Nuswa, hanya dalam jarak kurang dari satu minggu bulak-balik dari laut untuk mengambil pasokan senjata dan makanan juga pasukan, Dharti curiga dengan percepatan logistik yang di peroleh Amity kemudian membuntutinya.
YOU ARE READING
Hamparan 255
FantasyKita tau Tuhan menciptakan nabi Adam sebagai manusia pertama, itu adalah sejarah dalam buku Tuhan Hamparan 256 yang masih terbuka di meja bercahaya, yang isi bukuNya terdapat banyak benang/tali halus mengapung yang tidak beraturan dengan campuran di...