KOPI PAHIT

114 17 4
                                    


Yuri lah namanya, Cho Yuri Amelia. Dialah yang sedang mengobrak - abrik tas ranselnya dengan perasaan gugup karna terburu - buru oleh jadwal penerbangannya ke Indonesia, negara asalnya.

Rencana yang bisa terbilang sangat mendadak untuk Yuri yang mengambil keputusan berpergian pada jadwal penerbangan terakhir menuju ke Indonesia.

Pada waktu yang terbilang sangat terlambat untuk menyiapkan barang yang akan dibawa pergi ke Indonesia, Yuri akhirnya hanya membawa satu ransel punggung yang berukuran mungkin cukup kecil untuk berpergian dalam jangka lama ke negara lain. Yang kalian bisa mengira apa isi satu ransel polkadot merah putih kesayangan Yuri yang ceroboh ini. Kalau kalian boleh tahu, hanya dengan passport dan Visa, beserta dompet serta uang dan kartu debit yang berada didalamnya, Yuri berani mengambil resiko dan tetap pada pendiriannya untuk segera meninggalkan Seoul, kota yang dari kecil ia tinggali bersama keluarganya yang tidak harmonis itu bagi Yuri.

Yuri yang selama ini memendam rasa jengkel, rasa marahnya pada mama dan adik perempuannya yang ia benci, Yeri, dengan rasa putus asa dan kesalnya yang bercampur dengan kesepian, mengakibatkannya berani untuk mengambil flight pesawat malam.

Mamanya yang meng-anaktirikan
Yuri dan lebih sayang serta sering kali memanjakan adiknya, Yeri daripada dirinya. Selalu saja Yuri merasa selalu di salahkan oleh mamanya dan selalu Yeri saja yang dipuji, tak pernah sama sekali Yuri mendengar pujian untuknya keluar dari mulut mamanya. Walaupun hal sepele seperti itu, Yuri merasa tersinggung sebagai kakak. Ingin menangis Yuri rasanya melihat keakraban yang diciptakan antara mama dengan Yeri, seolah tak ada Yuri walaupun ia nampak di sekitar mereka.

---

Beberapa tahun lalu, menjelang berakhirnya musim dingin di seoul.

"Hei Yeri! Sedang apa kamu disitu? Jangan terlalu pinggir, nanti kamu terjatuh!" Sahut Yuri pada adiknya yang bermain di pinggiran jembatan. Saat itu hujan salju baru saja berhenti dan menyisakan tumpukan - tumpukan salju putih, sedangkan kolam dibawah Yeri masih setengah membeku.

Yuri yang berada cukup jauh dari Yeri terpaksa untuk menghampiri adiknya yang tak mendengar larangannya dan masih terus saja berdiri berjinjit - jinjit sambil berusaha meraih dahan pohon rendah yang rantingnya terdapat buah ceri kecil, hanya dengan berpegangan pada pegangan kayu jembatan.

Namun sayangnya, akibat salju yang mencair pada pegangan kayu jembatan membuat licin kayu yang dipijaki Yeri sehingga membuat nya kehilangan keseimbangan, yang membuat Yeri menjerit kaget.

"Hyaa! Eonni! (kakak!) Tolong aku!" suara jerit Yeri otomatis menggerakkan kaki Yuri berlari cepat menghampiri Yeri dan menggapai tangan Yeri. Beruntung nya, hanya kaki Yeri yang tercelup ke air kolam yang sangat dingin itu.

Yuri menahan dingin serta licinnya tangan adiknya dan berusaha sekuat mungkin menarik adiknya ke atas kembali ke jembatan. Saat itu mamanya yang melihat kejadian itu dari jauh segera menghampiri.

Dengan muka merah menahan marah dan dingin, mamanya dengan emosi memarahi Yuri, "Apa yang kamu lakukan, Yuri?! Kamu kakak kenapa malah mencelakakan adikmu?! Dimana otakmu?!" walau tak hanya memarahi tetapi juga membantu menarik beban Yeri untuk kembali naik keatas jembatan, Yuri menahan emosinya supaya tak meluap.

Sayangnya ketika Yeri sudah berada diatas, nasib tak berpihak pada Yuri. Yeri yang sedang melepas sepatu basahnya, tak sengaja menjegal kaki Yuri yang berniat jalan melewati mama dan adiknya. Mengakibatkan Yuri malah langsung jatuh ke kolam.

Tak ada yang memperhatikannya. maupun mama dengan adiknya sama saja.  Mamanya menyibukkan diri dengan adiknya yang merasa kedinginan dan langsung membawa Yeri berjalan pulang dengan tertatih - tatih jangankan melirik, menyadari akan  keberadaan serta keadaan yang terjadi pada Yuri pun tidak.

Lantas bagaiman nasib Yuri yang luar biasa merasakan kedinginan yang benar - benar membekukan dirinya? Yang bahkan lebih parah dari Yeri, tetapi kenapa mamanya lebih memperhatikan Yeri ketimbang dirinya? Apakah itu adil? Yuri marah kepada dirinya sendiri sekaligus dengan mamanya. Seolah ini terjadi karena dirinya tidak se sempurna dan tak semenarik adiknya dimata mamanya.

Yuri frustasi dan merasa tertekan akan hasil perbandingan mamanya antara Yuri dengan Yeri yang selalu benar dan sempurna bagi sang mama. Tak seperti Yuri yang selalu salah, tak ada pujian bagi Yuri ketika memenangkan sesuatu, dan selalu saja menyindir - nyindir Yuri jika sebaliknya saat Yeri mendapatkan suatu penghargaan di sekolah. Sedangkan papa nya, yang lebih Yuri sayangi, seolah ditelan pekerjaan - pekerjaan beruntut sehingga tak ada waktu bagi Yuri untuk mengadu. Bahkan ketika ada kesempatan mengadu, papanya ingin Yuri sebagai kakak mengalah pada Yeri. Karna itulah Yuri semakin benci dirumah yang menyiksa dia membuat ia merasa tertekan sekali.

Baginya jalan Yang terbaik untuk lepas dari segala sindiran, suruhan, limpahan emosi mamanya, dan ia bisa bebas tanpa ia harus membenci Yeri adalah pulang ke Indonesia.

---

"Perhatian - perhatian, untuk para penumpang Air**** dengan kode penerbangan ***** yang bertujuan Indonesia, diharapkan untuk memasukin gate utam-" Yuri dikejutkan dari lamunannya tentang alasan kepergian mendadaknya ini setelah mendengar pemberitahuan pesawatnya yang akan lepas landas sekitar 20 menit lagi. Sedangkan Yuri baru tersadar bahwa dirinya masih berada dalam toilet yang jaraknya lumayan untuk menuju gate keberangkatannya.

Serta - merta Yuri yang ceroboh berlari tergesa - gesa keluar toilet dengan menabrak - nabrak orang yang berlalu - lalang.

27.2.2018/GCe

BAD PROBLEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang